Dear Rekan2,

Kalau saya dan suami sih berdua mengerjakan sesuatu dengan saling membantu,
misalnya kadang suami memasak kadang saya memasak. Saya juga membantu suami
mencuci mobil, suami juga membantu saya dengan mengajarkan PR anak saya pada
malam hari. Pokoknya tanpa bicara ba bi bu lagi, kalau saya sibuk suami saya
segera membantu atau apabila saya tidak sedang enak badan dia bersedia
membantu. Saya juga gitu sih, pokoknya kita nggak ada hitung-hitungan atau
wajib nggak wajib deh. Semuanya wajib, semuanya sama, punya kewajiban dan
hak yang sama. Prinsipnya demokrasi dalam keluarga, saling gotong royong dan
bantu membantu. Dalam keluarga yang kecil saja sudah saling menuntut,
apalagi dalam bermasyarakat doong, itulah prinsip hidup keluarga kami
berdua.

Rgrds,
Lilis

-----Original Message-----
From: Joko Kusmanto [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, August 29, 2003 6:48 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [balita-anda] ibu & bapak bekerja


Maaf, sekedar info saja
Saya pernah melakukan penelitian tentang masalah "gender" dan bagaimana
gender dikonseptualisasi dalam keluarga di tahun 2000. Secara ringkas saya
akan sampaikan beberapa hasilnya:
1. Responden secara mayoritas mengatakan bahwa mereka mengetahui konsep
jender, tetapi tatkala diminta untuk menjelaskan konsep jender mereka masih
menyatakan perbedaan "sex" atau jenis kelamin (perbedaan secara biologis).
2. Perbedaan secara biologis tersebut kemudian diasumsikan berkenaan dengan
perbedaan peran sosial (gender).
3. Ketika diminta tanggapan mengenai pekerjaan apa yang mereka ajarkan
dirumah, mayoritas responden menyatakan pekerjaan rumah untuk anak wanita
(mencuci, menyapu, membuat minum, dsb) dan pekerjaan lain untuk anak
laki-laki (mencuci mobil, membetulkan rumah, dsb). Begitu juga dengan mainan
yang mereka berikan untuk anak. Terdapat perbedaan perlakuan antara anak
perempuan dan laki-laki secara tipikal. Begitu juga dengan pekerjaan yang
diharapkan kelak dari anak perempuan dan laki-laki.
KOENTAR: ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat masih belum mampu
membedakan perbedaan antara peran sosial yang dikontruksi oleh kebiasaan
(mungkin budaya) atau perbedaan yang dikontruksi oleh perbedaan biologisnya.
Kesetraan jender yang dikembangkan seharusnya menyadarkan masyarakat tentang
kesetaraan peran sosial, termasuk di dalam keluarga.
Ada suatu daerah yang justru kaum perempuannya yang secara budaya menjadi
pencari nafkah dan sekaligus pekerjaan rumah, sementara kaum laki-laki hanya
duk..duk..mong (duduk duduk ngomong-ngomong). Sanggupkan mereka kaum
perempuan. Karena sudah budaya tentunya seolah-olah nggak jadi masalah,
begitu juga sebaliknya dengan budaya-budaya yang lain.
Info: Ada buku yang menarik untuk dibaca disamping yang lainnya tentu
"Membiarkan berbeda" oleh Ratna Megawangi kalau nggak salah.

Salam dan maaf atas ketidakkeberkenan Bapak/Ibu atas pendapat saya,
Joko



---------------------------------------------------------------------
>> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

---------------------------------------------------------------------
>> Mau kirim bunga hari ini ? Klik, http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke