makasih mbak dini, pak theo, nanti saya coba cari tabloidnya.

mbak eva, dokter otamar itu prakteknya di rs mana ya?
milis kehamilan itu alamatnya apa ya mbak?



On 11/17/06, Evariny Andriana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

ini mbak informasinya..dari milis kehamilan :D

Melahirkan di Kolam Mainan
Majalah Tempo - Edisi. 37/XXXV/06 - 12 November 2006

Liz Adianti menjadi orang pertama di Indonesia yang menjalani
persalinan di dalam air. Bisa mengurangi rasa nyeri.

Kolam itu seperti ban raksasa. Berdiameter dua meter yang bisa
menampung air dengan ketinggian tidak lebih dari setengah meter.
Bahannya dari plastik dengan gambar binatang aneka warna di
dindingnya. Tempatnya di lokasi yang tak lazim: di ruang dalam rumah
sakit.

Bagi sang pemilik, Liz Adianti, benda itu bukanlah barang
mainan. "Saya menjalani proses persalinan di kolam itu," kata
karyawan swasta berusia 32 tahun ini kepada Tempo di kediamannya,
perumahan Griya Satwika, Ciputat, Tangerang, Kamis pekan lalu.

Awal bulan lalu, Liz menjadi orang pertama di Indonesia yang
menjalani proses persalinan sambil berendam di dalam air. "Ternyata
lebih enak melahirkan dalam air. Tidak terlalu capek dan saya lebih
nyaman," kata Liz tentang proses kelahiran anak keduanya itu.

Melahirkan dalam air sudah menjadi obsesi Liz Adianti sejak
mengandung anak pertama, empat tahun lalu. Namun, ketika itu
keinginan istri Harlizon ini belum bisa terpenuhi. Tidak ada satu pun
rumah sakit yang berani melakukannya.

Metode persalinan di dalam air memang masih baru di Indonesia.
Padahal, cara ini sudah dikenal lama di Eropa, terutama di Rusia
sebagai negara pertama yang memperkenalkannya. Ibu-ibu Rusia percaya
bahwa melahirkan sambil berendam di air bisa mengurangi rasa sakit.
Mereka pun bisa menjalani persalinan itu dengan perasaan nyaman dan
rileks.

Bagi ibu-ibu yang tiba waktunya untuk melahirkan, momok yang
membayang saat masuk rumah sakit adalah rasa sakit saat persalinan.
Akibatnya, timbul tekanan psikis yang kian mempersulit proses
melahirkan. Biasanya dokter kemudian menawarkan metode pengurang rasa
nyeri persalinan dengan tindakan medis (menggunakan Pethidin,
Intrathecal Labor Analgesia, atau Epudural) atau nonmedis (teknik
relaksasi, hipnosis, teknik pernapasan, homeopathy, atau akupunktur).
Jalan pintas pun kerap dipilih: masuk ruang bedah untuk menjalani
operasi caesar.

Nah, menurut dokter ahli kandungan Otamar Samsudin, melahirkan di da-
lam air ini juga menjadi satu metode yang bisa dipilih para ibu untuk
mengurangi rasa sakit. "Karena terendam air, otot vagina jadi lebih
lentur dan elastis. Jadi bisa mengurangi rasa sakit dan robekan jalan
lahir," kata dokter yang membantu persalinan Liz Adianti.

Secara teknis, persalinan di dalam air sebenarnya tidak berbeda
dengan persalinan normal. Hanya prosesnya saja yang dilakukan di
dalam air. Lalu, bagaimana jika nanti bayi terminum air saat
menghirup napas pertamanya?

Ketakutan itu, kata Otamar, sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan. Di
dalam rahim, bayi juga hidup dalam cairan air ketuban. Selama itu
bayi mendapat oksigen dari sang ibu melalui tali pusar. Penyaluran
oksigen ini tidak putus di saat bayi keluar dari rahim dan masuk ke
dalam air. "Kalau tali pusatnya masih terhubung dengan ibu, bayi
masih mendapat oksigen dari ibu," kata Otamar. Yang harus
diperhatikan adalah menjaga agar bayi tidak menangis. Sebab, ketika
dia menangis, saat itulah bayi menarik napas pertamanya.

Caranya? Buatlah suhu air kolam sama dengan cairan di dalam rahim.
Suhu yang berbeda menjadi penyebab utama yang merangsang bayi untuk
menangis. Putusnya tali pusat yang menghubungkan bayi dengan sang ibu
juga memicu bayi untuk menangis. "Tidak jarang rangsangan itu muncul
akibat ari-ari yang hampir lepas," kata Otamar.

Dengan memperhatikan "rambu-rambu" itu, Otamar sukses menggunakan
metode tadi pada persalinan Liz Adianti, 4 Oktober lalu. Sukses ini
disusul oleh Fenny Julianti (6 Oktober) dan Rosida (27
Oktober). "Kesehatan saya lebih cepat pulih. Saat melahirkan anak
pertama secara normal tidak secepat ini," kata Fenny, 28 tahun, warga
Pasar Minggu.

Keberhasilan ini, menurut Otamar, membuat beberapa ibu sudah
mendaftarkan diri untuk mengikuti jejak Liz. Namun, tak semua bisa
dikabulkan. "Mereka yang hanya memiliki peluang 50 persen untuk
melahirkan secara normal tidak bisa menggunakan metode ini," kata
dia. Begitu juga para wanita yang memiliki penyakit komplikasi
seperti jantung, darah tinggi, dan herpes.


On 11/17/06, theo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Bu,
> baca di tabloid nova deh. saya lupa di edisi okt atau november ini.
disitu
> ada artikelnya dan dokternya.
> setahu saya pake kolam air yang khusus (besar). gitu.
>
> theo
>
>




--
Tetap semangat

Rhein Astrisandy
http://rhein.blogs.friendster.com/my_blog
www.cintabunda.com

Kirim email ke