It's a good stories. Memang, kita sebagai orang tua, kadang2 tidak memiliki
waktu bagi anak2 karena kesibukan kita di kantor. Tetapi apa sich yg kita
cari dari kesibukan itu ? Tidak lain adalah uang, untuk mencukupi kebutuhan
kita & keluarga. Tetapi, buat anak2 kita yg belum mengerti apa pentingnya
uang, tidak terpikir sampai sejauh itu. Yg ada pada saat usia remaja, dimana
psikologisnya masih tidak stabil, mereka sedang mencari jati diri mereka.
Kalau mereka sudah jatuh ke lembah yg kotor, narkoba umpamanya, mereka akan
beralasan, orang tua gue aja gak pernah perhati'in. Mereka selalu lebih
memnetingkan kantor daripada diri gue. Siapa coba yg harus disalahkan.
Akhirnya, karena kita sebagai orang tua, menganggap paling berkuasa di
keluarga, anaklah yg dijadikan sasaran kesalahan ini. Kalau kita kilas
balik, sejak anak kita usia 10 thn ke bawah itulah, luangkan waktu kita
untuk mereka. Belajar bersama, bermain bersama, diskusi bersama, walaupun
sehari hanya 5-30 menit saja, agar nantinya mereka akan benar2 menemukan
kepribadiannya yg tidak jauh berbeda dng kita orang tuanya. Dan mereka akan
dng bangga menyebut kita di depan teman2nya :"Mama & Papa ku adalah orang
terhebat di dunia". Bagi bapak/ibu yg saat ini tidak beda jauh dng renungan
yg diberikan oleh Ibu Dewi, saya pun mengetuk hati anda, agar memberikan
waktu buat mereka. Karena bila kita mati, orang2 di kantor kita tidak akan
merasa kehilangan, seminggu kemudian mereka juga akan melupakan kita. Tetapi
bagi anak2 kita, sampai seumur hidup mereka akan kehilangan kita.

----- Original Message -----
From: "Dewi" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Tuesday, May 18, 2004 11:16 AM
Subject: [balita-anda] Renungan Buat yang sibuk berkarir


> Renungan Buat yang sibuk berkarir
>
> Seperti biasa Rudi, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka
> di Jakarta, tiba
> di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Imron, putra
> pertamanya yang baru
> duduk di kelas tiga SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah
> menunggu cukup lama.
>
> "Kok, belum tidur?" sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya, Imron
> memang sudah
> lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke
> kantor pagi hari.
>
> Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Imron menjawab, "Aku
> nunggu Ayah
> pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Ayah?"
>
> "Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi, ya?" "Ah,
> enggak. Pengen tahu
> aja."
>
> "Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam
> dan dibayar
> Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu
> dan minggu libur, kadang
> sabtu Ayah masih lembur. Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?"
>
> Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar,
> sementara ayahnya melepas
> sepatu dan  menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak menuju kamar untuk
> berganti pakaian,
> Imron berlari mengikutinya. "Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,-
> untuk 10 jam, berarti
> satu jam ayah digaji Rp 40.000,- dong," katanya.
>
> "Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok,"perintah Rudi.
> Tetapi Imron tak
> beranjak.
>
> Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Imron kembali
> bertanya, "Ayah, aku boleh
> pinjam uang Rp.5.000,- nggak?"
>
> "Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam
> begini? Ayah
> capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah.  "Tapi, Ayah..."Kesabaran Rudi
> habis. "Ayah bilang
> tidur!" hardiknya mengejutkan Imron. Anak kecil itu pun berbalik menuju
> kamarnya.
>
> Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Imron di
> kamar tidurnya.
> Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron didapatinya sedang terisak-
> isak pelan sambil
> memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus
> kepala bocah
> kecil itu, Rudi berkata, "Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Imron.Buat
> apa sih minta
> uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok'kan bisa.
> Jangankan Rp 5.000,-
> lebih dari itu pun ayah kasih."
>
> "Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau
> sudah menabung
> lagi dari uang jajan selama minggu ini.  "Iya,iya, tapi buat apa?" tanya
> Rudi lembut.
>
> "Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga
> puluh menit
> saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga. Jadi, aku
> mau beli waktu
> Ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi karena Ayah bilang satu
> jam Ayah
> dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit
> tabunganku kurang
> Rp 5.000,- . Makanya aku mau pinjam dari Ayah," kata Imron polos.
>
> Rudi terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-
> erat dengan perasaan
> haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan
> selama ini, tidak cukup
> untuk "membeli" kebahagiaan anaknya.
>
> Dewi-Mama Carine
>
>
> ---------------------------------------------------------------------
> >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
> >> Info balita, http://www.balita-anda.com
> >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]



---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke