Mbak Tike,
sependek pengetahuan saya TBC pada dewasa ibtu cenderung akan menular ke anak2 
bila kurleb 6-12 bln tinggal dlm satu rumah... krn bakterinya berada di udara  
lm rumah dan  bs dihirup oleh orang lain.

Kuman TBC tsb bisa dicegah misalnya dengan Pencegahan TB tergantung pada:
〈          Menghindari kontak dengan penderita aktif TBC
〈          Menggunakan obat-obatan sebagai langkah pencegahan pada kasus 
berisiko tinggi
〈          Menjaga standar hidup yang baik

Mengai batpilnya anak sblm terbukti ada infeksi bakteri sebaiknya tidak perlu 
AB, yang pentig kudu ada pmeriksaan lbh lanjut ke anak bila demam n batpil 
mengingat di rumah ada penderita TBC..''
berikut artikelnya yaa
Tuberculosis
 http://www.sehatgroup.web.id/

Tuberculosis (sering dikenal sebagai “TB”) adalah penyakit yang disebabkan oleh 
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Umumnya menginfeksi paru-paru, walaupun 
dapat pula menginfeksi organ tubuh lainnya.

Ketika seseorang yang mengidap TB batuk atau bersin, udara yang disemburkan 
mengandung titik air yang tercemar bakteri tersebut. Biasanya orang tertular TB 
karena menghirup udara yang mengandung titik air terinfeksi ini.

Sebagai salah satu penyakit yang ditakuti pada abad ke-19, TB adalah penyebab 
nomor 8 kematian anak usia 1 hingga 4 tahun pada tahun ’20-an. Dengan 
meningkatnya standar kehidupan dan pelayanan kesehatan di Amerika Serikat, 
tingkat kejadian TB menurun. Pada tahun ’60-an penyakit ini bahkan tidak 
termasuk di antara 10 penyebab kematian utama pada anak dalam usia berapa pun.

Namun TB menyerang kembali di Amerika Serikat akhir-akhir ini – terutama di 
antara para gelandangan, narapidana, dan mereka yang rentan akibat terinfeksi 
HIV. Selain itu, muculnya kasus TBC yang resisten terhadap kombinasi obat juga 
semakin meningkat.

Tanda dan Gejala

Uji rutin untuk TB menggunakan tes tuberkulin pada kulit (digunakan untuk 
menentukan apakah seseorang sudah terinfeksi bakteri TBC) kini hanya dianjurkan 
untuk anak yang berisiko tinggi terpapar penyakit ini. Faktor risiko termasuk 
tertular orang dewasa, melakukan kontak dengan mantan narapidana, gelandangan, 
dan melakukan perjalanan ke negara yang memiliki tingkat penularan TBC yang 
tinggi, seperti Meksiko, India, Vietnam, Cina, Filipina, dan kebanyakan negara 
di Amerika Latin, Asia, Timur Tengah, dan Afrika. Anak adopsi dari daerah 
berisiko tinggi juga perlu diuji, termasuk Rumania dan Rusia.

Pada kebanyakan kasus, hanya jika hasil tes tuberkulin pada kulit positif, maka 
anak tersebut telah terinfeksi. Anak yang hasil tes tuberkulinnya positif, 
walaupun tidak menunjukkan gejala penyakit, umumnya perlu memperoleh 
pengobatan. Namun untuk anak yang berisiko tinggi, hasil tes yang negatif perlu 
dilanjutkan dengan foto rontgen dan pengobatan. Hasil uji yang demikian perlu 
diulang tiga bulan kemudian.

Uji TBC, yang biasa disebut sebagai tes Mantoux, merupakan tes tuberkulin pada 
kulit dengan menggunakan 5 unit derifatif protein termurnikan (purified protein 
derivative, PPD). Uji TBC dalam bentuk lain tidak dianjurkan. Setelah dilakukan 
pada lengan si anak, tes tuberkulin pada kulit dibaca 48 – 72 jam kemudian oleh 
orang yang berpengalaman. Interpretasi tergantung tidak saja dari tipe reaksi 
setelah tes, namun juga pada tingkat risiko anak terkena TBC. Anak yang berusia 
di atas 4 tahun dan tanpa faktor risiko mungkin mengalami sedikit reaksi 
(pembengkakan sebesar 5 – 14 mm) dan tidak terinfeksi TBC. Sedangkan anak yang 
memiliki kontak yang dekat dengan penderita TBC akan dianggap terinfeksi 
walaupun mengalami reaksi yang sangat kecil (lebih besar atau sama dengan 
pembengkakan 5 mm). Anak yang telah menerima imunisasi BCG juga dapat diuji 
Mantoux. Bahkan pada anak yang memiliki masalah pada sistem kekebalan tubuhnya 
akan memperoleh hasil negatif uji tuberkulin pada
 kulitnya, padahal kemungkinan terinfeksi TBC.

Pada anak yang usianya lebih dewasa, TBC paru primer (infeksi pertama dengan 
bakteri TBC) biasanya tidak menimbulkan tanda atau gejala, dan hasil foto 
rontgen dada tidak terlihat adanya tanda infeksi. Sangat jarang terjadi 
pembengkakan kelenjar limfe dan kemungkinan sedikit batuk.

Infeksi primer ini biasanya sembuh dengan sendirinya karena anak telah 
membentuk kekebalan tubuh selama periode waktu 6 hingga 10 minggu. Namun pada 
beberapa kasus, jika tidak ditangani dengan benar (biasanya antara 6 bulan 
hingga 2 tahun), infeksi ini dapat berkembang menjadi penyakit dan menyebar ke 
seluruh paru-paru (disebut TBC progresif) atau ke organ tubuh lainnya. Hal ini 
ditandai dengan demam, kehilangan berat badan, kelelahan, kehilangan selera 
makan, kesulitan bernafas, dan batuk.

Tipe infeksi lainnya disebut TBC reaktivasi. Dalam hal ini infeksi primer sudah 
teratasi, namun bakteri TBC masih dalam keadaan tidur atau hibernasi. Ketika 
kondisi memungkinkan (misalnya kekebalan tubuh menurun), bakteri menjadi aktif. 
TBC pada anak yang lebih tua dan orang dewasa mungkin saja termasuk tipe ini. 
Gejala yang paling jelas adalah demam terus-menerus, diiringi dengan keringat 
pada malam hari. Kelelahan dan kehilangan berat badan juga mungkin terjadi. 
Jika penyakit bertambah parah dan terbentuk lubang-lubang pada paru-paru, 
penderita TBC akan mengalami batuk dan mungkin terdapat darah pada produksi air 
liur, dahak, atau phlegm.

Kebanyakan anak yang menderita TBC tidak menunjukkan gejala apapun. Mereka 
dikatakan mengalami infeksi TBC jika memiliki hasil PPD yang positif, walaupun 
hasil foto rontgen-nya normal dan tidak memiliki tanda atau gejala TBC.

Sebagai tambahan dari tes tuberkulin pada kulit, anak yang mengidap TBC juga 
harus menjalani tes tambahan dengan mengkultur bakteri TBC. Dengan demikian 
kita bisa menentukan bakteri yang dikultur sensitif terhadap jenis obat apa. 
Karena TBC adalah bakteri yang lambat pertumbuhannya, kultur ini bisa mencapai 
10 minggu untuk memperoleh hasilnya. Untuk melakukan kultur, kita perlu 
memperoleh hasil dari pernapasan gastric di pagi hari jika anak tidak dapat 
menghasilkan batuk untuk sampel sputum. Anak yang mengidap TBC juga perlu dites 
HIV.

TBC pada paru-paru menyebabkan pembentukan luka, pembengkakan pleural dan 
pembesaran kelenjar limfe. Hal-hal ini biasanya dapat terlihat pada hasil foto 
rontgen. Selain gejala pada paru yang disebutkan di atas, penyakit TBCjuga 
dapat menyebabkan meningitis dan infeksi pada telinga, ginjal, tulang, dan 
persendian.

Pencegahan

Pencegahan TB tergantung pada:

〈          Menghindari kontak dengan penderita aktif TBC

〈          Menggunakan obat-obatan sebagai langkah pencegahan pada kasus 
berisiko tinggi

〈          Menjaga standar hidup yang baik

Kasus baru dan pasien yang berpotensi tertular diidentifikasi melalui 
penggunaan dan interpretasi tes kulit tuberkulin yang tepat.

Imunisasi BCG (Bacille Calmette – Guérin) dipandang kontroversial karena tidak 
terlalu efektif diberikan di negara yang tingkat kejadian TBC rendah. Untuk 
alasan inilah BCG umumnya tidak diberikan di Amerika Serikat. Namun sebaiknya 
diberikan ke anak yang berpindah ke negara dimana TBC banyak terjadi.

Penularan

TBC memang menular ketika bakterinya berada di udara dan dihirup oleh orang 
lain.

Secara umum, penyakit ini tidak dianggap menular pada anak-anak, yang biasanya 
terinfeksi dari pasien orang dewasa. Masa inkubasi (waktu yang diperlukan untuk 
seseorang menjadi terinfeksi setelah tertular) bervariasi antara mingguan 
hingga tahunan, tergantung dari orang itu sendiri dan jenis infeksinya, apakah 
primer, progresif, atau reaktivasi.

Pengobatan

Dokter biasanya menganjurkan rawat inap untuk evaluasi awal dan pengobatan TBC, 
terutama jika:

*    Penderita adalah anak kecil 

*    Adanya reaksi obat yang parah 

*    Adanya penyakit lain selain TB 


Walaupun demikian, kebanyakan anak kecil yang menderita TBC dapat melakukan 
rawat jalan dan pengobatan di rumah. Pengobatan TBC biasanya berupa pengobatan 
oral. Pada beberapa kasus, ada tiga atau empat jenis obat yang diresepkan.

Sangat penting diingat bahwa rangkaian pengobatan harus dijalani dengan lengkap 
agar TBC dapat disembuhkan, meskipun membutuhkan waktu beberapa bulan. Obat 
yang digunakan merupakan kombinasi antibiotik, tergantung dari resistensi 
bakteri terhadap obat uang umum digunakan. Pengobatan ini harus dikoordinasikan 
dengan departemen kesehatan setempat dan/atau ahli penyakit menular pada anak.

Orang yang memiliki hasil PPD positif sebaiknya membutuhkan pengobatan, 
biasanya berupa isoniazid (INH) selama 9 bulan. Jika infeksi TBC yang diderita 
ternyata resisten terhadap isoniazid, maka dibutuhkan rifampin selama 6 bulan. 
Obat lain yang biasa digunakan adalah pyrazinamide. Etambutol atau streptomycin 
dapat digunakan untuk bakteri TBC yang resisten pada beberapa obat. Pengobatan 
untuk penyakit TBC kompleks (baik meningitis maupun infeksi pada tulang atau 
persendian) biasanya berlangsung selama 9 – 12 bulan dengan menggunakan 3 
hingga 4 jenis obat.

Kebanyakan penderita TBC harus mengitu Terapi Observasi Langsung (directly 
observed therapy, DOT), dimana pengobatan diawasi oleh pekerja kesehatan, baik 
secara langsung maupun menggunakan video.

Orang dewasa penderita TBC sangatlah menular setidaknya selama beberapa minggu 
setelah memulai pengobatan yang benar. Anak-anak penderita TBC tidak terlalu 
menular karena mereka umumnya memiliki lesi yang keciil pada paru-paru dan 
jarang batuk.

Semua kasus infeksi dan penyakit TBC harus dilaporkan ke departemen kesehatan 
lokal di sekeliling Anda.

Durasi

TBC adalah penyakit kronis yang dapat berlangsung bertahun-tahun jika tidak 
diobati.

Kapan Menghubungi DSA Anda

Hubungi dokter jika anak Anda:

*    Berhubungan langsung dengan orang yang sedang (atau dicurigai) mengidap 
TBC 

*    Mengalami demam terus-menerus 

*    Berkeringat di malam hari 

*    Mengalami batuk terus-menerus yang tidak dapat disembuhkan dengan 
pengobatan batuk yang standar 


 
Sumber:
Tuberculosis, 
http://www.keepkidshealthy.com/welcome/infectionsguide/tuberculosis.html
Tuberculosis, http://www.kidshealth.org/parent/infections/lung/tuberculosis.html
 
[LR]


[EMAIL PROTECTED] wrote: 



Dear SP's,

suamiku penderita TBC sudah berobat jalan 6 bulan, namun masih harus
pengobatan lagi karena belum tuntas. Dirumah aku punya bayi 3 bln 10 hari
dan kakaknya umur 2 tahun.

Kakaknya batpil dalam jangka waktu yang panjang hampir 3 bulan dengan ingus
yang berganti2 warna bening dan hijau. Semula saya tidak beri dia AB karena
saya perkirakan dia alergi, sehubungan di kakinya juga banyak merah-merah
(gatal).

Jum'at lalu saya bawa ke SPA dan diberi AB Cefat, salbitamol, celestamine
dalam bentuk puyer. Sementara untuk adiknya diberikan resep INH untuk
diminum 1 bulan sebagai tindakan pencegahan.

Pertanyaan saya:
1. Setiap kali habis mninum puyer, kakak badannya jadi dingin dan banyak
berkeringat. Apakah obatnya terlalu keras? Sebaiknya obat dihentikan
(apakah boleh, mengingat yang diminum AB) atau dikurangi dosis minumnya,
atau diteruskan saja?
2. Apakah benar INH itu bisa dipakai untuk pencegahan TB pd bayi? karena
kasihan ginjal bayi harus kerja keras sekian bulan untuk penyakit yang
belum jelas.

Mohon penjelasan SP's sekalian.

Terima kasih.

tike





Regards,
Uci mamaKavin+Ija
http://oetjipop.multiply.com
       
---------------------------------
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! 
Answers

Kirim email ke