assalamualaikum
saya juga sudah pernah menanyakan kepada bank syariah mengenai pembelian rumah.
dari mereka melakukan akad jual beli dalam artian pihak bank akan membeli rumah 
yang kita pilih.
kemudian pihak bank akan membeli rumah tersebut dan menjualnya kepada kita. 
pengakuan dari pihak bank adalah cicilan selama waktu yang telah di tentukan 
misalnya (15 tahun) tetap tidak berubah. setelah 15 tahun dan sudah lunas kita 
baru mendapatkan sertifikat atas nama kita. dan selama kita mencicil rumah 
tersebut sudah bisa kita tempati.



Hendra Gunawan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
menarik sekali e-mail dari umm ismael.... Misalnya kasus beli rumah tadi di 
balik,

harga rumah : 125 Juta
DP : 25 Juta
Sisa harga rumah : 100 Juta

Lalu kita minta bank membelinya untuk kita, pihak bank mengatakan akan 
membelikan untuk kita seharga 235 Juta dengan masa cicil 15 tahun jadi pihak 
yang membelikan selama 15 tahun mempunyai keuntungan 135 Juta, dengan system 
jual beli seperti ini termasuk syar'i atau tidak dalam sudut pandang hukum 
islam?

Terima kasih

Abu Hanif

_____

From: assunnah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf
Of Saipah Gathers
Sent: Wednesday, September 05, 2007 3:41 AM
To: assunnah@yahoogroups.com
Subject: RE: [assunnah]>>Bank Syariah<<

Assalamu'alaykum,

Ini salah satu contoh perhitungan membeli rumah dengan angsuran Bank 
Syariah....tetap saja ada Riba nya dinamakan Marjin 9%, ini namanya sistem 
ribawi dari belakang berkedok syariah.

Simulasi Perhitungan Angsuran

Harga Rumah : Rp 125 juta

Uang muka (maksimum 20 %) : Rp 25 juta

Maksimal Pembiayaan (80%) : Rp 100 juta

Marjin berlaku : 9 % pa (flat)

Jangka Waktu : 15 tahun

Pokok pembiayaan + marjin
= Rp 100 juta + (Rp 100 juta x 9 % x 15 thn)

= Rp 235.000.000

Angsuran perbulan
= Rp 235.000.000 / (12 bulan x 15 thn)

= Rp 195.000.000 / 120

= Rp 1.305.555,-

Salam

umm Ismael


-------------------------------------------------

Dhanny Kosasih <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Wa'alaykumussalaam warahmatullah,
Sekarang ini tidak sedikit orang menempelkan kata "Syariah" demi
menghalalkan apa yang telah Allah subhanawata'ala haramkan. Maka kita harus
melihat hakikat dari bank-bank yang katanya syari'ah ini. Ana tidak tau
secara mendetail tentang cara kerja bank ini dari a sampai z. Yang saya
ketahui sedikit adalah bank Muamalat (yang notabene adalah bank yang paling
mendekati syari'at), mereka memakai konsep bagi hasil, tapi kenyataannya
ternyata itu tidak sesuai syariat. Sebab konsep bagi hasil itu adalah
hubungan kerjasama yang telah disepakati antara pihak dimana telah terjadi
kesepakatan tentang pembagian hasilnya, dan jika terjadi kerugian maka semua
pihak yg terlibat itu harus menanggung kerugiannya juga, dan ini tidak
mereka lakukan. Ada lagi ketentuan jika menabung lebih dari jumlah tertentu
(ana lupa nominal persisnya) maka akan mendapatkan bagi hasil tetapi jika
kurang dari itu maka ada potongan tiap bulannya, ini cukup membingungkan,
sebab saat uang tabungan itu terpotong berarti kondisi usaha dalam bagi
hasil itu dalam keadaan rugi, dan tentunya kerugian ini juga dirasakan oleh
orang yang ikut ambil bagian dalam bagi hasil tersebut, dan juga jika benar
kondisi usaha tersebut dalam keadaan rugi maka indikasi untung rugi dari
usaha tersebut bukanlah dari operasional usaha tersebut tapi dari nominal
uang yg disetorkan.

Adapun masalah memanfaatkan bank tersebut hanya sebagai alat simpan uang dan
memanfaatkan fasilitasnya (seperti atm, transfer uang) karena kondisi yang
darurat dan tanpa mengambil uang riba untuk kepentingan sendiri maka hal itu
diperbolehkan karena kondisinya yang darurat. Dan jika telah ada bank yang
sesuai syariat Islam maka menggunakan bank riba tersebut menjadi haram
hukumnya karena telah hilangnya keadaan darurat tersebut. Dibawah ana
salinkan fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Baz Rahimahumullah (sumber:
http://www.almanhaj <http://www.almanhaj.or.id/content/1583/slash/0>
.or.id/content/1583/slash/0)

Barakallahufik.
Ibnu Shiynniy Dhanny Kosasih bin Gunawan Kosasih bin Koo Giong Hoa

----------------------------------------------------------

HUKUM MENTRANSFER UANG MELALUI BANK-BANK RIBA

Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Baz

Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Baz ditanya : Kami adalah para pegawai Turki yang
bekerja di kerajaan Saudi Arabia. Negara kami Turki, sebagaimana yang kita
maklumi, adalah negara yang menjadikan sekulerisme sebagai hukum dan
undang-undang. Riba demikian memasyrakat di negeri kami dalam aplikasi yang
aneh sekali, hingga mencapai 50% dalam satu tahunnya. Kami disini terpaksa
mentransfer uang kepada keluarga kami di Turki melalui jasa bank-bank
tersebut, yang jelas merupakan sumber dan biangnya riba.

Kami juga terpaksa menyimpan uang kami di bank karena khawatir dicuri,
hilang atau bahaya-bahaya lain. Dengan dasar itu, kami mengajukan dua
pertanyaan penting bagi kami. Tolong berikan penjelasan dalam persoalan kami
ini, semoga Allah memberi kan pahala terbaik bagi anda.

Pertama : Bolehkah kami mengambil bunga dari bank-bank riba tersebut lalu
kami sedekahkan kepada fakir miskin atau membangun sarana umum, daripada
dibiarkan menjadi milik mereka ?

Kedua : Kalau memang tidak boleh, apakah boleh menyimpan uang di bank-bank
tersebut dengan alasan darurat untuk menjaga uang itu agar tidak tercuri
atau hilang, tanpa mengambil bunganya ? Harus dimaklumi, bahwa pihak bank
akan memanfaatkan uang tersebut selama masih ada didalammnya.

Jawaban
Kalau memang terpaksa mentransfer uang melalui bank riba, tidak ada masalah,
insya Allah, berdasarkan firman Allah Ta’ala.

“Artinya : …. Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu
apa yang diharamkanNya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu
memakannya..” [Al-An’aam : 119]

Tidak diragukan lagi, bahwa mentransfer uang melalui bank-bank itu termasuk
bentuk kedaruratan umum pada masa sekarang ini, demikian juga menyimpan uang
didalamnya tanpa harus mengambil bunganya. Kalau diberi bunga tanpa ada
kesepakatan sebelumnya atau tanpa persyaratan, boleh saja diambil untuk
dioperasikan di berbagai kebutuhan umum, seperti membantu fakir miskin,
menolong orang-orang yang terlilit hutang dan lain sebagainya.

Namun bukan untuk dimiliki dan digunakan sendiri. Keberadaannya bahkan
berbahaya bagi kaum muslimin bila ditinggalkan begitu saja, walaupun dari
usaha yang tidak diperbolehkan. Maka lebih baik digunakan untuk yang lebih
bermanfaat bagi kaum muslimin, daripada dibiarkan menjadi milik orang-orang
kafir sehingga justru digunakan untuk hal-hal yang diharamkan oleh Allah.

Namun bila mungkin mentransfer melalui bank-bank Islam atau melalui cara
yang diperbolehkan, maka tidak boleh mentransfer melalui bank-bank riba.
Demikian juga menyimpan uang, bila masih bisa dilakukan di bank-bank Islam
atau di badan-badan usaha Islam, tidak boleh menyimpannya di bank-bank kafir
berbasis riba, karena hilangnya unsur darurat. Hanya Allah yang bisa
memberikan taufiqNya.

[Disalin dari kitab Al-Fatawa Juz Awwal edisi Indonesia Fatawa bin Baz,
Penulis Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, Penerbit At-Tibyan Solo]


----------------------------------------------------------
From: Sudarman
Sent: 30 Agustus 2007 20:49
To: [EMAIL PROTECTED] <mailto:assunnah%40yahoogroups.com> s.com
Subject: [assunnah] Bank Syariah
Assalmualaikum,
Ana mau tanya..apakah Menabung di Bank Syariah yang banyak bermunculan di
Indonesia sudah pasti terbebas dari riba..? karena ana pernah dapat
selebaran brosur pinjaman dengan bunga dari salah satu Bank Syariah
terbesar. Apakah ada kiat khusus untuk memilih Bank yang benar-benar
menjelaskan prinsip syariah dan terbebas dari riba.??

Terima kasih


---------------------------------
Be a better Globetrotter. Get better travel answers from someone who knows.
Yahoo! Answers - Check it out.


Website anda: http://www.assunnah.or.id & http://www.almanhaj.or.id
Website audio: http://assunnah.mine.nu
Berhenti berlangganan: [EMAIL PROTECTED]
Ketentuan posting : http://www.assunnah.or.id/ragam/aturanmilis.php 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/assunnah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke