Iya sama dng anakku (2thn), wktu liburan lebaran kmrn krn banyak sepupu
laki2 yg lebih besar dr dia (sudah sekolah dasar) dan sama2 nginep
dirumah nenek selama 4 hr, smackdown ini menjadi permainan wajib setiap
hari.  Alhasil begitu pulang krumah, entah itu bundanya atau ayahnya
selalu dijadikan lawan bermain smackdown (pdhal dia blm pernah nonton di
TV....hiks).  Terus terang aku khawatir sekali, takutnya begitu anakku
mulai sekolah dia akan seperti itu ke teman2nya.  Please parents
sharingnya donk.  thnx

Hairiah
Marketing Services
PT. Trasformasi Televisi Indonesia 
Phone. (021) 7917 7000 ext. 5170
Fax  . (021) 7918 4537
Email. [EMAIL PROTECTED]
 
-----Original Message-----
From: Enggar Retnoningsih [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, November 22, 2006 9:28 AM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: Re: [balita-anda] (NEWS) Dengan 'SmackDown', Bocah Bergadai
Nyawa

Iya nih
saya sangat khawatir dengan acara "smack Down" di Lativi ini
anak saya: Mas Reza (7th) dan Dek Reza (2,5 th) sudah mulai "beradegan"
sama
dengan apa yg dilihatnya di Lativi.
parahnya lagi, Reza akan melakukan hal yang sama bila ia "marah" dengan
adik-nya - Anggya (14 bulan)

susahnya lagi
Di sekolah mas Nanda, pedagang asongan juga sudah mulai jual poster-nya
si
John Sena (pemenang di SmackDown)

2 hari yang lalu
saat akan berangkat ke kantor
sambil nyetir mobil, saya mendengarkan siaran sebuah radio swasta di
surabaya juga membahas hal ini
banyak orang tua yang khawatir akan efek samping / dampak dari tayangan
ini

*Himbauan*
Kepada manajemen LatiVi terhormat,
Please STOP tayangan ini
atau kalau tidak mau di stop, ya di pindah jam tayangnya yang sekiranya
tidak di jam-jam anak-anak masih melek nonton TV

efek tontonan ini sangat membahayakan keseharian anak-anak
apalagi saya yang sehari-hari harus bekerja dan meninggalkan mereka di
rumah
tidak bisa mengawasi mereka 100%
pengawasan dan pengertian Pembantu ttg hal ini juga masih kurang
walaupun
saya sudah selalu wanti-wanti

sekiranya bila berkenan
berikan tontonan yang mendidik untuk generasi muda kita
terutamanya anak-anak kecil yang benar-benar tidak bisa menyaring mana
yang
baik dan mana yang tidak
*****************

#MamanyaERZAGYAYgLagiGundah#
Surabaya

On 11/22/06, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Rabu, 22 Nopember 2006
>
> Dengan 'SmackDown', Bocah Bergadai Nyawa
>
>
>
>
> Tubuh pria kekar itu dihiasi tato. Panggilannya, The Undertaker.
Lawannya
> tak kalah kekar. Otot-otot menyembul di hampir seluruh bagian
tubuhnya.
> Lelaki yang memiliki sebutan Triple H itu bergumul dengan si
Undertaker.
>
> Adu jotos, saling banting dilakukan kedua pegulat itu di atas ring.
> Tiba-tiba, tangan Undertaker menggenggam leher lawannya. Bak kapas,
badan
> Triple H diangkat dengan satu tangan. Tak lama kemudian, tubuh Triple
H
> dihempaskan ke atas kanvas ring. Penonton pun bersorak riang.
>
> Kekerasan memang sarat dalam setiap adegan tayangan gulat luar negeri
yang
> biasa disebut SmackDown itu. Bahkan, bisa dibilang, kekerasan yang
dilakukan
> kerap bernuansa ekstrem. Sang lawan memang terlihat kesakitan. Tapi,
dia tak
> apa-apa --tak ada tandu yang diperlukan untuk melarikannya ke rumah
sakit.
> Tak jarang pula, beberapa alat seperti kursi, kayu, hingga palu juga
> digunakan oleh petarung untuk segera memenangkan pertandingan. Banyak
> penonton tidak menyadari bahwa semua ini hanyalah trik pertunjukan
televisi
> untuk meraih rating tinggi.
>
> Hal itu pula yang tidak disadari oleh Restu, Iyo, dan Ii, warga
Kompleks
> Banda Asri, Desa Banda Asri, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung.
> Adegan-adegan dalam SmackDown itu oleh siswa-siwa SMP ini ditiru dan
> dipraktikkan.
>
> Sebagai lawan, mereka memilih Reza Ikhsan Fadillah (9 tahun), tetangga
> mereka. Tubuh kecil siswa kelas III SD Cincin I itu mereka banting.
> Kepalanya dihujamkan ke atas lantai. Tangannya ditekuk, meski Reza
mengaduh
> kesakitan.
>
> ''Karena menirukan adegan SmackDown, anak saya meninggal,'' kata
Herman
> Suratman (53). Menurut Herman, satu pekan sebelum Hari Raya Idul Fitri
lalu,
> Reza mengeluhkan tangan kirinya terasa sakit hingga sulit digerakkan.
Tapi,
> Reza tidak mengaku penyebab sakit itu.
>
> Tapi, selama satu pekan, rasa sakit itu semakin menjadi. Pada Rabu
> (25/10), satu hari setelah Idul Fitri, Herman melarikan anaknya ke
Rumah
> Sakit Daerah (RSD) Soreang. Tapi, RSD Soreang mengaku tidak memiliki
> peralatan memadai.
>
> Reza dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS). Dari hasil rontgen,
> diketahui tulang pangkal lengan kiri Reza terpisah. Urat di tangan
kirinya
> pun diketahui terjepit tulang. Selain itu, Reza juga mengalami cedera
di
> bagian dalam kepala.
>
> Reza lalu dirawat di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) sebelum
> dipindahkan ke ruang ICU RSHS. Selama sepekan hingga Kamis (2/11).
''Tapi,
> karena tidak sembuh juga, saya memaksa membawa Reza ke Cianjur, ke
tukang
> urut tulang,'' ujar Herman.
>
> Kondisi Reza mulai membaik. Tapi, itu tidak lama. beberapa hari
kemudian,
> kondisi Reza kembali parah. Saat teman-teman Reza menengok ke rumah,
Herman
> baru mengetahui bahwa penyebab sakitnya Reza adalah adegan SmackDown
yang
> dipraktikkan Restu, Iyo, dan Ii.
>
> Menurut Herman, ketiga anak itu sudah mengakuinya. Pada hari itu juga,
> Rabu (15/11), Herman langsung melaporkan ketiga anak itu ke polisi.
Tapi,
> dia tak bisa terlalu memerhatikan hasil penyelidikan polisi. Pada
Kamis
> (16/11), kondisi Reza bertambah parah. ''Reza meninggal dalam pangkuan
> saya,'' ujar pria ini dengan berlinang air mata.
>
> Atas kejadian ini, Herman telah meminta kepada Ketua DPRD Kabupaten
> Bandung, Agus Yasmin, dan Bupati Bandung, Obar Sobarna, untuk
menyurati
> Lativi, yang menayangkan tayangan SmackDown ini.
>
> Dia mengaku enggan jika harus menuntut Lativi. Pasalnya, kalaupun
> gugatannya dimenangkan pengadilan, dia hanya memperoleh ganti rugi.
> ''Sedangkan yang saya khawatirkan, jangan sampai anak-anak yang lain
> mengalami nasib serupa seperti Reza,'' kata dia.
>
> Trauma tak hanya dialami Herman. Para pengajar di SD Cincin I langsung
> melarang siswa didiknya untuk menirukan adegan-adegan SmackDown.
''Seruan
> itu kami sampaikan setiap pagi di setiap kelas,'' kata Kepala Sekolah
Cincin
> I, Nendi Rohendi.
>
> Untuk menghapus gambaran mengenai SmackDown, pihak sekolah juga
merazia
> pedagang yang kerap menjual gambar-gambar yang ada sangkut pautnya
dengan
> acara itu.
>
> Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Bandung, Denni Rukada, mengatakan,
program
> acara SmackDown tidak layak ditayangkan lagi. Selain Reza, masih
banyak
> anak-anak di Kabupaten Bandung yang menjadi korban. ''Hampir setiap
dua hari
> sekali, tukang urut yang ahli membetulkan tulang, selalu mendapat
pasien
> anak-anak. Mereka juga menjadi korban karena bermain SmackDown,'' ujar
dia.
>
> Selain menuntut tayangan SmackDown itu dihentikan, Denni juga meminta
> petugas kepolisian untuk menyita seluruh VCD ataupun DVD, serta CD
> playstation SmackDown.
>
> Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Barat, Dadang
Rahmat
> Hidayat, mengaku sudah memberikan surat teguran keras kepada Lativi.
''Kami
> akan berusaha lebih intensif lagi supaya tayangan ini dihentikan,''
ujar
> dia.
>
> Menurut dia, secara substansi acara ini memperlihatkan tayangan yang
> sadis. Sedangkan secara isi, tayangan yang penuh dengan muatan
entertainment
> ini ditayangkan pada pukul 21.00 WIB. Harusnya, kata dia, acara yang
hanya
> layak ditonton orang dewasa, ditayangkan lebih malam lagi.
>
> Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Sinansari ecip, mengaku
> sudah mendengar perihal peristiwa menyedihkan itu. Untuk itulah, kata
dia,
> KPI akan memanggil pihak Lativi pekan depan.
>
> Merujuk pada Undang-Undang Penyiaran, Ecip menyatakan, tayangan
SmackDown
> sebenarnya sudah melanggar pasal 36 tentang penayangan kekerasan di
layar
> televisi. ''Dalam tayangan tersebut terlihat darah, aksi menendang,
hingga
> menghantam lawan dengan kursi. Menurut saya semua itu sudah tergolong
pada
> penayangan kekerasan secara terbuka di TV,'' paparnya.
>
> Manajer Humas Lativi, Raldy Doy, belum mendengar rencana pemanggilan
KPI.
> Namun, ia mengaku sudah mendengar kabar tewasnya bocah di Bandung yang
> diduga tewas terkait dengan tayangan SmackDown itu. Menurut dia,
Lativi pun
> berencana mengecek kebenaran kabar tersebut. ''Kita akan melakukan
> investigasi bersama juga.''
>
> Sementara itu berdasarkan keterangan tertulis melalui surat elektronik
> yang dikirimkan Raldy kepada Republika, tayangan SmackDown merupakan
murni
> program hiburan. Selanjutnya lagi, layaknya film atau telenovela,
SmackDown
> ini dilakukan sesuai skrip. Semua omongan dan gerakan, kata dia juga,
> berdasarkan skrip yang mesti dihafal. ''Sedangkan gerakan-gerakan
'kasar'
> yang diperlihatkan dilaksanakan terlebih dahulu oleh para profesional
yang
> sudah berlatih lama.''
>
> Kemudian juga, Raldy mengatakan, sebagai tindakan preventif agar
adegan di
> SmackDown tidak diikuti maka host selalu menyampaikan agar jangan
menirukan
> semua adegan di rumah. ''Begitu juga kami menampilkan running text
serta
> logo 'Bimbingan Orang tua (BO)' agar orang tua selalu mendampingi
> anak-anaknya saat menonton tayangan ini,'' ujarnya.
>
> (rfa/akb )
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=272629&kat_id=3
>
>


-- 
Enggar Retnoningsih
Surabaya
Fax: 031-8291274
http://www.findmagicinyou.blogspot.com
http://www.rumahbatik.blogspot.com
http://arisankita.com/?id=Ernoni
http://www.babiesonline.com/babies/r/reza
http://asia.pg.photos.yahoo.com/ph/contoh_pernik/my_photos
http://indonetwork.co.id/Griya_Usaha
http://www.ratemybabypics.com/view/anggya.html

--------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke