Sumber: www.tabloid-nakita.com
MENGOPTIMALKAN TAYANGAN TELEVISI Ada beberapa hal yang patut diperhatikan agar teve dapat dioptimalkan sebagai media pendidikan bagi si kecil. Namun sebelum itu, Bu-Pak, kita perlu sadar bahwa anak kita adalah apa yang dia tonton. Dengan kata lain, program acara di teve akan turut membentuk si kecil. Seperti yang dikemukakan psikolog Ike Sugianto bahwa apa yang ditonton anak akan dia serap dan simpan, hingga akhirnya menjelma dalam tingkah lakunya. Contoh sederhana, bila ia terbiasa menyaksikan tayangan-tayangan jahil, seperti seorang anak yang sengaja menaruh kulit pisang dan tertawa geli ketika temannya terpeleset, ia pun jadi terbiasa menyaksikan adegan itu dan menggangapnya sebagai hal yang lucu. "Jadi, itulah nilai yang akan tersimpan pada dirinya, bahwa hal-hal seperti itu adalah lucu dan boleh dilakukan. Bisa-bisa bila ada kesempatan, ia akan melakukan hal serupa," ujar Ike. Jadi, teve akan menjadi tayangan buruk bila dari teve anak memperoleh nilai-nilai yang tak tepat. Tapi jangan langsung berprasangka buruk pada teve, lo, karena sebenarnya teve juga memiliki sisi positif bagi anak. "Pada diri anak ada pengaruh yang saling tarik-menarik. Tinggal mana yang lebih kuat, bila orang tua bisa terlibat banyak dalam kehidupan anak, maka pengaruh orang tua akan lebih besar ketimbang teve." Sudah menjadi hukum alam, kok, lanjut Ike, bila anak akan lebih senang pada orang tuanya ketimbang objek lain. Nah, tinggal bagaimana orang tua menjalankan perannya. "Orang tua sebenarnya memiliki 'tongkat ajaib' untuk 'menyulap' anak menjadi sesuatu yang diinginkan, karena orang tualah yang paling dekat dan orang yang pertama dikenal anak. Sekarang tergantung orang tuanya, mau tidak memberi contoh hidup dan nasihat-nasihat yang baik bagi anak," ujar staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta ini. Jadi bila anak sampai kecanduan teve, jangan-jangan orang tua yang tak sengaja menjadikan teve sebagai babysitter anak. "Karena kesibukannya mungkin orang tua jadi mengurangi atau menghilangkan peran mereka, jadilah mereka mendewakan teve karena menggangap teve bisa menghibur anaknya. 'Ah, kalau nonton teve, Adek bisa ketawa-tawa dan merasa terhibur, kok.' Mereka lupa, teve sebenarnya hanya salah satu alternatif hiburan untuk mengisi waktu luang, bukan satu-satunya alat hiburan. Orang tualah yang seharusnya banyak berperan di sana. Bila orang tua hanya menjadikan teve sebagai satu-satunya alat hiburan atau yang utama, maka akan timbul masalah." Nah, agar tak timbul masalah, lanjut Ike, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: RENCANAKAN PROGRAM Menonton teve harus dijadikan kegiatan hiburan yang direncanakan secara sadar dengan program yang benar-benar terseleksi. Itu berarti teve hanya dihidupkan ketika ditonton. "Sering, kan, teve dijadikan pengusir kesepian. 'Ah, daripada sepi mendingan hidupkan teve saja.'" Akhirnya tontonan si kecil jadi tak terkendali. Jangan lupa, lo, banyak tayangan di teve yang tak mendidik, seperti sinetron-sinetron yang mengobral perkelahian. "Coba perhatikan, hampir tak ada tontonan yang mengajarkan problem solving yang benar buat anak. Misal, kalau ada yang dinakali temannya akhirnya yang terjadi malah saling adu tonjok Sering juga digambarkan bila orang tua ribut sedikit saja lalu asal tampar. Dengan tontonan seperti ini, dikhawatirkan anak akan belajar, bila aku terpojok, ya, tampar saja!" Jadi sekali lagi, seleksi program yang kira-kira cocok untuk si kecil. Jika si kecil sudah dapat menyalakan teve, taruhlah remote control di tempat yang tak bisa dijangkaunya atau cari tempat teve yang memiliki penutup. MENDAMPINGI Sekarang banyak program diperuntukan bagi si kecil, seperti Teletubbies, Sesame Street, Blue Clue, Tweenies, atau saluran anak Nickelodeon. Program-program tersebut memiliki staf ahli yang merancang tayangan dengan sedemikian rupa hingga menarik dan bisa diterima informasinya oleh anak dengan baik. Tapi walau begitu, orang tua harus tetap mendampingi tatkala si kecil asyik menonton, lo. "Patut disadari orang tua, teve hanya salah satu sarana belajar karena yang menjadi guru utama sebenarnya adalah orang tua. Boleh saja kita mengatakan Teletubbies atau Sesame Street sebagai program yang bagus untuk anak-anak, tapi tetap itu bukan alat belajar yang paling utama!" Orang tua pun patut berhati-hati karena tak semua tontonan yang diperuntukan anak-anak baik untuk mereka. Hal ini menambah alasan mengapa orang tua harus mendampingi ketika si kecil menonton. Jangan lupa, kemampuan berpikir anak masih terbatas, hingga bila tak didampingi, ia akan mengalami kesulitan mengikuti alur cerita. MENDISKUSIKAN Nah, ketika mendampingi, diskusikan juga tayangan yang tengah berlangsung. Misal, "Wah, Lala baik, ya, Dek, mau meminjamkan rok pada Po." Beritahu si kecil juga bahwa tokoh-tokoh seperti Batman atau Superman merupakan tokoh-tokoh fantasi. "Begitu juga tokoh-tokoh yang memiliki kekuatan gaib, misal, yang bisa menjatuhkan orang hanya dengan mendelikkan mata. Jangan sampai anak belajar bahwa kehebatan seseorang hanya ditentukan karena kekuatan semata. Hingga ia berpikir, 'Ah, aku enggak punya kekuatan seperti itu berarti aku enggak hebat!'" Bila kita tak dapat mendampingi dan mendiskusikan program teve karena harus bekerja, tak perlu khawatir, orang tua bisa tetap mendiskusikannya setelah pulang kerja, "Tadi pagi, Teletubbies-nya ngapain Dek?" LANJUTKAN DENGAN ACTION Setelah tayangan usai, kita bisa mempraktekkan "pelajaran" dari suatu program. Misal, ketika Sesame Street mengulas pengenalan warna, kita bisa mengatakan, "Dek, tadi, Elmo belajar warna merah dan biru. Yuk, sekarang kita cari warna-warna seperti itu di rumah." Atau bisa juga ia diajak "berhasta karya" dengan menggunting kertas-kertas warna, "Yang warna kuning, kita gunting jadi bundar." Yang penting ada action sesudah menonton. Hingga anak pun tak begitu mengidolakan menonton saja, tapi tahu bahwa ada kegiatan lain yang juga menarik selain menonton. Orang tua pun sadar bahwa ia tetap guru yang paling utama. JADIKAN PILIHAN BUKAN KEBIASAAN Benang merah yang kita bisa tarik adalah jadikan teve sebagai suatu pilihan, bukan kebiasaan. Alangkah lebih baiknya, bila sebelum menonton teve kita membiasakan anak harus meminta ijin terlebih dulu. Lalu ajukan pertanyaan, "Apa Adek tak punya kegiatan lain yang bisa dikerjakan?" Bila anak tak diijinkan menonton teve, berikan alternatif kegiatan baginya. "Jangan sampai kita hanya melarang, 'Kamu pokoknya enggak boleh nonton teve!' karena dia malah akan makin penasaran untuk menonton." Agar ia tak fanatik teve, kita butuh hal lain untuk menarik perhatian mereka. Nah, di sinilah kreativitas orang tua diperlukan, kita harus membuat anak tertarik kegiatan lain selain menonton teve. Kita sebenarnya bisa menciptakan kegiatan belajar yang menyenangkan, umpamanya berkebun bersama-sama. "Dek, kita menjiplak daun ini, yuk, nanti kita kasih warna hijau, biar mirip dengan daun asli!" Intinya, orang tua harus mau terlibat dan menyediakan waktu untuk anak. JADILAH MODEL YANG BAIK Yang terakhir, tapi tetap penting, jika kita ingin si kecil diet teve, harus dimulai dari diri kita sendiri alias kita pun harus diet teve. Jangan lupa anak mencontoh yang ia lihat. Selain itu, walaupun batita, ia pun sudah bisa protes, "Kok, aku enggak boleh nonton, Papa aja nonton!" Faras Handayani.Foto: Iman Dharma (nakita) >> Kirim bunga ke kota2 di Indonesia dan mancanegara? Klik, http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]