Pengalaman waktu saya hamil pertama, dalam kursus persalinan diterangkan mengenai 
pengurang rasa sakit (epidural) dan penghilang rasa sakit (spinal).

Epidural digunakan dalam persalinan normal, spinal diberikan untuk persalinan caecar, 
sehingga selama operasi ibu tidak merasa kesakitan tapi tetap dalam kondisi sadar. 

Cara memberikannya hampir sama, yaitu si ibu disuruh meringkuk seperti udang, lalu 
pada ruas rusuk (entah keberapa) disekitar pinggang akan disuntik dengan jarum suntik. 
Pada saat disuntik si ibu harus diam tidak bergerak sama sekali. Bedanya epidural dan 
spinal hanya kedalaman suntikannya, pada spinal lebih dalam lagi. Jadi, serabut syaraf 
di tulang belakang yang diberikan suntikan untuk mengendalikan rasa sakit.

Hanya saja, pemberian epidural ini bukannya tidak beresiko. Dengan mata kepala saya 
sendiri saya menyaksikan, anak teman ayah saya, setelah mendapatkan suntikan epidural 
(di rumah sakit terkenal di Jakarta) mengalami kelumpuhan dari pinggang kebawah. Lima 
tahun setelah melahirkan, teman saya dapat berjalan , tapi dengan tongkat. Itu 
sebabnya orang tua saya mewanti-wanti saya agar tidak menerima atau minta suntikan 
epidural saat persalinan. Hehehe...ternyata waktu saya kesakitan saya memohon-mohon 
minta epidural sama perawat, tapie engga dikasih karena katanya kontraksi saya cepat 
dan kuat. Benar saja kurang dari 4 jam setelah kontraksi pertama, anak saya lahir 
dengan normal dan sangat mudah. Lega saya, perawatnya ngotot untuk tidak memberikan 
epidural. 

Jadi, sebelum mengambil keputusan, sebaiknya tanyakan baik-baik pada dsog anda.

salam,

mama john

On Wed, 22 Mar 2000 17:42:06   Mia & Mahaendra Gofar wrote:
>Dear Netters,
>
>Saya setuju kalau epidural tidak hanya untuk yang mau cesar.
>Saya jadi inget pengalaman melahirkan saya.;-)
>Anak saya lahir normal tanpa cesar, walaupun pada saat itu dokter-dokternya
>sudah mempersiapkan untuk operasi, karena selain ternyata dia besar,
>posisinyapun miring, dan bahunya nyangkut sehingga dia stack dan gak bisa
>bergerak. Sementara saya  sendiri sudah kehabisan tenaga, dan tetap
>merasakan sakit sekalipun sudah 2 dose epidural masuk melalui infus. Dan
>akhirnya, anak saya bisa keluar juga dengan didorong oleh bidan dari bagian
>bawah dada dan di bantu dengan ditarik dengan tang oleh dokter yang
>sekaligus memutar posisi anak saya sehingga pundaknya tidak lagi nyangkut.
>
>Tapi saya terkesan dengan dokter yang menangani saya pada saat melahirkan.
>Mereka memang tidak menanyakan apakah saya mau pakai epidural atau tidak,
>tetapi mereka melihat saya sudah kepayahan, mereka langsung berikan. Dan
>mereka concern sekali dengan apa yang saya rasain, mereka kelihatan takut
>kalau saya kesakitan. Saya gak tau apakah di indonesia juga begitu. Tetapi
>ada pengalaman teman saya yang juga melahirkan di eropa, dokternya menolak
>memberikan epidural pada saat dia sedang kepayahan. Sehingga suaminya harus
>berkali-kali meminta sang dokter untuk memberikan epidural. Saya gak ngerti
>aturan yang bagaimana diantara para dokter. Tapi sepengalaman saya, ke
>gynekolog, dokter gigi dll di jerman, mereka selalu khawatir kalau pasiennya
>kesakitan, jadi mereka tawarin untuk pakai pengurang rasa sakit.
>
>Sekian sharing dari saya,
>Mia - Mamanya Kay
>
>
>
>-----Urspr|ngliche Nachricht-----
>Von: Ahmad Rivai <[EMAIL PROTECTED]>
>An: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
>Datum: Mittwoch, 22. Mdrz 2000 10:39
>Betreff: Re: [balita-anda] Epidural
>
>
>>Yang saya tahu epidural itu diberikan untuk mengurangi rasa sakit pada
>waktu
>>melahirkan. Di Eropa sekarang ini legal kalau seorang dokter menawarkan
>>suntikan ini pada pasiennya yang mau melahirkan tapi tidak ingin merasakan
>>sakitnya (karena masih banyak wanita yang ingin merasakan susahnya jadi
>ibu).
>>
>>Jadi kalau menurut saya tidak ada prosedur yang mengharuskan seorang dokter
>>menyuntikan epidural pada pasien yang diinfus, kalau pasiennya kuat menahan
>>sakit atau memang ingin merasakan sakitnya persalinan ya... tidak usah
>>di-epidural.
>>
>>Pengalaman istri saya juga agak traumatik, untuk anak yang pertama dan
>ketiga
>>istri saya harus menunggu dan menahan sakit selama tiga hari, karena dua
>hari
>>pertama mulesnya (his) bagus tapi pembukaan sulit, akhirnya pada hari
>ketiga
>>diinfus sampai habis dua botol. Tapi tetap pembukaan tidak lengkap,
>akhirnya
>>melahirkannya didorong bayinya oleh bidan dan dokter yang menolong
>>mengambilnya di bawah (tadinya mau divakum, tapi takut ada apa-apa). proses
>>tersebut dilakukan tanpa suntikan epidural, jadi istri saya merasakan
>>kesakitan yang amat sangat, tapi alhamdulillah selamat.
>>
>>Jadi ya... itu tadi, epidural hanyalah satu pilihan bagi ibu-ibu yang mau
>>melahirkan tapi tidak ingin merasakan sakit ...
>>
>>Abinya Zahra, Silmi dan Daffa
>>
>>Septia Yusanthi wrote:
>>
>>> Dear netters,
>>> Saya ingin sharing tentang pengalaman melahirkan.
>>> Waktu itu saya berniat melahirkan secara normal, ternyata setelah lewat
>>> 10 hari dari perhitungan saya musti dipancing dengan cara infus. Dan
>>> untuk mengurangi rasa sakit yang "luar biasa" itu saya diberi suntikan
>>> melalui tulang belakang. Memang saya masih merasakan kontraksinya tetapi
>>> pada saat pembukaan sudah penuh, ternyata si bayi belum mau juga keluar.
>>> Akhirnya, saya melahirkan dengan selamat melalui bedah caesar. Yang
>>> mengganggu pikiran saya sampai sekarang, apakah memang prosedurnya tepat
>>> dengan memberikan suntikan pengurang rasa sakit tersebut jika ingin
>>> melahirkan secara normal? Karena sebagai orang awam, yang saya tahu jika
>>> seseorang di suntik epidural, itu untuk persiapan operasi. Sekarang
>>> putri kami sudah berusia 2 tahun dan ada rencana untuk memberinya
>>> seorang adik, tapi saya masih trauma jika mengingat hal tersebut.
>>> Adakah rekan-rekan netter yang mempunyai pengalaman seperti saya tetapi
>>> dapat melahirkan dengan normal?
>>> Mohon sharing-nya dan terima kasih sebelumnya...
>>>
>>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
>>> Kirim bunga untuk handaitaulan & relasi di jakarta
>http://www.indokado.com
>>> Situs sulap pertama di Indonesia http://www.impact.or.id/dmc-sulap/
>>> Etika berinternet, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
>>> Berhenti berlangganan, e-mail ke:  [EMAIL PROTECTED]
>>
>>
>>
>>
>>Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
>>Kirim bunga untuk handaitaulan & relasi di jakarta http://www.indokado.com
>>Situs sulap pertama di Indonesia http://www.impact.or.id/dmc-sulap/
>>Etika berinternet, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
>>Berhenti berlangganan, e-mail ke:  [EMAIL PROTECTED]
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>
>
>Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
>Kirim bunga untuk handaitaulan & relasi di jakarta http://www.indokado.com 
>Situs sulap pertama di Indonesia http://www.impact.or.id/dmc-sulap/
>Etika berinternet, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
>Berhenti berlangganan, e-mail ke:  [EMAIL PROTECTED]
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>


MailCity. Secure Email Anywhere, Anytime!
http://www.mailcity.lycos.com

Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Kirim bunga untuk handaitaulan & relasi di jakarta http://www.indokado.com 
Situs sulap pertama di Indonesia http://www.impact.or.id/dmc-sulap/
Etika berinternet, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
Berhenti berlangganan, e-mail ke:  [EMAIL PROTECTED]










Kirim email ke