kalo menurutku kita real aja.
perusahaan membutuhkan expat. tapi expat punya standard gaji dan 
kesejahteraan sendiri.
mau ga mau perusahaan harus mengeluarkan segitu.
kalo karyawan indonesia juga punya standard sendiri. dan perush juga ga 
mau rugi.

kayak jenis pekerjaan juga. bule punya standard sendiri. bule2 da mulai 
meninggalkan pekerjaan seperti pilot, abk dll.
mereka anggap itu pekerjaan kelas sekian. sedangkan indonesia enggak.
bahkan buruh2 kita banyak yg kerja di negara lain.
banyak banget yg perlu dibenahi oleh negara ini. kadang gw bingung. 
kalo gw presiden gw benahinnya mulai dari mana ya ? hehe





"Ina" <[EMAIL PROTECTED]> 
07/11/2007 11:34 AM
Please respond to
balita-anda@balita-anda.com


To
<balita-anda@balita-anda.com>
cc

Subject
RE: [balita-anda] Kenapa Negeriku Malah Dijadikan Syurga Bagi Expatriate?






Malah ada sdr kerja di kontraktor pma
Dia punya bawahan expat asal
Negara companynya
Gajinya masih gedean bawahannya
Padahal jelas2 scr struktur si expat ini 
Bawahan sdr ku
System penggajiannya jg beda kl sdrku
Dr  kantor representatifnya di jkt ini
Kl bawahannya yg expat langsung dari
Kantor pusat negaranya 
Isn't it ironic...dont u think
(alanis morisette style,..)

cheers
ina

-----Original Message-----
From: Ratna Wulan Sari [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, July 11, 2007 11:20 AM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: Re: [balita-anda] Kenapa Negeriku Malah Dijadikan Syurga Bagi
Expatriate?

pernah loh, ada kejadian diperusahaan lama saya yang 100% PMDN. ada 1
orang bulenya di site yang digaji sangat tinggi, padahal yang kerjanya
kebanyakan teman saya (pak S). waktu pak S menanyakan ke HRD, bahwa
pekerjaan si P (Bule ini) sebenernya dia yang banyak ngerjain dan
mengapa gajinya hanya 1/10 si P. Jawaban HRD manager membuat geli. S,
salahmu, kenapa kamu ngga dilahirkan sebagai bule, kata Manager HRD
sambil nepuk2 pundaknya pak S. Pak S cuma bengong. Waktu dia cerita
keteman2, semuanya pada ngakak,... padahal sih ironis sekali, tapi cuma
bisa jadi bahan lelucon yang bikin geli.

regards,
ratna


----- Original Message ----
From: Dwi Wahyono <[EMAIL PROTECTED]>
To: balita-anda@balita-anda.com
Sent: Wednesday, 11 July 2007 10:56:15
Subject: Re: [balita-anda] Kenapa Negeriku Malah Dijadikan Syurga Bagi
Expatriate?


Bener banget apa yang disampaikan mbak sefty.... kebetulan saya jg
pernah
kerja di kantor yang banyak bule-nya.... perbandingan fasilitas dan
gaji...wah...bukan main.....sebagai gambaran...seorang bule (xpat) itu
paling minim gajinya sebulan $ 25,000 (kalau dikonversi ke rupiah
sekitar
250juta) + fasilitas + reimburse all expense
....apartemen...laundry....sampai beli aqua gelas di Hero aja di
reimburse
juga.....

Sementara ....... kalau pakle (pasangannya bule / Indonesia) gajinya
paling
tinggi 60juta/bulan.... apalagi kayak saya yang levelnya baru staff....
hiks..hiks... malu ah nyebutinnya.... :)

Padahal mereka kerja di Indonesia...dan mengeruk kekayaan alam
Indonesia....
aneh ya negeri ini....?

Makanya sekali lagi...kita mesti merubah paradigma berfikir kita....mari
ciptakan generasi2 yang cerdas dan pintar.... yang punya niat ikhlas utk
memajukan negara dan rakyat Indonesia... yang bukan hanya menjadikan
materi
sebagai satu2nya parameter kesuksesan dan kebahagiaan....

Kalau kita..ortu sdh bisa memberikan contoh yang baik kepada anak
kita...Indonesia akan menjadi bangsa yang makmur..adil...dan
sejahtera....
Insya Allah...

Wassalam,
dwi

*
jadimengenangbeberapatahunsilamsaatdisekelilingbanyakorangbuleberkeliara
n...
:)

On 7/11/07, [EMAIL PROTECTED]
<[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> Sumber:
> http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&dn=20070710204429
>
> Oleh : Vima Tista Putriana
>
> 10-Jul-2007, 22:13:03 WIB - [www.kabarindonesia.com]
>
> KabarIndonesia Tiga setengah abad berada di bawah penjajahan Belanda
> yang sangat tidak beradab telah membuat bangsa Indonesia tumbuh
> menjadi bangsa yang "rendah diri". Meskipun sudah lebih dari 60
> tahun merdeka, tetapi sindrom "mental bangsa terjajah" ini tetap
> belum hilang. Masih saja merasa diri belum sejajar dengan bangsa
> lain.
>
> Satu contoh sederhana keminderan ini terlihat dari diskriminasi
> tingkat gaji yang sangat tinggi antara expatriate dan anak negeri
> sendiri. Para expatriate di Indonesia digaji 10 kali lipat dari
> orang Indonesia meskipun dengan tingkat pendidikan, kemampuan,
> tanggung jawab dan kinerja yang sama.
>
> Seorang foreign engineer di Jakarta misalnya, menurut standar
> Bappenas, mendapatkan gaji sekitar US $5.000,00 per tahun.
> Sebaliknya orang Indonesia, dengan kualifikasi sama hanya menerima
> sebesar $500,00 saja. Tidak jarang dalam suatu proyek, meskipun
> dengan kualifikasi pendidikan lebih tinggi semisal MSc atau PHd,
> orang Indonesia digaji tetap lebih rendah dari expatriate yang cuma
> BSc (Rahardjo,2006).
>
> Di samping gaji tinggi, biasanya expatrite juga mendapat berbagai
> fasilitas berlimpah seperti berkantor di kawasan segitiga mas
> (Sudirman, Thamrin dan Kuningan), tempat tinggal di apartemen mewah,
> keanggotan di club-club olah raga dan hiburan elite dan lain-lain.
>
> Intinya mereka sangat dimanjakan, sehingga tidak salah kalau
> dikatakan Indonesia adalah syurga bagi para expatriate.
> Sebenarnya tidak masalah jika expatriate digaji sedemikian tinggi
> jika memang memiliki kemampuan unik yang tidak dimiliki oleh orang
> Indonesia dan betul-betul dibutuhkan. Tetapi jika kemampuan dan
> kinerja sama, lalu digaji lebih tinggi hanya karena statusnya bule,
> sungguh tidak logis menurut cara fakir orang yang berjiwa "merdeka".
>
> Jika pemerintah atau perusahaan harus membayar mahal hanya untuk
> status ke-bule-an saja, bukankah ini standar yang sangat stupid.
> Ketika jasa seseorang dihargai cuma 1/10 dari koleganya, hanya
> karena dia orang INDONESIA, berarti sungguh malang menjadi orang
> Indonesia.
>
> Mirisnya lagi, yang mengeluarkan standar gaji yang sangat
> diskriminatif ini adalah Bappenas-Pemerintah Indonesia sendiri.
> Berarti pemerintah Indonsia melecehkan rakyatnya sendiri, menganggap
> bodoh bangsanya sendiri. Ini sungguh bertolak belakang dari peran
> yang seharusnya dimainkan oleh pemerintah.
>
> Bukankah pemerintah suatu negara seharusnya menyokong rakyatnya,
> mendorong mereka supaya bisa maju, jika belum mampu difasilitasi
> supaya mencapai kualifikasi sama dengan expatriate. Singkatnya
> memberi kesempatan seluas-luasnya kepada anak bangsa untuk bisa
> berkembang dan mengekspolasi potensinya.
>
> Kenyataan di lapangan menunjukkan tidak selalu yang bernama bule
> lebih pintar dari orang Indonesia. Banyak diantara mereka memiliki
> kemampuan biasa-biasa saja. Malah mungkin di negaranya berada pada
> lapis ke-3 atau 4, tapi di Indonesia mereka disanjung sedemikian
> rupa, mendapatkan posisi yang sangat bagus dan hidup mewah.
>
>


 
____________________________________________________ 
Yahoo! Singapore Answers 
Real people. Real questions. Real answers. Share what you know at
http://answers.yahoo.com.sg


--------------------------------------------------------------
Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke