Mas Ryan dan milisters, Mungkin harus dibedakan "pemerintah" sebagai konsep dengan "pemerintah" sebagai realitas empirik. Kita boleh saja - dan sangat sah - mengkritik praktik pemerintahan, tapi pertanyaan Anda menarik, apakah pernah ada suatu masa di mana tidak ada pemerintah(an)? Tentu saja sulit melacaknya, semata karena bukti historis yang minim. Tapi setidaknya dari apa yang dicatat dan kuno kita ketahui bahwa model anggota dan pemimpin (yang dituakan) itu ada sejak dulu. Di Kitab Suci, peninggalan2 kuno, bahkan kisah2 legenda selalu mengasalkan daya kuasa pemimpinnya ini pada kekuatan eksternal - entah Tuhan, Langit, Tian, etc.
Maka mengapa pemikir seperti Thomas Hobbes, Rousseau, dan John Locke - para pemikir teori kontrak - merasa perlu membangun konsepsi pemikirannya di atas 'state of nature' (keadaan alamiah)? ya karena memang tidak ada fakta empirik di masa lalu, dan untuk menyusun teori masa kini diandaikan sebuah "keadaan alamiah" di masa lalu. Misal: Bagi Hobbes, keadaan alamiah itu "perang semua melawan semua" ( bellum omnium contra omnes ). Maka ia mengonsep solusinya adalah Leviathan. Bagi Rousseau, keadaan alamiah itu "savage man", maka ia menolak demokrasi modern dan mengusulkan absolutisasi kehendak rakyat lewat ide volonte generale. Bagi Locke, keadaan alamiah itu "keadaan damai dg hak milik", maka konsepsi demokrasinya liberal dan pemerintah tugasnya menjaga hak milik itu. ( yang menggelitik dari para teoritisi kontrak sosial ini adalah mengapa mereka perlu mengasalkan 'state of nature'? ) Tampak bahwa ide pemerintah(an) itu tidak ada, sulit dibuktikan, baik empirik maupun konseptual. Yang ada mungkin variasi: - negara yang pemerintahannya kuat (absolut). - minimal state ( konsepsi liberal ). - eliminasi state ( laissez-faire ). tapi jika Anda menyelidiki ide 'anarkhi' ( yang cilakanya kini mengalami peyorasi menjadi kekacauan, kekerasan, dll), ini adalah semacam utopia atau abstraksi dari gagasan menolak adanya kekuasaan/pemerintahan apa pun. Anarkhi ( Yun. anarchia, an-tidak, archia, asalnya 'arche', yg di Inggris artinya 'official', Jerman 'macht', atau kekuasaan ). Anarkhisme sendiri bisa dirunut dalam dua aras: free-market anarchism yang merupakan konsekuensi terjauh ide pasar-bebas, dan common-ownership anarchism, yang merupakan konsekuensi terjauh ide komunisme. maka, tinggal kita pilih, kita menolak ide "governmentality" atau menolak eksistensi "government". saya kira itu petanya, untuk sekedar memudahkan diskusi. Berjalan di sebelah kiri, membuang sampah pada tempatnya, berhenti di lampu merah, dll adalah kebiasaan yang bisa dilakukan tanpa pemerintah(an). Tapi mengalokasikan sumber daya secara adil, lalu bertengkar soal apakah itu adil, ukurannya apa, untuk siapa, tak bisa diselesaikan dg sekedar pembiasaan, perlu kesepakatan. Maka tugas pemerintah(an) adalah menjawab soal sederhana: "bagaimana mengarahkan dari segala yang ada dan tersedia di ranah privat ini menuju kebaikan bersama". Sesederhana itu, tapi itulah politisi, seperti disitir bung Lubeck, jangan mudah percaya, karena ada seribu dalih untuk membenarkan argumen. kalau saya sih sederhana saja. Pakai pisau Occam, jika ada dua hipotesis, kita pilih mana yang paling simpel. - Gedung DPR miring dan dibutuhkan Rp 1,8 T untuk membangun gedung baru. - Otak anggota DPR yang miring, maka melihat apa pun selalu miring. Hipotesis terakhir lebih simpel, dan dibutuhkan biaya jauh lebih murah. Tinggal suruh live in mereka di desa-desa, suruh bajak sawah, nyangkul, gendong padi dan singkong...biar merasakan revolusi kebudayaan dan benar2 menghayati sebagai wakil rakyat. silahkan lanjut. salam, pras ________________________________ Dari: Ryan Fitriyanto <fitriya...@ahlikeuangan-indonesia.com> Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Terkirim: Rab, 5 Mei, 2010 18:22:26 Judul: Re: [Keuangan] OOT : Menara Pisa, Satu Lagi 'Keajaiban' di Italia Mas Kartes, Saya belum googling sie, ada atau tidak suatu masa dan suatu bangsa tanpa adanya pemerintah apakah mereka tetap bisa hidup damai tanpa chaos atau tidak. Tapi, kalau pemerintahnya seperti apa yang disampaikan oleh mas Chaktie yang ngga beres ngurus rakyatnya, ya wajar aja kalau terus kita skeptis dan memilih untuk mengurus diri kita sendiri. Salam ryan 2010/5/6 sen diskartes <d1ka...@yahoo. com> > > > gue suka statement ini nih... > > jadi teringat ajaran filsuf jaman dulu... > tapi perlu diingat bung ryan,, kalo tanpa pemerintah berarti tanpa rule,, > terjadi chaos.. > tapi gue setuju banget,, keliatannya hidup jadi lebih menantang,,pake hukum > rimba gitu... > wakakak > > kartes > *sedang berangan angan* > > [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]