Dear Mbak Sari Liza,

Yap, memang demikian, secara pribadi saya sendiri pernah ngalamin 8
November 2001, sewaktu anak saya (waktu itu umur 2 bulan) jatuh dari
tempat ganti pakaian, saat itu jam 23.00, dengan keadaan panik saya dan
suami langsung bawa baby ke sana (UGD RSAB Harapan KITA)  dgn harapan
rumah sakit YANG SESUAI HARAPAN KITA (saya & suami saya) , artinya
lengkap, tercover , cepat dan terbiasa oleh layanan yang seperti
seharusnya mereka lakukan, ya ampun...pas nyampe sana, UGD-nya didalam
pula (, jauh pula kedalamnya, jalan menuju kedalamnya gelap pula, bayar
administrasi duluan pula, yang lucu, udah tau anak saya masih baby belum
bisa ngomong....ehhh dibiarin selama 30 menitan (keadaan persis yang
seperti diceritakan : tanpa terlihat ada kesibukan orang-orang UGD yg
seharusnya standby disitu)  nyantai dan tenaangg/damaii banget ,  malah
mereka periksa anak gede usia 10-12 tahunan yang kena demam berdarah,
bayangin disaat kondisi lagi begitu (ya itungannya bukan sok penting)
dilihat dari tingkat gawat, anak saya perlu diduluin karena dia
shock/kaget (kondisi baby saya sat itu diem nggak nangis tapi no refleks
respon, matanya diem aja, kan ngeri), belum bisa ngomong apa yg sakit
karena belum bisa bicara (orang baru 2 bulan), nggak dicek prosedural
standart, asalll banget. Tanpa obat tanpa apa. Dengan bener2 hati yg
super kecewa, saya sambil ngomel langsung bawa anak saya ke GRAHA
MEDIKA, disana 180 derajat banget bedanya, tiba disana langsung
datang,lokasi di-depan pula, sign/tanpa masuk jelas, penangannan cepat,
pas saya datang langsung 6 suster ngerubutin langsung cek ini-itu,
sedangkan suami saya ngurusin standart pendataan (tanpa minta duit
duluan) dgn cepat tanpa ba-bi-bu, tindakan medis susternya minta
diceritakan kronologis kejadian ,pencek-an suhu bdn, berat, tinggi,
semua baju dibuka, langsung ditempatin ke  tempat pemeriksaan  hanya 2
menit dokter datang, dan dicek satu persatu bagian tubuh anak saya, juga
kontrol refleksnya. Terakhir saya disuruh memberikan ASI, dan mereka
nungguin reaksi anak saya, kalau enggak muntah artinya nggak ada
masalah. Dan setelah nunggu diberi ASI nggak apa, akhirnya doketrnya
kasih resep obat. Dan pesen2. Cukup komunikatif dan enak. Walo saya
musti ekstra bayar lebih mahal 50% dari RS Harapan kita. Tapi saya puas
untuk serve-nya, karena ini nyangkut nyawa anak saya.Alhamdulillah
impact musibah itu tidak ada (semoga !!).

Semula saya nggak mau open ke publik masalah ini, cuman cerita dibawah
bikin saya kesal, apa nggak cukup kejadian di UGD seperti itu dialamin
oleh hanya 1 pasien saja , apa yang ditulis di email itu memang BENAR
karena saya ngalamin (saya masih nyimpan bon2/dll untuk arsip saya
karena dalam hati saya sempat bertanya ..."Kok begitu sih...., naluri
kemanusiaannya ada di mana ?, ya kalau nggak mampu ya jangan komit untuk
membaktikan diri dibidang kemanusiaan dong, yang mereka hadapin itu
manusia kecil yang punya nyawa yang bener2 datang kesitu dengan tidak
berdaya,", TRAGIS bener !!. 

Harapan saya semoga apa yang saya kemukakan diatas ada hikmahnya buat
yang sempet baca, dan nentuin sikap supaya jangan jadi korban seperti
keluarga saya. Buat RSAB Harapan Kita, jangan jauh-jauh belajar ke
pelayanan yang lebih baik, tapi belajar dulu deh hal kecil  untuk tahu
diri apa arti "sebuah nama"...., malu ! mampangin merek rumah sakit
gede-gede, tapi realita apa yang seharusnya dilakukan dengan sikap dan
tindakan sebagai seorang pengabdi kemanusiaan NOL GEDE.

Terima kasih
Emmy Saftari

Note : 
Sebagai bukti saya sertakan data kwitansi UGD RSAB Harapan kita : No
Poli : 032 
Jam 23:28:16 (8 November 2001)
Data lengkapnya ada disaya


-----Original Message-----
From: Sari, Liza [mailto:[EMAIL PROTECTED]] 
Sent: 01 April 2002 17:01
To: '[EMAIL PROTECTED]'
Subject: [balita-anda] Hati-Hati dengan rumah sakit HARAPAN KITA


Sekedar info, Benar kah?????


> Pelayanan Rumah Sakit HARAPAN KITA Tidak bermutu, mengecewakan, tidak
> manusiawi dan Diskriminasi.
> 
> Kami merasa dirugikan dan dipermainkan oleh pihak rumah sakit Harapan
> Kita, sebab rumah sakit tersebut telah menolak untuk melakukan 
> perawatan terhadap anak kami dengan alas an yang dibuat-buat. Pada 
> hari Selasa malam (12 Maret 2002) pukul 08.00 kami membawa anak kami 
> Rafi Akbar yang berumur baru 4 hari ke rumah sakit Harapan Kita untuk 
> mendapat pertolongan. Anak kami mengalami sakit badan kuning mendadak.

> Saat kami tiba di rumah sakit tersebut kami sudah mendapat sambutan 
> yang tidak sesuai dengan tempatnya yaitu UGD ANAK, anak kami boleh 
> masuk setelah kami menyelesaikan segala tete bengek yang makan waktu 
> lebih dari 30 menit. Setelah kami masuk (walaupun itu dengan sedikit 
> memaksa) kami tetap tidak dilayani seakan-akan kami tidak kelihatan 
> perawat dan dokter hanya lalulalang padahal saat itu hanya ada satu 
> pasien lain selain kami. Setelah menunggu lebih dari satu setengah jam

> kami baru dihampiri oleh seorang perawat pria (kami masih hapal 
> wajahnya) dia hanya menanyakan nama alamat dan dilahirkan di mana anak

> kami. Setelah kami jawab dia meninggalkan kami dan berkasak-kusuk 
> dengan beberapa orang temannya. Sesaat kemudian kemudian perawat 
> tersebut menelpon entah kemana dan kami mendengar pembicaraan mereka 
> sebagai berikut "Ini ada pasien kuning tapi bukan lahir di sini 
> gimana? Apa bilang aja nggak ada kamar kan nggak lahir di sini" kami 
> mendengar dengan jelas pembicaraan mereka, berarti sebenarnya masih 
> ada kamar namun tidak diberikan. Dokter jaga yang ada pada saat itu 
> hanya bersantai dan tidak melakukan tindakan apapun seakan dokter 
> berpangkat lebih rendah dari perawat, kami juga melihat pasien y! ang 
> datang setelah kami (kurang lebih satu jam setelah kami) langsung 
> diberi pelayanan sebab anak mereka lahir di situ. Apakah pantas sebuah

> rumah sakit besar dan memiliki nama besar memberlakukan calon 
> pasiennya seperti itu? Kami merasa dilecehkan terhina dan dirugikan. 
> Mengapa kami merasa dirugikan sebab dokter yang menagani anak kami 
> (setelah kami pindah rumah
> sakit) menjelaskan kepada kami bahwa anak kami terkena infeksi parah 
> dan terlambat mendapat pertolongan pertama. Sehingga kami dengan pasti

> dan yakin bahwa pihak yang bersalah dan bertanggung jawab adalah RUMAH

> SAKIT HARAPAN KITA sebagai tempat dimana kami meminta pertolongan 
> pertama namun tidak mendapat pelayan semestinya. Saat ini anak kami 
> telah wafat dalam usia yang relatif sangat muda yaitu 5 hari. Kami 
> mencari info dan baru mengetahui bahwa prinsip dari Rumah Sakit 
> Harapan Kita hanya mau memberikan pertolongan kepada orang atau anak 
> yang lahir atau memiliki kenalan di rumah sakit tersebut. Kami 
> menghimbau pada pihak Manajemen rumah sakit perbaikilah system anda ! 
> Jika tidak mungkin rumah sakit Harapan Kita akan lebih dikenal sebagai

> rumah sakit yang menyebabkan banyak kematian anak karena KESALAHAN 
> MANAJEMEN dan DISKRIMINASI. Kami juga mendapat info sudah sering kali 
> hal ini terjadi (banyak yang tidak berani bilang) Kami pribadi sebagai

> orang tua menyarankan kepada Ibu bapak yang memiliki anak lebih baik 
> jangan membawa anak anda ke rumah sakit HARAPAN KITA bila anda butuh 
> pertolongan cepat apalagi anak anda tidak lahir di sana.
> 
>   
> 
> 


>> Kirim bunga ke kota2 di Indonesia dan mancanegara? Klik,
>> http://www.indokado.com/ Info balita, 
>> http://www.balita-anda.indoglobal.com
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]





>> Kirim bunga ke kota2 di Indonesia dan mancanegara? Klik, http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]


Kirim email ke