Membaca pengalaman pak Sis ini, saya jadi bertanya2, apakah memang besar manfaatnya mengajarkan membaca terlalu dini bagi anak2, jika kita masih tergantung pada sistem pendidikan formal ? Bagaimana kalau akibatnya spt yg dialami Steven, dia jadi jenuh dan akhirnya malah mogok sekolah. Terkadang, saya sendiri merasa bahwa ambisi saya sbg orang tua serasa tidak tertahankan utk memberikan anak yang terbaik yang bisa saya dapatkan, moril maupun materil. Dalam segi pendidikan pun kita inginkan yg terbaik buat buah hati kita. Tetapi, mengajarkan membaca pada balita (malah pada bayi spt judul buku Glenn Doman), kalau kita telaah apakah relevan dengan usianya.. ? Di saat anak2 lain bermain tanpa beban, anak kita malah membaca koran dan melahap berita yg bukan porsinya...!!? Di satu sisi, ada kebanggaan tersendiri melihat anak kita melebihi teman2 seusianya. Apalagi kalau anaknya sendiri memang antusias saat diajarkan, tanpa perlu dipaksakan.. Tapi, ya.. itu tadi.. efeknya ya.. kembali ke si anak, syukur2 kalau cuma bosen aja, kalau malah timbul sifat jelek yang lain, spt suka menganggap remeh orang lain, egois, merasa dirinya yg terbaik, dst.., wah.. malah berabe.. tujuan meningkatkan IQ eh.. ujung2nya malah menurunkan EQ (bukankah utk anak seusia balita, yg lebih dipentingkan sosialisasi dan bukan prestasi ??). Senang sekali kalau rekan2 bersedia urun pendapat ttg sisi2 positif dan negatifnya mengajarkan membaca terlalu dini. Terima kasih sebelumnya. Wassalam, Mama Mia & Rafi. -----Original Message----- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Saturday, March 24, 2001 11:33 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [balita-anda] Mogok Sekolah Mbak Yani, sepertinya masalah mbak hampir sama dengan pengalaman saya pada anak saya pertama (Steven). Saat itu Steven sudah saya ikut sertakan dalam play group ketika berusia 2.5 tahun. Sampai akhirnya ketika sudah mengikuti play group hampir 1 tahun. Steven melakukan aksi mogok sekolah. Kami coba berbicara dengan gurunya siapa tahu ada masalah di kelas bersama dengan teman atau pun gurunya. Segalanya berjalan normal dan tidak ada masalah sama sekali. Saya bersama istri hampir setiap hari mendampingi di sekolah sampai steven masuk kelas, kami sering mengintip apa yang dikerjakan steven di kelas bersama dengan teman dan gurunya. Segalanya kami anggap tidak ada apa-apa yang mengherankan. Tapi mengapa 'mogok sekolah' harus dilakukan oleh steven? Akhirnya kami melakukan analisa terhadap kegiatan yang dilakukan di sekolah maupun di rumah. Akhirnya kami melihat penyebabnya (menurut kami), yaitu steven memang jenuh dengan aktivitas/pelajaran/ permainan yang diberikan di sekolah. Apa sebabnya? Sepertinya yang menjadi penyebab utama adalah apa yang diperoleh di kelas baginya sudah membosankan karena apa yang kami berikan di rumah sudah jauh melebihi kebutuhannya yang dia peroleh di dalam kelas. (Steven memang anak yang cerdas menurut kami - seperti yang pernah saya sampaikan pada subject mengajar anak untuk membaca) Sehingga, kami memutuskan anak saya untuk berhenti sekolah di play group. Kemudian kami baru mendaftarkan kembali pada saat dia harus masuk ke TK-A. Dan ternyata saat ini dia sudah menikmati sekolahnya sampai saat ini. Saran saya, sebaiknya mbak Yani bertemu dengan gurunya di sekolah dan cobalah pelajari apa sesungguhnya penyebab utama atas aksi mogok sekolah yang dilakukan oleh Farhan. Semoga sharing dan saran ini bermanfaat. Salam, sw [EMAIL PROTECTED] >> kirim bunga, pesan cake & balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]