Assalamu'alaikum wr wb, Saya adalah ayah dari 2 orang putra dan seorang putri. Istri saya lulusan ITS. Sebelum menikah, istri saya bekerja di sebuah perusahaan Telekomunikasi terkemuka di Surabaya. Karena saya berdomisili di Jakarta, setelah menikah, istri saya ikut tinggal di Jakarta dengan resign terlebih dahulu dari pekerjaannya yang lama. Setelah menikah, istri saya pengen punya anak terlebih dahulu, sebelum nantinya, akan mencari pekerjaan lagi setelah melahirkan. Singkatnya, setelah anak saya lahir, istri saya akan mengasuhnya sendiri terlebih dahulu sampai usia 6 bulan, dan berencana untuk mencari pekerjaan setelah itu (bagi saya pribadi, sejak awal saya lebih suka istri saya tinggal di rumah, sekalipun saya tidak pernah memaksakannya kepada istri saya, saya serahkan kepadanya untuk memilih). Setelah 6 bulan berjalan, saya menanyakan kepadanya apakah tidak mencoba cari kerja Ma ? Zidane udah berumur 6 bulan tuh................. "ehmmm........nanti dulu deh, aku masih gak mau pisah jauh-jauh dari dia" 6 bulan, 7 bulan, 10 bulan, 12 bulan, kembali saya tanyakan hal tersebut kepadanya, sampai akhirnya dia memutuskan dengan tegas, bahwa dia tidak mau lagi kerja di kantoran, "insyaAllah lebih bermanfaat kalau di rumah" katanya kala itu. Sekalipun sebetulnya kami hidup sederhana, gaji mengandalkan gaji saya yang sebetulnya masih jauh kalau dibanding dengan rata-rata yang dobel gardan :) sekolah anak saya pilihkan yang sedang-sedang saja, mobil second seharga di bawah 100 juta (alhamdulillah belum pernah mogok), rumah milik sendiri sekalipun kecil (tapi alhamdulillah ga ngontrak). Anak 3, semuanya sehat, Alhamdulillah ya Allah, sesungguhnya sangatlah banyak nikmatmu kepada keluargaku, hanya kadangkala sayalah yang tidak pandai bersyukur........
-- Ibu-ibu yang dirahmati Allah, 1. Saya coba menggarisbawahi kalimat ibu ".......aku kerja juga demi kesejahteraan anak dan juga untuk jaga2 seandainya ada sesuatu yang mengusik sumber pendapatan utama (suami)........" Saya coba list apa saja kejadian yang mungkin akan menyebabkan pendapatan utama (suami) tersendat : a. Suami meninggal dunia b. Suami diPHK c. Suami cacat parah seumur hidup d. Suami menceraikan para Ibu Astaghfirullahal adziiim, semoga bukan itu do'a dari Ibu-ibu untuk suaminya. Ibu-ibu, terutama Ibu-ibu muslim, pernahkah Ibu mendengar/membaca firman Allah "Aku bertindak sesuai sangkaan hambaKu" Jauhkanlah semua pikiran negatif, sebaiknya kita ganti dengan pikiran positif selalu berdo'a semoga suami kita panjang umur, diberkahi, diberi keselamatan, setia, dsb-dsb. Oke, mungkin Ibu bilang, sekedar jaga-jaga. Kalau demikian, boleh dong kalau kita mengajukan pertanyaan yang sebanding (biar imbang), Ibu bekerja untuk berjaga-jaga manakala sumber utama terusik, apakah sekarang kita juga sudah berjaga-jaga agar anak-anak kita kelak tidak terjerumus ke hal-hal yang dimurkai Allah : pergaulan bebas, hamil di luar nikah, terjerumus narkoba, dsb-dsb Andaikata hal itu terjadi, apakah uang yang susah-susah kita kumpulkan bisa melunasinya ? Bukankah kita diajarkan do'a untuk kedua orang tua "Ya Allah, ampunilah Ayah bundaku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku di waktu kecil ?" Mari kita renungkan, kira-kira do'a ini lebih pantas untuk siapa atau akan diberikan oleh Allah kepada siapa ? apakah kasih sayang yang dimaksud adalah kasih sayang ketika mengandung, kemudian melahirkan ditambah 3 bulan ketika para Ibu mengambil cuti melahirkan ? ataukah kasih sayang sejak anak kita kecil sampai usia pernikahan (>23 tahun). 12 bulan dibanding 22 tahun. Kemudian, apakah kasih sayang itu adalah materi/uang/pemenuhan kebutuhan lahiriah. Tentu tidak, karena kasih sayang itu bahasa ruhani bukan materi. Sehingga kalau kasih sayang selalu dihubungkan dengan materi tentu saja tidak akan mengena. Seperti halnya, kasih sayang kita kepada orang tua, apakah Anda akan menjualnya kepada orang yang bisa membelinya ? Coba sebutkan berapa harganya kasih sayang (dalam rupiah). Jelaslah bahwa bahasa ruhani harus dijawab dengan ruhani. 2. Saat ini biaya pendidikan mahal. Betul. Tapi bukankah kita bisa menyekolahkannya di sekolah-sekolah yang biasa-biasa saja ? Pertanyaan mendasar, apa yang kita kejar dari sekolah favorit ? cerdas akademik, status sosial, atau cerdas akhlak ? Apakah sekolah favorit menjadi anak kita akan cerdas secara akademik ? belum tentu, banyak contoh anak yang cerdas akademik berasal dari keluarga dan sekolah yang biasa-biasa saja. Apakah sekolah favorit pasti menjadikan anak kita berakhlak mulia ? Sudah banyak pakar yang bilang, bahwa akhlak itu dimulai dari keluarga, teladan dari Ayah bundanya, bukan dari sekolah. Jadi, sebetulnya kita bisa mengurangi anggaran tersebut dengan menyekolahkan anak-anak kita di sekolah yang sedang-sedang saja. 3. Pertanyaan selanjutnya, Apakah Ibu di rumah menjamin bisa menjadikan anak-anak kita berakhlak mulia ? Jawabnya jelas tidak, tergantung bagaimana kita sebagai Ibu di rumah memanfaatkan waktu. Jangankan itu, bahkan tidak ada jaminan bagi seorang Nabi memiliki anak yang sholeh sholehah, contoh Nabi Adam dan Nabi Nuh. Demikian juga tidak ada jaminan seorang yang rajin shalat akan masuk syurga (kedua hal tersebut sudah ada di dalam Al-Qur'an). Dalam hal ini, mari kita gunakan logika normatif saja, bahwa siapa yang menanam benih maka dia yang akan menuai. Siapa yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mendidik anak agar menjadi anak yang barakah, maka insyaAllah dia akan memperolehnya (semoga saya bisa melaksanakannya, amiiin). Coba renungkan, Apa yang bisa didapat Ibu yang memanfaatkan waktunya 8 jam untuk mendidik anak-anaknya setiap hari, dengan Ibu yang meluangkan waktu 2 jam sehari ? Maaf kalau terlalu panjang lebar, hanya sharing. Ayah Zidane.
> > On 5/9/07, dhani resya <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > hmh.. pengen curhat.. mudah2an bisa jadi masukan buat > > yang lain... > > > > kalo dipikir-pikir aku ini kurang bersyukur... udah > > dapet kerja, gaji lumayan, tapi merasa kurang, bukan > > soal materi tapi kurang waktu bersama anak... > > > > kadang suka mikir kenapa juga kerja di kantoran kalo > > di rumah bisa ngurus anak, padahal kalo dipikir-pikir > > lagi aku kerja juga demi kesejahteraan anak dan juga > > untuk jaga2 seandainya ada sesuatu yang mengusik > > sumber pendapatan utama (suami). > > kalo pagi suka maleeeessss banget pergi kerja karena > > masih kangen banget sama anak. > > > > -------------------------------------------------------------- > Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com > Info balita: http://www.balita-anda.com > Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] > menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED] > > -- Laksmi Juwita Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com
-------------------------------------------------------------- Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com Info balita: http://www.balita-anda.com Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]