Iya nih
saya sangat khawatir dengan acara "smack Down" di Lativi ini
anak saya: Mas Reza (7th) dan Dek Reza (2,5 th) sudah mulai "beradegan" sama
dengan apa yg dilihatnya di Lativi.
parahnya lagi, Reza akan melakukan hal yang sama bila ia "marah" dengan
adik-nya - Anggya (14 bulan)

susahnya lagi
Di sekolah mas Nanda, pedagang asongan juga sudah mulai jual poster-nya si
John Sena (pemenang di SmackDown)

2 hari yang lalu
saat akan berangkat ke kantor
sambil nyetir mobil, saya mendengarkan siaran sebuah radio swasta di
surabaya juga membahas hal ini
banyak orang tua yang khawatir akan efek samping / dampak dari tayangan ini

*Himbauan*
Kepada manajemen LatiVi terhormat,
Please STOP tayangan ini
atau kalau tidak mau di stop, ya di pindah jam tayangnya yang sekiranya
tidak di jam-jam anak-anak masih melek nonton TV

efek tontonan ini sangat membahayakan keseharian anak-anak
apalagi saya yang sehari-hari harus bekerja dan meninggalkan mereka di rumah
tidak bisa mengawasi mereka 100%
pengawasan dan pengertian Pembantu ttg hal ini juga masih kurang walaupun
saya sudah selalu wanti-wanti

sekiranya bila berkenan
berikan tontonan yang mendidik untuk generasi muda kita
terutamanya anak-anak kecil yang benar-benar tidak bisa menyaring mana yang
baik dan mana yang tidak
*****************

#MamanyaERZAGYAYgLagiGundah#
Surabaya

On 11/22/06, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Rabu, 22 Nopember 2006

Dengan 'SmackDown', Bocah Bergadai Nyawa




Tubuh pria kekar itu dihiasi tato. Panggilannya, The Undertaker. Lawannya
tak kalah kekar. Otot-otot menyembul di hampir seluruh bagian tubuhnya.
Lelaki yang memiliki sebutan Triple H itu bergumul dengan si Undertaker.

Adu jotos, saling banting dilakukan kedua pegulat itu di atas ring.
Tiba-tiba, tangan Undertaker menggenggam leher lawannya. Bak kapas, badan
Triple H diangkat dengan satu tangan. Tak lama kemudian, tubuh Triple H
dihempaskan ke atas kanvas ring. Penonton pun bersorak riang.

Kekerasan memang sarat dalam setiap adegan tayangan gulat luar negeri yang
biasa disebut SmackDown itu. Bahkan, bisa dibilang, kekerasan yang dilakukan
kerap bernuansa ekstrem. Sang lawan memang terlihat kesakitan. Tapi, dia tak
apa-apa --tak ada tandu yang diperlukan untuk melarikannya ke rumah sakit.
Tak jarang pula, beberapa alat seperti kursi, kayu, hingga palu juga
digunakan oleh petarung untuk segera memenangkan pertandingan. Banyak
penonton tidak menyadari bahwa semua ini hanyalah trik pertunjukan televisi
untuk meraih rating tinggi.

Hal itu pula yang tidak disadari oleh Restu, Iyo, dan Ii, warga Kompleks
Banda Asri, Desa Banda Asri, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung.
Adegan-adegan dalam SmackDown itu oleh siswa-siwa SMP ini ditiru dan
dipraktikkan.

Sebagai lawan, mereka memilih Reza Ikhsan Fadillah (9 tahun), tetangga
mereka. Tubuh kecil siswa kelas III SD Cincin I itu mereka banting.
Kepalanya dihujamkan ke atas lantai. Tangannya ditekuk, meski Reza mengaduh
kesakitan.

''Karena menirukan adegan SmackDown, anak saya meninggal,'' kata Herman
Suratman (53). Menurut Herman, satu pekan sebelum Hari Raya Idul Fitri lalu,
Reza mengeluhkan tangan kirinya terasa sakit hingga sulit digerakkan. Tapi,
Reza tidak mengaku penyebab sakit itu.

Tapi, selama satu pekan, rasa sakit itu semakin menjadi. Pada Rabu
(25/10), satu hari setelah Idul Fitri, Herman melarikan anaknya ke Rumah
Sakit Daerah (RSD) Soreang. Tapi, RSD Soreang mengaku tidak memiliki
peralatan memadai.

Reza dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS). Dari hasil rontgen,
diketahui tulang pangkal lengan kiri Reza terpisah. Urat di tangan kirinya
pun diketahui terjepit tulang. Selain itu, Reza juga mengalami cedera di
bagian dalam kepala.

Reza lalu dirawat di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) sebelum
dipindahkan ke ruang ICU RSHS. Selama sepekan hingga Kamis (2/11). ''Tapi,
karena tidak sembuh juga, saya memaksa membawa Reza ke Cianjur, ke tukang
urut tulang,'' ujar Herman.

Kondisi Reza mulai membaik. Tapi, itu tidak lama. beberapa hari kemudian,
kondisi Reza kembali parah. Saat teman-teman Reza menengok ke rumah, Herman
baru mengetahui bahwa penyebab sakitnya Reza adalah adegan SmackDown yang
dipraktikkan Restu, Iyo, dan Ii.

Menurut Herman, ketiga anak itu sudah mengakuinya. Pada hari itu juga,
Rabu (15/11), Herman langsung melaporkan ketiga anak itu ke polisi. Tapi,
dia tak bisa terlalu memerhatikan hasil penyelidikan polisi. Pada Kamis
(16/11), kondisi Reza bertambah parah. ''Reza meninggal dalam pangkuan
saya,'' ujar pria ini dengan berlinang air mata.

Atas kejadian ini, Herman telah meminta kepada Ketua DPRD Kabupaten
Bandung, Agus Yasmin, dan Bupati Bandung, Obar Sobarna, untuk menyurati
Lativi, yang menayangkan tayangan SmackDown ini.

Dia mengaku enggan jika harus menuntut Lativi. Pasalnya, kalaupun
gugatannya dimenangkan pengadilan, dia hanya memperoleh ganti rugi.
''Sedangkan yang saya khawatirkan, jangan sampai anak-anak yang lain
mengalami nasib serupa seperti Reza,'' kata dia.

Trauma tak hanya dialami Herman. Para pengajar di SD Cincin I langsung
melarang siswa didiknya untuk menirukan adegan-adegan SmackDown. ''Seruan
itu kami sampaikan setiap pagi di setiap kelas,'' kata Kepala Sekolah Cincin
I, Nendi Rohendi.

Untuk menghapus gambaran mengenai SmackDown, pihak sekolah juga merazia
pedagang yang kerap menjual gambar-gambar yang ada sangkut pautnya dengan
acara itu.

Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Bandung, Denni Rukada, mengatakan, program
acara SmackDown tidak layak ditayangkan lagi. Selain Reza, masih banyak
anak-anak di Kabupaten Bandung yang menjadi korban. ''Hampir setiap dua hari
sekali, tukang urut yang ahli membetulkan tulang, selalu mendapat pasien
anak-anak. Mereka juga menjadi korban karena bermain SmackDown,'' ujar dia.

Selain menuntut tayangan SmackDown itu dihentikan, Denni juga meminta
petugas kepolisian untuk menyita seluruh VCD ataupun DVD, serta CD
playstation SmackDown.

Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Barat, Dadang Rahmat
Hidayat, mengaku sudah memberikan surat teguran keras kepada Lativi. ''Kami
akan berusaha lebih intensif lagi supaya tayangan ini dihentikan,'' ujar
dia.

Menurut dia, secara substansi acara ini memperlihatkan tayangan yang
sadis. Sedangkan secara isi, tayangan yang penuh dengan muatan entertainment
ini ditayangkan pada pukul 21.00 WIB. Harusnya, kata dia, acara yang hanya
layak ditonton orang dewasa, ditayangkan lebih malam lagi.

Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Sinansari ecip, mengaku
sudah mendengar perihal peristiwa menyedihkan itu. Untuk itulah, kata dia,
KPI akan memanggil pihak Lativi pekan depan.

Merujuk pada Undang-Undang Penyiaran, Ecip menyatakan, tayangan SmackDown
sebenarnya sudah melanggar pasal 36 tentang penayangan kekerasan di layar
televisi. ''Dalam tayangan tersebut terlihat darah, aksi menendang, hingga
menghantam lawan dengan kursi. Menurut saya semua itu sudah tergolong pada
penayangan kekerasan secara terbuka di TV,'' paparnya.

Manajer Humas Lativi, Raldy Doy, belum mendengar rencana pemanggilan KPI.
Namun, ia mengaku sudah mendengar kabar tewasnya bocah di Bandung yang
diduga tewas terkait dengan tayangan SmackDown itu. Menurut dia, Lativi pun
berencana mengecek kebenaran kabar tersebut. ''Kita akan melakukan
investigasi bersama juga.''

Sementara itu berdasarkan keterangan tertulis melalui surat elektronik
yang dikirimkan Raldy kepada Republika, tayangan SmackDown merupakan murni
program hiburan. Selanjutnya lagi, layaknya film atau telenovela, SmackDown
ini dilakukan sesuai skrip. Semua omongan dan gerakan, kata dia juga,
berdasarkan skrip yang mesti dihafal. ''Sedangkan gerakan-gerakan 'kasar'
yang diperlihatkan dilaksanakan terlebih dahulu oleh para profesional yang
sudah berlatih lama.''

Kemudian juga, Raldy mengatakan, sebagai tindakan preventif agar adegan di
SmackDown tidak diikuti maka host selalu menyampaikan agar jangan menirukan
semua adegan di rumah. ''Begitu juga kami menampilkan running text serta
logo 'Bimbingan Orang tua (BO)' agar orang tua selalu mendampingi
anak-anaknya saat menonton tayangan ini,'' ujarnya.

(rfa/akb ) http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=272629&kat_id=3




--
Enggar Retnoningsih
Surabaya
Fax: 031-8291274
http://www.findmagicinyou.blogspot.com   http://www.rumahbatik.blogspot.com
http://arisankita.com/?id=Ernoni
http://www.babiesonline.com/babies/r/reza
http://asia.pg.photos.yahoo.com/ph/contoh_pernik/my_photos
http://indonetwork.co.id/Griya_Usaha
http://www.ratemybabypics.com/view/anggya.html

Kirim email ke