menarik nih komentarnya jeng Noni ...
saya juga suka kepikiran begitu
kenapa kalau seorang wanita bisa menjalankan dua peran sebagai ibu dan
pegawai
tapi kalau laki laki tidak ?

saya kebetulan punya teman ( di Amerika) yang punya kasus mirip mirip ini
si istri kebetulan punya kemampuan menghasilkan nafkah jauh lebih baik
dibandingkan sang suami.
akhirnya dengan pertimbangan yang cukup alot dan dalam.
keduanya memutuskan untuk berbagi peran.
sang suami dirumah mengurus anak dan sang istri bekerja.

mungkin di LN hal ini lebih mudah diterima yah, tapi kalau kita mau
berpikir logis, dengan mengesampingkan gender, kenapa tidak ? toh ini semua
kan untuk kebaikan keluarga. dengan income yang lebih baik, berarti masa
depan anak bisa lebih baik, hari tua juga lebih terjamin dan lain lain...
kebetulan rezekinya gak lewat suami, tapi lewat istri .. yah gak apa apa
juga toh.
rezeki itu kan datengnya bisa dari mana aja ...
kalau kebetulan datengnya dari ibu, jadi ibu yang harus kerja,
apa salahnya kalau bapaknya ikut bantuin ngurus rumah
toh ini kan demi kebaikan semua ...

tapi kalo disini yah ... ini sangat tergantung pasanganya
apakah mampu dia bertukar peran ? apakah si suami sanggup berperan sebagai
"ibu rumah tangga" dan si istri mengambil tanggung jawab sebagai pencari
nafkah utama ?
apakah sanggup mengacuhkan pandangan di masyarakat yang melihat "negatif"
suami yang tidak bekerja ? dsb..dsbnya ..

atau mungkin, kalau misalnya dua-duanya tetap harus bekerja, bagaimana
kalau anak2 didrop didaycare
didaycare itu anak bisa mendapat stimulasi yang lebih baik dibanding dijaga
sehari hari dengan baby sitter
sekarang ini udah banyak banget kok daycare lokal ataupun asing yang punya
metode yang bagus.
saya sendiri kalo uangnya cukup, kayaknya milih mendingan masukin ke day
care daripada diurusin sama si mbak yang gak jelas latar belakang
pendidikannya apa n suka nonton sinetron2 aneh gak mutu ...

terakhir sebelum membuat keputusan akhir, cobalah berdoa, kalau temannya
kebetulan muslim.
coba untuk menjalankan sholat istiqarah, mohon yang terbaik untuk semuanya
... amin ...

================================
Pada tanggal 25/07/07, Noni @ BIP <[EMAIL PROTECTED]> menulis:

kenapa suaminya gak mungkin tinggal di rumah??

> ----- Original Message -----
> From: Irman Ard
> To: balita-anda@balita-anda.com
> Sent: Wednesday, July 25, 2007 1:49 PM
> Subject: Re: [balita-anda] Istri (juga ibu) frustasi
>
>
> Kalo menurut saya, istrinya bisa cari pekerjaan lain yg tidak menuntut
> waktu
> yg banyak & masih bisa pulang gak terlalu malam.
> Memang perlu pengorbanan utk mendapatkan semuanya.
> Apa istrinya tidak bisa bisnis rumahan, mengumpulkan modal dari gaji
> puluhan
> juta yg ia terima ??
> Kayaknya itu juga lebih baik.
> Menuntut suami utk cari uang yg lebih besar ?? Ada suami yg hanya bisa
> mengandalkan gaji yg ia terima dari kantor, seperti saya ini.
> Bukankah pas mau nikah juga ia sudah mempertimbangkan bahwa suaminya yg
> sekarang ini akan seperti ini ??
> Standar yg seperti apa sih yg diharapkan ?? Susah juga kalo sebelumnya
dia
> termasuk orang kaya sebelumnya.
> Menuntut suami yg tinggal di rumah ??
> Wah yg ini kayaknya gak mungkin deh.
>
>
> Pada tanggal 25/07/07, Ratna Wulan Sari <[EMAIL PROTECTED]>
menulis:
> >
> > Dear rekans BA,
> > Salah satu sobatku tadi nelpon curhat panjang banget,… singkatnya dia
> > dalam keadaan frustasi.
> > Sobatku ini seorang karyawati perusahaan asing, gajinya lumayan besar.
> > Punya suami yang bekerja di perusahaan konglomerasi dalam negri dengan
> > gaji 1/3 gajinya.
> > Punya anak balita 2 orang. Suami istri ini berasal dari latar belakang
> > berbeda. Sobatku anak orang kaya
> > dan biasa hidup enak. Suaminya anak orang kekurangan yang biasa
> prihatin.
> > Singkat cerita awalnya hidup mereka bahagia. Masalah muncul ketika
sudah
> > punya dua orang anak,
> > Dan anak2nya kurang perhatian karena orang tuanya sibuk bekerja.
Biarpun
> > masing2 anak punya baby sitter dan ada
> > pembantu lagi dirumah, masalah selalu timbul. Pembantu keluar-masuk.
> Baby
> > sitter sudah dicoba dari
> > pengasuh biasa sampai baby sitter selalu ngga pas. Yang bagus cuma
kerja
> > sebentar keluar karena kawin,
> > urusan keluarga etc. Alhasil gonta-ganti pengasuh/pembantu sudah biasa.
> > Yang kasihan anak2 tsb
> > (2 dan 4 tahun) jadi terlantar dan kurang perhatian. Yang TK jadi nakal
> > dan kalau ngomong agak kasar, mungkin
> > karena ibunya ini stress dan jadi suka marah2 setelah memikirkan
keadaan
> > rumah masih memikirkan pekerjaan
> > di kantor. Juga kurang perhatian karena pengasuhnya bolak-balik ganti.
> > Yang 2 tahun jadi kurus karena ternyata tidak diurus dengan baik oleh
> > BS-nya – akhirnya dipecat. Sekarang dalam
> > keadaan sakit dan sobatku ngga bisa cuti karena dikejar deadline.
> > Pekerjaannya sangat menyita waktu.
> > Terpaksa anak-anaknya dititipkan dirumah orangtuanya.Tapi kan tidak
bisa
> > terus-terusan begitu.
> > Sebenernya sobatku ini ingin resign saja untuk bisa mengurus anak
dengan
> > baik, tapi memikirkan kebutuhan
> > saat ini yang sangat tinggi rasanya ngga mungkin mengandalkan gaji
> > suaminya saja. Lagipula sayang
> > rasanya meninggalkan pekerjaan dengan gaji puluhan juta begitu saja.
> Yang
> > bikin sobatku frustasi suaminya
> > Itu dirasanya ngga mampu untuk menjadi kepala keluarga yang baik alias
> > ngga bisa menghasilkan dengan layak
> > untuk standard kehidupannya yang sebenernya tidak mewah tapi tidak
> > pas-pasan banget. - Sebetulnya sih menurut saya
> > bukan salah suaminya, tapi memang dia itu jauh lebih pintar dari
> suaminya
> > dalam hal mencari uang, jadi sulit kalau
> > dibandingkan karena kemampuan suaminya memang mentok -. Memikirkan
kalau
> > dia resign berarti anak2nya harus pindah
> > kerumah yang lebih kecil, mungkin cuma punya pembantu 1 yang berarti
> > selain mengasuh anak dia harus mengerjakan
> > pekerjaan rumah tangga yang sebelumnya jarang dikerjakan, mungkin dia
> > malahan bakal jatuh sakit kecapean, kemungkinan
> > anaknya ngga bisa les musik dan balet lagi atau beli susu dan
> buah-buahan
> > yang selama ini rutin dikonsumsi, dll, bikin
> > sobatku tambah frustasi.
> > Saya nulis ini karena rasanya banyak ibu2 BA yang mengalami kejadian
> yang
> > mirip, walau mungkin tidak 100% sama
> > (termasuk saya juga, karir dan anak selalu jadi dilema). Kalau ada yang
> > mau sharing atau sumbang saran untuk sobatku ini,
> > kira-kira bagaimana mengatasi masalahnya. Apa memang resign adalah
> pilihan
> > terbaik ?
> >
> > Regards,
> > ratna
> >
> >
> >      __________________________________________________________________
> > Yahoo! Singapore Answers
> > Real people. Real questions. Real answers. Share what you know at
> > http://answers.yahoo.com.sg
>
>



This e-mail (including any attached documents) is intended only for the
recipient(s) named above.  It may contain  confidential or legally
privileged information and should not be copied or disclosed to, or
otherwise used by, any  other person. If you are not a named recipient,
please contact the sender and delete the e-mail from your system.

Kirim email ke