From: Lidya Savitri Weru <[EMAIL PROTECTED]>
To: '[EMAIL PROTECTED]' <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Thursday, May 04, 2000 08:15
Subject: RE: [balita-anda] Mengenai Pembantu Rumah Tangga


     Karena setahu saya Ibu itu akan datang tanpa diminta sekalipun untuk
membantu anak/menantu pada saat melahirkan dengan sukarela ...apalagi cucu
pertama, rasanya kalau bisa membantu senaaaaang sekali.
==================================
     Kalau niat mendatangkan ibunda dari kampung untuk mempertemukan dengan
sang cucu ya masih bisa. Apalagi kalau membuat ibu bergembira kalau bertemu
dengan sang cucu.
     Tetapi kalau niat agar bisa meringankan tugas rumah tangga akibat tidak
ada pembantu rumah tangga ya ... itu sama saja dengan menginginkan ibunda
"secara halus" atau "tidak langsung" sebagai pembantu rumah tangga.

Salam,



Nasrullah Idris
----------------------
Berikut ini saya sampaikan cerita dengan thema keikhlasan.


ARTI SEBUAH "KASIH SAYANG"


      Setiap pulang sekolah pada hari Sabtu, Afini selalu membawa makanan
untuk neneknya di rumah. Itu dimulainya sejak ia bisa jajan sendirian, kelas
dua sekolah dasar.
      Ia memang sayang kepada neneknya yang sering membawanya jalan- jalan
di halaman rumah ketika masih bayi.
      Ia tidak tega melihat nenek menyambut dirinya di pintu masuk tanpa
melihat bungkusan dari tangannya sedikit pun.
      Namun ketika Afini sudah duduk di kelas empat suasananya menjadi lain.
Neneknya sudah pikun. Mungkin karena penyakit stroke yang menimpanya setahun
yang lalu. Sehingga beberapa lama tidak sadarkan diri. Malah sempat juga
masuk rumah sakit. Apalagi usianya sudah lanjut. Hampir mendekati delapan
puluh tahun.
      Sukar dibayangkan bagaimana kesedihan Afini. Soalnya setiap kali
memeluk neneknya sambil berkata, "Lihat, nek! Kami membawa makanan kesukaan
nenek ...!" si nenek hanya bisa mengambil, lalu menyantapnya dengan puas,
tanpa mengeluarkan kalimat sepatah kata pun. Paling juga tersenyum sambil
mengangguk. Mungkin sebagai isyarat ucapan terima kasih.
      Padahal Afini sudah berulang kali berkata,
      "Nek! Ini Afini, nek! Cucu kesayangan nenek! Masih ingat kan kepadaku,
nek!"
      Terkadang Afini menangis sendirian di kamar mandi usai memberikan
makanan. Mengapa neneknya tidak seperti dulu lagi.
      "Bu! Tampaknya nenek tidak mengenalku lagi", ujar Afini seperti mau
menangis di samping ibunya.
      "Aku ingin nenek seperti saatku masih kecil. Tersenyum setiap becerita
tentang sejarah masa lalu".
      Akhirnya Afini sadar. Ingatan neneknya sudah jauh berkurang. Tetapi ia
yakin, semua itu bukan keinginan nenek, tetapi akibat penyakit stroke yang
dideritanya.
      Sekali waktu, ketika akan tidur malam, Afini kembali memeluk neneknya
sambil berkata,
      "Oh nek! Walaupun tidak mengenalku lagi namun yakinlah nek, aku sangat
menyayangi nenek!".
      Entah kenapa tiba-tiba air mata bergulir di pipi nenek. Afini
dilihatnya dalam waktu lama. Ia tampak seperti hendak berkata. Tetapi nggak
mampu selain hanya mengeluarkan bunyi datar.
      "Afini ... lihatlah! Itulah keinginan nenek sebenarnya", kata ibu
melihatnya dari jauh, "Kasih sayang! Keikhlasanmu membawa makanan itu lebih
berharga bagi nenek daripada makanan itu sendiri"
      Afini pun menangis sambil jalan perlahan menuju kamar tidurnya.
      Esok pagi sebelum pergi sekolah Afini berkata kepada ibunya di dapur,
      "Kalau begitu apa yang ibu katakan tadi malam, maka saya akan terus
membawakan makanan untuk nenek setiap pulang sekolah hari Sabtu, lalu
memeluknya, meskipun nenek tidak mengenalku lagi"
      "Nak ... yang penting, bagaimana nenek merasakan kehangatan kasih
sayang setiap kali kau peluk", ujar si ibu terharu sambil mencium Afini.

     <Sumber Inspirasi : Jack Canfield & Mark Victor Hansen>






>> Pusing milih POP3 atau web mail? mail.telkom.net solusinya <<

Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
->Aneka kado pilihan untuk anak, http://www.indokado.com/kado.html 
Etika berinternet, kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
Berhenti berlangganan, e-mail ke:  [EMAIL PROTECTED]











Kirim email ke