Ibu Umiyati yang terhormat,

Kami ingin sedikit menginformasikan bahwa Tabloid IBU&ANAK sudah pernah
membahas
> tentang Campak dan juga Imunisasi MMR pada edisi No.39/Thn.I, ibu bisa
> membacanya pada rubrik Klinik Anak.
> Kami juga mengirimkan file yang dimuat pada edisi tersebut (bila ibu tidak
> menemukan tabloid IBU&ANAK edisi 39) dengan menggunakan attachments.
> Semoga bermanfaat.

Salam
DINA - Redaksi

-----Original Message-----
From: umiyati <[EMAIL PROTECTED]>
To: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Wednesday, November 03, 1999 5:46 PM
Subject: Re: [balita-anda] Imunisasi MMR


>sama seperti anaknya Bapak Syarifudin, anak saya juga sudah memenuhi semua
imunisasi
>umum. tetapi untuk imunisasi MMR dan HIB belum, saat ini anak saya berusia
19 bulan dan
>ketika berumur 8 bulan pernah terkena campak, apakah masih bisa di berikan
imunisasi
>MMR dan HIB. atas informasi yang diberikan saya ucapkan terima kasih.
>
>salam
>mamanya Nico
>
>
>
>syarifudin wrote:
>
>> Dear netters
>> Assalamualaikum wr wb
>>
>> Anak saya sekarang sudah berusia 3 tahun apakah sudah terlambat untuk di
>> imunisasi MMR
>> tersebut. setahu saya untuk imunisasi yang umum anak saya sudah
>> semua.Tolong inputnya
>> dari netters sekalian. dan sebelumnya saya ucapkan terima kasih
>>
>> Wassalam
>>
>> Kunjungi:
>> http://www.balita-anda.indoglobal.com
>> "Untuk mereka yang mendambakan anak balitanya tumbuh sehat & cerdas"
>>
>> ------------------------------------------------------------------------
>> Etika berinternet, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
>> Berhenti berlangganan, e-mail ke:  [EMAIL PROTECTED]
>> EMERGENCY ONLY! Jika kesulitan unsubscribe, email:
[EMAIL PROTECTED]
>> Panduan Menulis Email yang Efektif http://hhh.indoglobal.com/email/
>> http://pencarian-informasi.or.id/ - Solusi Pencarian Informasi di
Internet
>
>
>
>
>Kunjungi:
>http://www.balita-anda.indoglobal.com
>"Untuk mereka yang mendambakan anak balitanya tumbuh sehat & cerdas"
>
>------------------------------------------------------------------------
>Etika berinternet, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
>Berhenti berlangganan, e-mail ke:  [EMAIL PROTECTED]
>EMERGENCY ONLY! Jika kesulitan unsubscribe, email:
[EMAIL PROTECTED]
>Panduan Menulis Email yang Efektif http://hhh.indoglobal.com/email/
>http://pencarian-informasi.or.id/ - Solusi Pencarian Informasi di Internet
>
>
>
>
>
>
>
>

Campak dan Seluk-beluknya

Walau sama-sama bercak merah, campak tidaklah 'seringan' biang keringat. Penyakit yang 
gejalanya juga menyerupai flu ini bisa menimbulkan hal serius pada anak. Karena itu, 
jangan terlambat memberi imunisasi!



Lho, kulit punggung Koko gosong! Maka gegerlah suasana pagi di hari Minggu yang tenang 
itu. Erna dan Tito -- pasangan muda berputra satu -- itu pun jadi tak habis pikir. 
Sekujur punggung bayi usia 9 bulan itu bak kulit orang bule yang habis mandi berjemur 
sinar matahari tropis. Cokelat kehitaman dan kasar. Kenapa bisa begini? 

        Erna pun mengingat-ingat. Dua hari yang lalu, kulit Koko memang menampakkan 
bercak-bercak kemerahan. Tapi itu kan biasa, pikir Erna. Koko yang senantiasa 
'keringatan' itu cukup sering kena biang keringat. Sebentar dibedaki pun sudah mulus 
kembali. Jadi tak usah dicemaskan. "Eh, tunggu dulu," kata Tito. "Bukannya Koko juga 
kena pilek hari-hari belakangan ini? Sekalian saja kita periksakan ke dokter. 
Jangan-jangan ada hubungannya!" Erna pun setuju.

Tak salah tindakan Tito dan Erna. Koko memang tak sekadar biang keringat dan pilek. Ia 
terkena campak, yang gejalanya mencakup keduanya. "Ini salah saya," sesal Erna. "Saya 
memang sengaja menunda imunisasi campaknya. Habis di buku yang saya baca, imunisasi 
itu hanya diberikan untuk bayi 15 bulan, sih. Saya jadi ragu...."

Bukan Sekadar Bercak Merah

Di tahun 60-an, campak merupakan salah satu penyakit yang bertanggung jawab pada 
kematian 400 anak setiap tahunnya di AS. Namun masih saja ada orang tua yang malas 
memberikan anaknya imunisasi. Menurut Dr. H. Hindra Irawan Satari, dokter spesialis 
anak yang juga //master of tropical paediatrics// dari FKUI-RSCM, dalam jangka 3 bulan 
saja (Juni-Agustus) di RSCM terdapat 6 orang anak penderita campak. Itu belum termasuk 
pasien yang masuk di rumah sakit lain atau di daerah-daerah lainnya di Indonesia.

Gejala campak sebenarnya jarang sekali dapat dideteksi secara dini.  Hal ini, menurut 
Hindra, karena gejala penyakit campak -- seperti batuk, pilek dan demam -- hampir sama 
dengan penyakit flu biasa. Namun sebenarnya, campak adalah penyakit infeksi berbahaya. 
Penyakit ini disebabkan oleh virus campak, dan pada umumnya ditularkan melalui 
pernapasan, yakni percikan ludah dari hidung, tenggorokan, atau mulut. 

Karena penularannya terjadi secara langsung, campak menular begitu cepat. Metode 
penularannya adalah 1 atau 2 hari sebelum bercak-bercak kemerahan timbul pada kulit. 
Bercak-bercak ini disebut juga //rash// atau ruam. Dengan masa penularan 2-4 hari 
sebelum timbul bercak,  penyakit campak akan menampilkan perubahan warna bercak selama 
anak sakit, yakni dari kemerahan menjadi cokelat kehitaman. Pada saat itu, campak 
sudah tidak menular lagi. Sementara bercak yang berwarna cokelat kehitaman itu akan 
menetap paling tidak selama 1 minggu. Inilah gejala khas campak.

Ruam campak beda dengan ruam biang keringat. Biasanya, biang keringat tidak disertai 
demam, melainkan hanya diiringi rasa gatal. Lokasinya pun di tempat-tempat umum yang 
banyak berkeringat, seperti lipatan leher, ketiak, tubuh, atau lipatan paha. Sedangkan 
gejala campak biasanya diawali dengan batuk terlebih dulu. Kemudian demam, pilek, lesu 
dan rewel karena panasnya makin tinggi. Setelah itu barulah timbul bercak kemerahan. 
Lokasinya pun 'khusus'. Biasanya di sekitar muka, atau di belakang telinga. Lalu 
menyusul ke depan telinga, muka, dan kemudian menjalar ke leher. 

Ketika ruam campak sampai ke bagian wajah anak, kedua mata si anak bisa ikut terkena, 
sehingga berwarna merah, banyak kotorannya, serta mengeluarkan air. Sering kali bibir 
pun menjadi pecah-pecah. Setelah itu, ruam pun menjalar sampai ke dada. Bercak merah 
di bagian wajah dan dada ini biasanya sifatnya mengumpul. Baru ketika sudah menjalar 
ke tungkai kaki, bercak merahnya jadi menyebar. Ketika ruam campak sudah keluar semua, 
panas anak pun mulai turun. Keluarlah bercak kecokelatan. Dan itu berarti, anak sudah 
masuk ke fase penyembuhan.  

Secara detail, proses perkembangan gejala anak yang terkena campak adalah sebagai 
berikut. Biasanya, anak akan batuk-batuk terlebih dulu. Lalu pada hari 1-2, anak ia 
akan mengalami demam yang makin lama makin tinggi. Matanya pun mulai merah dan berair. 

Pada hari ke-2 si anak demam, timbul bintik putih yang disebut //Koplik's Spot// di 
sebelah dalam mulut, biasanya di depan gigi geraham. Bintik putih ini akan tetap ada 
sampai 3-6 hari setelah demam timbul. Artinya, bintik itu bertahan sekitar 3-4 hari. 
sayangnya, gejala ini jarang sekali diperhatikan. 

Di hari ke-3, timbul bercak-bercak merah. Sementara pada hari ke-4 dan ke-5, demam 
anak semakin tinggi. Biasanya hingga mencapai 39-40 derajat Celsius. Bila anak 
mempunyai keturunan kejang-demam, pada saat itu umumnya ia sudah mengalami 
kejang-kejang. Barulah setelah 3-8 hari mengalami demam, bercak merah ini berubah 
warna. Dengan demikian, ruam campak biasanya bertahan selama 5-6 hari. 

Habis bercak merah ini, terbitlah bercak-bercak berwarna cokelat kehitaman, yang akan 
menetap selama 1 minggu. Saat itu, si anak sudah 'menjalani' masa sakit campak sekitar 
10 hari.

Pada gejala awal, yakni batuk dan demam,  campak memang agak sulit dibedakan dengan 
flu. Akibatnya, banyak ibu-ibu yang menyangka anaknya terkena flu biasa. Namun 3 hari 
kemudian (biasanya 1-2 hari pertama), mulailah kelihatan ada bercak kemerahan. Karena 
tidak ketahuan inilah, biasanya ibu-ibu hanya memberikan obat flu biasa. Namun setelah 
bercaknya timbul, barulah dibawa ke dokter. Pada tahap ini, biasanya anak langsung 
diberi pengobatan.
         
Imunisasi di Usia 9 Bulan

Biasanya, campak akan banyak menular ketika terjadi pergantian musim (pancaroba) 
seperti bulan Agustus ini. Namun sebenarnya, penyakit ini dapat dicegah dengan 
imunisasi, yakni ketika anak berusia 9 bulan. Apalagi sekarang ini pemerintah sedang 
menggalakkan program imunisasi campak secara gratis. Bisa di puskesmas atau di 
posyandu (pos pelayanan terpadu). 

Kalau sudah divaksinasi, anak biasanya terbebas dari campak. Meski demikian, ada juga 
yang sudah divaksinasi namun tetap saja terkena campak. Ini disebabkan, misalnya, oleh 
daya (kekuatan) vaksinasi yang hanya 99%. Maksudnya, di antara 100 anak, masih ada 1 
orang yang terkena. 

Ada beberapa faktor yang menyebabkan daya vaksin campak melemah. Yang terutama adalah 
karena vaksin campak harus dibawa dari pabrik ke pusat-pusat pelayanan kesehatan yang 
letaknya berjauhan. Agar kekebalan yang dapat diberikan  tetap optimal, vaksin campak 
harus selalu berada dalam 'rantai dingin' (//coolstage//). Dengan sendirinya, agar 
rantai dingin itu tidak putus, vaksin campak harus selalu disimpan di dalam lemari 
pendingin. Bila tidak, kekebalan vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh anak pun jadi 
tidak maksimal. 

Kondisi tubuh anak juga mempengaruhi kekuatan vaksin. Kalau tubuh anak itu tidak 
merespons (menanggapi) virus yang dimasukkan, kekebalan yang diberikan juga tidak 
optimal. Biasanya anak yang tidak mampu merespons adalah mereka yang mempunyai 
penyakit bawaan. Sehingga, kekebalannya pun lemah. 

Lain lagi halnya bila anak yang menderita campak sedang menjalani pengobatan penyakit 
tertentu, misalnya kanker. Pada saat itu, daya tahan tubuhnya sedang lemah dan dengan 
sendirinya, daya tahannya terhadap vaksin campak pun akan menurun. Dalam kondisi ini, 
kadang ia tidak dapat diberi imunisasi campak. Karena hal ini justru akan mengganggu 
efektivitas obat penyakit lain yang sedang bekerja di dalam tubuhnya.  

Seorang anak akan mendapatkan imunisasi campak pada usia 9 bulan. ini dikarenakan pada 
usia tersebut, kekebalan tubuh anak yang diturunkan dari ibunya akan menurun. Pada 
saat itulah, ia perlu diberi tambahan kekebalan terhadap penyakit campak. Namun ada 
indikasi bahwa anak di bawah usia 9 bulan pun ada yang terkena campak. Entah karena 
gizinya yang buruk, atau karena apa. Karena itulah, pemerintah Indonesia juga 
memberikan imunisasi khusus campak pada anak usia 6-7 bulan.

Hal ini berbeda dengan kondisi di negara-negara maju. Di sana, imunisasi campak 
diberikan pada anak yang berusia lebih dari 1 tahun. Ini karena kemungkinan penularan 
penyakit campak pada anak-anak di bawah usia tersebut sangat kecil. Campak memang 
mudah mengenai anak-anak dari tingkatan ekonomi menengah sampai rendah, tanpa mengenal 
jenis kelamin. Selain akibat gizi yang buruk, rumah yang tidak sesuai dengan 
kesehatan, serta jumlah anak yang begitu banyak pada ruangan yang sempit, dapat 
mempercepat penularan virus campak kepada anak-anak yang lain. Lebih gawat lagi, 
karena virus campak sebenarnya mengurangi kekebalan tubuh //seluler// (salah satu 
bentuk kekebalan jaringan). Tubuh anak pun jadi rentan terhadap penyakit yang lain. 
Seperti misalnya radang paru-paru, dan sebagainya.

Belum Ada Obatnya

Sebenarnya, bila anak telah mendapatkan imunisasi campak, tubuhnya akan 'mengobati 
sendiri' penyakitnya. Sebab, obat untuk mengobati campak sebenarnya belum ada. 
Karenanya, bila anak telah mendapatkan imunisasi campak, ia tidak mesti dirawat di 
rumah sakit sekalipun akhirnya terserang campak. Kecuali bila ia sampai kejang-demam 
atau mencret-mencret, hingga tubuhnya mengalami dehidrasi (kekurangan cairan). Dalam 
kondisi demikian, sebaiknya ia segera di bawa ke rumah sakit. 

Anak yang menderita campak harus diisolasi, hingga tidak menularkan penyakitnya kepada 
anak yang lain. Ia pun harus mendapatkan makan, minum, dan istirahat yang cukup, di 
samping diberi obat penurun panas. Biasanya, dokter pun akan memberikan vitamin A 
untuk membantu kekebalan seluler yang diserang oleh virus campak. Andai pun terjadi 
komplikasi, umumnya dokter akan memberi antibiotik. 

Komplikasi -- biasanya karena anak yang menderita campak tidak cepat-cepat ditangani 
--  dapat menyebabkan terjadinya kematian. Radang paru-paru (//pneumonia//) adalah 
salah satu komplikasi campak yang sering mengakibatkan berakhirnya hidup seorang anak. 
Radang otak (//enchepalitis//) juga bisa, tapi biasanya hanya terjadi pada 1 dari 
1.000 atau 2.000 penderita. Itu pun biasanya berhubungan dengan penyakit //Sub akut 
Sklelosin Pan Encephalitis// (SSPE), yang terjadi pada 1 dari 100.000 kasus. 
Komplikasi model ini lantaran virus campak menimbulkan efek //sitopatik//. Yakni 
berkumpulnya sel-sel darah menjadi satu karena  terserang virus campak. Selain itu, 
komplikasi campak juga bisa mengakibatkan radang telinga tengah. Adakalanya, beberapa 
tahun setelah terkena campak, anak menurun kecerdasannya, lumpuh, atau kejang-kejang 
tubuhnya.  b Rahmi Hastari
------------


Tips Merawat Anak Campak

1. Lakukan isolasi. Putuskan kontak langsung maupun tak langsung (melalui peralatan 
sehar-hari seperti alat makan-minum, baju, alas tidur, dll) penderita dengan orang 
lain.
2. Berikan makan dan minum yang cukup. Biasanya makanan yang disarankan adalah yang 
banyak mengandung vitamin A.
3. Berikan istirahat yang cukup.
4. Berikan obat penurun demam.
5. Jangan memandikan anak saat masih demam.
6. Bila anak kejang-kejang, berikan obat antibiotik sesuai petunjuk dokter. b Rahmi
---------------

Tips Merawat Anak Campak

1. Lakukan isolasi. Putuskan kontak langsung maupun tak langsung (melalui peralatan 
sehar-hari seperti alat makan-minum, baju, alas tidur, dll) penderita dengan orang 
lain.
2. Berikan makan dan minum yang cukup. Biasanya makanan yang disarankan adalah yang 
banyak mengandung vitamin A.
3. Berikan istirahat yang cukup.
4. Berikan obat penurun demam.
5. Jangan memandikan anak saat masih demam.
6. Bila anak kejang-kejang, berikan obat antibiotik sesuai petunjuk dokter. b Rahmi
---------------


Risiko Menunda Imunisasi MMR

Campak (//measles//) dapat dicegah dengan pemberian imunisasi MMR (//Mumps, Measles, 
Rubella//). Imunisasi ini sebenarnya diberikan pada bayi berusia 9 bulan, yakni  
ketika anak mulai belajar jalan. Namun karena di Indonesia banyak bayi yang berusia di 
bawah 9 bulan sudah terkena campak, sebaiknya pada usia 6-7 bulan anak sudah diberikan 
imunisasi campak. 

Setelah mendapatkan imunisasi MMR di usia 9 bulan, anak harus diimunisasi kembali 6 
bulan kemudian, yakni ketika usianya 15 bulan. Kekebalan dari imunisasi kedua ini akan 
bertahan sampai ia berumur 6-7 tahun (masuk SD). Bahkan, ia hanya perlu diimunisasi 
kembali ketika lulus SD. 

Kondisi ini mungkin agak berbeda dengan yang dijumpai di buku-buku atau panduan 
kesehatan luar negeri. Menurut Dr. H. Hindra Irawan Satari, batasan waktu pemberian 
imunisasi memang berbeda-beda untuk berbagai negara. Di negara-negara maju, 
kemungkinan bayi terserang campak pada usia di bawah 1 tahun amat jarang. Ini mungkin 
lantaran tingkat kesejahteraan dan pengetahuan penduduknya yang lebih baik 
dibandingkan negara-negara berkembang. Maka, imunisasi campak hanya diberikan pada 
bayi berusia di atas 1 tahun (biasanya 15 bulan). 

Dengan perbedaan kondisi seperti ini, secara sadar atau tidak kadang ibu-ibu menunda 
pemberian imunisasi campak atau MMR pertama untuk bayinya. Tindakan ini sebenarnya 
sangat tidak dianjurkan lantaran berbahaya. Anak tidak bisa mendapatkan kekebalan 
tubuh terhadap virus campak. Padahal virus ini juga menyerang kekebalan seluler, 
sehingga anak mudah terkomplikasi dengan penyakit lainnya. 

Meski demikian, penundaan imunisasi MMR dapat dilakukan. Yakni bila anak memiliki 
penyakit tertentu. Misalnya, seorang anak terserang penyakit paru-paru saat berusia 13 
bulan. Ada dokter yang lebih suka mendahulukan imunisasi HIB (//Haemophilus influenzae 
tipe B//) ketimbang MMR. Alasannya, imunisasi HIB adalah pencegahan terhadap penyakit 
//meningitis// (radang selaput otak) sekaligus radang paru-paru. Sementara, imunisasi 
MMR harus ditunda lantaran tidak boleh diberikan pada anak yang sedang berpenyakit 
paru-paru. 

Sikap menunda imunisasi MMR dan mendahulukan HIB untuk kasus di atas dapat dibenarkan. 
Menurut  Hindra, pada anak yang mengidap penyakit paru-paru, imunisasi HIB memang 
sebaiknya diberikan terlebih dulu ketimbang imunisasi MMR. Ini karena vaksinasi 
sebaiknya diberikan sesuai dengan batas waktunya (batas waktu imunisasi MMR adalah 15 
bulan). Lagipula, pemberian vaksinasi HIB maupun MMR tidak akan mengganggu jalannya 
pengobatan penyakit paru-paru pada anak.

Meski demikian, kemungkinan ada juga dokter yang menganggap hal itu kurang tepat. 
Alasannya, mendahulukan imunisasi HIB adalah percuma, lantaran anak sudah telanjur 
menderita penyakit paru-paru. Justru sebaiknya yang diberikan lebih dulu adalah 
imunisasi MMR. b Rahmi Hastari
-----------

Bila Menunda Imunisasi MMR

1. Anak mudah terserang campak, gondongan, dan campak Jerman (//rubella//).
2. Kekebalan tubuh berkurang karena penyakit tersebut, sehingga dapat menyebabkan 
komplikasi penyakit lain, bahkan dapat mengakibatkan kematian.
3. Anak harus dirawat di rumah sakit bila mengalami dehidrasi. Dan itu berarti 
mengeluarkan biaya rumah sakit yang mahal.
4. Anak dapat menjadi penular bagi anak-anak yang lain. b Rahmi



Kunjungi:
http://www.balita-anda.indoglobal.com
"Untuk mereka yang mendambakan anak balitanya tumbuh sehat & cerdas"

------------------------------------------------------------------------
Etika berinternet, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
Berhenti berlangganan, e-mail ke:  [EMAIL PROTECTED]
EMERGENCY ONLY! Jika kesulitan unsubscribe, email: [EMAIL PROTECTED]
Panduan Menulis Email yang Efektif http://hhh.indoglobal.com/email/ 
http://pencarian-informasi.or.id/ - Solusi Pencarian Informasi di Internet





Kirim email ke