Darah Tali Pusar, Asuransi Biologis Masa Depan   
      Oleh Kompas Cyber Media 
       Bila selama ini darah dari tali pusar dibuang begitu saja sesaat setelah 
seorang ibu melahirkan, pikirkan sekali lagi. Sebab, di sana terkandung sel 
induk yang bisa menjadi obat macam-macam penyakit. Inilah "asuransi biologis" 
masa depan! 

      Wahai para ibu, semoga anak Anda tidak bernasib buruk seperti Keone Penn. 

      Anak Lesslie Penn ini menderita sickle cell (sel arit), suatu penyakit 
genetis yang menyerang darah. Sel darah normal berbentuk seperti donat, yang 
mengalir sepanjang pembuluh membawa oksigen. Pada penderita sel arit, darah 
menjadi keras dan lengket, bentuk selnya berubah mirip arit (sabit) seperti 
biasa dipakai petani untuk memotong rumput. Saat melewati pembuluh yang mirip 
pipa kecil, sel darah berbentuk sabit itu akan menyumbat saluran dan berhenti. 
Ini menimbulkan kesakitan, serta merusak dan menurunkan jumlah darah. 

      Keone terdiagnosis menderita penyakit itu saat berusia enam bulan. Lalu, 
ketika berumur lima tahun, penyakit sel arit menyebabkan Keone menderita 
stroke. "Sepanjang yang kuingat, begitu bangun, kulihat ibu di sampingku 
beserta keranjang dan boneka beruang Teddy. Sangat menakutkan," kenang Keone. 

      Ditemani ibunya, Keone rajin keluar- masuk sebuah rumah sakit di Atlanta 
untuk menjalani transfusi darah. Ia berjuang melawan stroke yang bisa merenggut 
nyawanya kapan saja. Namun, saat menjelang umur 11 tahun, transfusi yang dia 
jalani tak lagi menolong. Secara perlahan penyakitnya telah merusak persendian 
dan tulang belakangnya. Akibatnya, Keone tidak bisa beraktivitas layaknya anak 
sebayanya. "Jika aku main basket, kesenggol saja membuatku sakit sekali," 
keluhnya. 

      Sejatinya, pasien macam Keone bisa menjalani tranplantasi sumsum tulang 
belakang. Tapi prosesnya rumit, antara lain karena harus ada kecocokan gen 
antara pendonor dan penerima. Celakanya lagi, tidak ada donor yang cocok untuk 
Keone. Namun, secercah harapan bersinar ketika Dr. Andrew Yeager dari 
University Pittsburgh menawarkan pengobatan dengan metode baru, yakni 
transplantasi menggunakan darah tali pusar (umbilical cord blood, UCB). 

      "Saya tidak yakin prosedur ini berjalan baik. Peluangnya fifty-fifty dan 
terserah Anda. Saya tidak bisa menjanjikan sebuah kesembuhan," tutur Dr. Yeager 
mengakhiri penjelasan panjang lebar soal metode baru itu kepada Lesslie Penn. 

      "Ibu masuk ke kamarku dengan wajah tertekan dan menarik kursi mendekati 
tempat tidurku. Ia lalu menceritakan semua yang dijelaskan Dr. Yeager kepadaku. 
Aku hampir menangis. Ibu mulai bisa menguasai emosinya dan dengan tenang 
berkata, 'Waktumu tinggal lima tahun lagi.'" Keone mengenang saat-saat ibunya 
memberi kabar soal metode yang akan digunakan untuk menyembuhkannya. 

      Selepas Natal 1988, setelah dibombardir dengan kemoterapi untuk 
menghancurkan darah "jahat" di tubuhnya, Keone menerima suntikan darah tali 
pusar. Ajaib, beberapa minggu kemudian sistem darah Keone berubah dari tipe O 
menjadi B, sesuai dengan tipe darah yang disuntikkan ke tubuhnya. Setahun 
kemudian dokter menyatakan, sel arit di tubuh Keone sudah hilang. 

      Selain Keone, Oh Tze Sun, bocah asal Singapura penderita thalasemia mayor 
sejak berusia enam bulan, pun tertolong berkat UCB. Juli 2001 Oh diberi darah 
tali pusar dari bocah yang tidak punya hubungan kerabat dengannya. Kini ia 
tidak perlu disuntik setiap hari dan transfusi darah setiap tiga minggu. 

      Dari otak sampai gigi 

        a.. Transplantasi UCB memang tergolong metode baru jika mengacu ke 
transplantasi pertama yang dilakukan terhadap seorang bocah berusia lima tahun 
di Prancis yang menderita anemia Fanconi tahun 1988. 
      Anemia Fanconi adalah penyakit keturunan yang utamanya mempengaruhi 
sumsum tulang belakang, berakibat pada menurunnya produksi semua jenis sel 
darah. Saat itu ia menerima suntikan darah tali pusar adiknya yang baru lahir. 
Sistem ini dikembangkan untuk mengatasi kelemahan transplantasi sumsum tulang 
belakang, yang merupakan sumber "tradisional" stem cell (sel induk). 

      Apa itu sel induk ? 

      Menurut Academic Press Dictionary of Science Technology, sel induk 
didefinisikan sebagai sel yang berfungsi sebagai sumber lanjutan sel baru. Sel 
ini sanggup berkembang biak secara tidak terbatas dan berkembang menjadi sel 
khusus. Bisa dibilang, inilah biangnya sel yang menyusun jaringan tubuh. 
Manakala kita terluka, misalnya, sel ini bertindak dengan membelah diri menjadi 
sel baru, menggantikan sel yang rusak. 

      Untuk lebih mengembangkan transplantasi ini, sejak 1986 National Marrow 
Donor Program (NMDP), sebuah lembaga nirlaba di AS, memberi fasilitas 
transplantasi sumsum tulang belakang dan - sekarang ini - transplantasi sel 
induk. Dari daftar yang mereka susun, ternyata ada 72 pe-nyakit yang bisa 
disembuhkan melalui sel induk. Kebanyakan adalah penyakit sangat serius ma-cam 
leukimia, bermacam bentuk anemia, serta myeloma. Para ilmuwan yakin, penyakit 
jantung, diabetes, maupun Alzheimer dan Parkinson tinggal menunggu waktu 
"dijamah" dengan sel induk. 

      Sungguh, kita patut berterima kasih pada para peneliti yang telah 
berkutat dalam pelbagai penelitian tentang sel induk. Selama dekade terakhir, 
ihwal sel induk memang menyedot minat para ilmuwan untuk mempelajarinya. Banyak 
hal yang terungkap sehingga mereka semakin mengerti soal sel ini dan apa yang 
bisa mereka lakukan. Salah satunya, sel ini dapat berperan secara luas dalam 
bidang pengobatan medis. 

      Umumnya, semakin muda sumber sel induk, semakin banyak gunanya. Sumber 
sel induk paling oke sesunguhnya ya dari embrio. Sumber ini jauh lebih jos 
karena bisa "menghasilkan" bermacam jenis sel: jantung, paru-paru, otot, kulit. 
Pokoknya, semua organ! Sayangnya, karena alasan moral, banyak negara yang 
mengontrol ketat penelitian soal sel induk yang bersumber dari embrio ini. 

      Makanya, kemudian dicarilah sumber sel induk dewasa. Kalau yang ini, 
banyak sumbernya. Yang terbaru dari otak, otot, kulit, liver, bahkan gigi! Tapi 
semua itu masih sebatas percobaan. Yang sudah berjalan yaitu dari sumsum tulang 
belakang dan dari darah tali pusar yang kini mulai marak dilakukan. 

      Hanya saja kualitas kedua sumber itu masih di bawah embrio. Artinya, 
belum bisa menghasilkan semua jenis sel. Ambil contoh, sel induk dari sumsum 
tulang belakang dan UCB merupakan sel induk haemotopoietic (HSC). Maksudnya, 
HSC hanya menghasilkan sel yang berhubungan dengan darah dan sistem kekebalan - 
sel darah putih (yang berperang melawan infeksi), sel darah merah (kurir 
oksigen bagi tubuh), dan platelet (keping darah, berfungsi membekukan darah). 
Banyak penelitian kini diarahkan ke sumber yang satu ini. 

      HSC kemudian digunakan pada transplantasi untuk menghasilkan sumsum 
tulang belakang pasien, yang lalu bisa menghasilkan sel darah merah, sel darah 
putih, dan sel penggumpal. Transplantasi HSC diperlukan manakala sumsum tulang 
belakang pasien tidak berfungsi karena suatu penyakit. Namun, untuk tipe kanker 
tertentu, kemoterapi dosis tinggi atau terapi radiasi tetap diperlukan untuk 
mempengaruhi pengobatan. Terapi itu akan merusakkan sel-sel di sumsum tulang 
belakang. Tranplantasi HSC lalu diperlukan untuk mengisi kekosongan darah dan 
sistem kekebalan. 

      Lebih primitif 

      Sebagai sebuah metode baru, apa yang ditawarkan darah tali pusar ini 
dibandingkan dengan transplantasi sumsum tulang belakang? 

      Dalam public talk yang dilakukan CordLife Singapura beberapa waktu lalu 
yang juga dihadiri Intisari, Soren M. Bested - Chief Technology Officer 
merangkap Laboratory Director CordLife - mengungkapkan beberapa kelebihan UCB 
ini. 

      Pertama, UCB bebas risiko dan rasa sakit saat diambil. Bagaimana mau 
sakit wong pengambilannya tidak lama sesudah si ibu melahirkan, dan hanya butuh 
waktu beberapa menit. Cara mengambilnya pun tinggal menusukkan jarum ke tali 
pusar. Bandingkan dengan pengambilan sumsum tulang belakang yang pendonornya 
harus dibius dan dibedah untuk melihat risiko kemungkinan infeksi. Mengumpulkan 
sumsum tulang belakang sendiri menyakitkan dan merupakan proses invasive. 
Selain itu, darah tali pusar bisa dikatakan barang terbuang. 

      Kedua, UCB selalu siap digunakan kapan saja diperlukan. Sebab, ia bisa 
disimpan di kulkas cyrogenic yang sangat dingin, sampai minus 180oC. Bandingkan 
dengan kulkas di rumah kita yang rata-rata hanya minus 20oC. Berapa lama waktu 
penyimpanan memang belum ada angka pasti, seperti diakui dalam situs The UCLA 
Umbilical Cord Blood Bank. Mereka merencanakan untuk menyimpannya paling tidak 
selama 10 tahun. Sebaliknya, sumsum tulang belakang diambil saat diperlukan, 
plus memerlukan waktu berminggu-minggu - bahkan berbulan-bulan - untuk 
menemukan donor yang cocok dan ... mau. 

      Ketiga, rendahnya risiko Graftversus-Host Disease (GvHD), suatu 
komplikasi yang terjadi setelah transplantasi sel induk, di mana sel donor 
(graft) menyerang sel penerima (host). GvHD terjadi jika sel donor dan penerima 
tidak kompatibel meskipun sesuai. Nah, karena dipandang lebih "naif" ketimbang 
sumsum tulang belakang, darah tali pusar memiliki kecenderungan untuk 
kompatibel antara donor dan penerima. 

      Keempat, soal kecocokan. Jika seorang pasien memerlukan transplantasi, 
donor harus cocok dengan pasien. Kecocokan ini dilihat dalam hal surface 
antigen yang dikenal sebagai human leukocyte antigen, atau penanda HLA. Ada 
enam HLA dalam tubuh kita, dan pada transplantasi sumsum tulang belakang, 
keenam HLA pasien harus cocok dengan keenam HLA donor. Tranplantasi darah tali 
pusar mensyaratkan minimal tiga HLA saja yang cocok. Perlu diketahui, "Seorang 
anak memiliki tiga HLA dari masing-masing orangtuanya," kata Soren. 

      Masih banyak kelebihan lainnya. Salah satunya, UCB lebih "muda" 
dibandingkan dengan sumsum tulang belakang dan memiliki potensi yang besar 
untuk diekspansi, sehingga bisa dihasilkan sel induk turunan tanpa berkembang 
menjadi sel khusus. 

      Meski begitu, ada juga kekurangannya. Karena sel induk di darah tali 
pusar tergolong lebih primitif dibandingkan dengan yang ada di sumsum tulang 
belakang, proses penyatuannya yang memerlukan waktu lebih lama membuat pasien 
penerima tranplantasi berisiko infeksi untuk jangka waktu yang lama. Kelemahan 
lainnya, pengambilan UCB hanya mengandung sel induk yang cukup untuk 
tranplantasi seorang anak atau dewasa muda berbobot 45 - 50 kg. 

      Bagaimanapun, darah tali pusar telah menyelamatkan jiwa Keone Penn dan Oh 
Tze Sun. 

      IBARAT ASURANSI 

      Bagi Tini Widjaja darah tali pusar ibarat sebuah asuransi - utamanya - 
bagi anak yang dilahirkan. "Selain itu ada peluang," ujarnya melalui telepon. 
Maksudnya, inilah anak terakhirnya setelah ia melahirkan anak pertama - 
keduanya melalui operasi caesar. 

      Pengambilan UCB yang dilakukan pada 2003 itu, menurut dia, tidak 
membuatnya sakit dan berlangsung hanya beberapa menit. Tini mengenal CordLife 
dari saudaranya yang tinggal di Singapura. Sepintas, biaya yang dikeluarkan 
terlihat mahal, Sin $ 3.750. "Sekarang sudah turun, sekitar Sin $ 2.000-an," 
tambah Tini. Biaya itu belum termasuk biaya penyimpanan sebesar Sin $ 250 per 
tahun. Namun, jika dikaitkan dengan manfaatnya dalam melawan penyakit, 
sepertinya sepadan. Lagi pula kontraknya sampai 21 tahun. 

      Makanya ia berpesan, jika keadaan memungkinkan, tak ada salahnya 
menyimpan darah tali pusar. Tiga bulan setelah melahirkan, Tini mencoba melihat 
tempat penyimpanan darah tali pusar anaknya di Singapura. Maklum, begitu 
diambil, darah itu langsung diterbangkan ke Singapura. "Saya menjadi yakin 
setelah melihat laboratorium mereka." (Intisari)
     


Sumber : 
http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=131&Itemid=3#



Kalau menurut artikel di atas bisa didonorkan ke orang yang bukan kerabatnya.  
Sebenarnya kalau disimpan sendiri biayanya terlalu berat buat saya, jadi 
daripada dibuang (padahal mungkin masih bisa menolong yang lain), kan lebih 
baik didonorkan saja.

Mei Ly

----- Original Message ----- 
From: "Anna Dwiyana" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <balita-anda@balita-anda.com>
Sent: Thursday, June 30, 2005 11:02 AM
Subject: RE: [balita-anda] Darah Tali Pusar


> Koq didonorin sich ?! Bukannya darah tali pusar si baby itu justru akan
> membantu si babynya itu sendiri kelak kalo ada masalah, emang bisa cocok
> gitu sama darah orang lain ?! 
> Bener ga sich ?!

Kirim email ke