ZFy : 
"akibatnya cukup nyata, banyak juara satu SMA tak mendapat tempat di PT negeri, 
sedangkan
yang diluar 10 besar dengan mudah masuk ke PT negeri."
 
>>nimbrung sedikit ya. Sepanjang pengalaman saya bertahun2 menjadi anggota 
>>panitia tetap UMPTN/SPMB (sampai pertengahan 2005), statement yg Anda 
>>lontarkan agaknya tidak terjadi begitu saja. Perlu diketahui bersama, 
>>kegagalan seseorang untuk masuk ke PTN melalui jalur UMPTN/SPMB tidak hanya 
>>ditentukan dari hasil ujian saja, tetapi juga dari ketepatan pengisian berkas 
>>pendaftaran. Misalnya, kebanyakan calon siswa melakukan sedikit kecurangan di 
>>berkas formulir dengan menurunkan range pendapatan orang tua serendah 
>>mungkin, tetapi dia anak nomor sekian/bukan anak tunggal, dan rumahnya di 
>>wilayah yg relatif menengah ke atas. Atau gagal pada saat ujian karena tidak 
>>mengisi KODE SOAL. Jika misalnya di rayon A kode ujiannya 131 dan 121 dan ada 
>>siswa yg tidak mengisi kodenya, maka scanner tidak akan membacanya, alias 
>>gugur. Ingat, yg dibutuhkan adalah ketelitian, bukan rasa percaya diri yg 
>>berlebihan lalu menjadikan calon siswa itu "terperosok" karena kurang hati2.
 
>>Lalu ada lagi faktor lain. Misalnya A memilih jurusan Akuntansi UGM (Rayon B) 
>>yg notabene scorring point-nya 850 dan ia menjalani tes SPMB di Jakarta 
>>(Rayon A). Pihak universitas (berlaku di semua PTN) akan memberikan kuota 
>>sekitar 75% bagi calon siswa di daerahnya sendiri (UGM akan menampung siswa 
>>asal Yogya lebih banyak dari calon siswa yg berasal dari daerah lain/luar 
>>Yogya). Dengan demikian diharapkan terjadi pemerataan dan menghindarkan 
>>penumpukan calon siswa pada satu-dua univ favorit tertentu. Katakanlah 
>>jurusan itu akan menerima 100 mahasiswa baru, berarti 75 akan berasal dari 
>>Yogya dan sekitarnya, dan 25 siswa akan diambil dari daerah lain. Sekarang, 
>>point-nya si A tuh 875, berarti ia lolos passing grade khan? tapi kenapa gak 
>>bisa masuk UGM? Bisa terjadi pointnya "kalah" dari rekan2 lainnya ketika 
>>diadu pada tingkat nasional untuk memperebutkan jatah 25 besar. Kenapa gak ke 
>>yg 75 itu? karena itu udah jatah DIY dan sekitarnya.
 
>>berdasarkan pengalaman, biasanya calon siswa yg biasa2 aja tuh lebih 
>>easy-going alias nggak terbeban apa2 sewaktu menjalani tes SPMB. Jadi 
>>resepnya, jangan terlalu PD, biasa aja lah.

ZFy: Jikapun anda setuju angka batasan maksimum, yang  disesuaikan dengan
prosentasi jumlah penduduk, mengapa hanya dikenakan ke warga Tionghoa,
menapa tidak untuk suku yang lain? dan seandainya ini diberlakukan untuk
seluruh etnis, adilkah? orang Jawa akan mendominasi PT negeri! PT sebagai
sarana pendidikan tingi bukan lagi berdasarkan prestasi, tapi tunduk pada
politik kesukuan. lain halnya jika ini diberlakukan sebagai kuota minimum
untuk membantu warga2 dari  wilayah terbelakang, pasti banyak yang setuju.

>>pertama2 harus saya katakan dulu, kuota itu diberlakukan pada masa Orde Baru, 
>>jadi Anda harus menempatkan frame pada masa itu, kenapa diberlakukan 
>>kebijakan kuota. Kedua, pada beberapa PTN (terutama PT BHMN) sudah mulai 
>>diberlakukan kebijakan mereduksi kuota, sehingga calon mahasiswa etnis 
>>Tionghoa bisa lebih mudah masuk ke PTN. Tentu harus memohon maaf ke banyak 
>>pihak ya, karena alasan pertama2nya adalah karena PTN tersebut perlu uang dan 
>>seolah2 hanya Tionghoa yg punya banyak duit. UI misalnya, sejak TA 2000 ulai 
>>menampung banyak siswa etnis Tionghoa, terutama di beberapa fakultas favorit 
>>seperti Fasilkom, FT, FE dan beberapa fakultas lain. Sekurang2nya sejak 3-4 
>>tahun terakhir banyak wajah2 Tionghoa muncul pada penyerahan piagam Lulusan 
>>Cum Laude saat wisuda UI.
 
>>Jika dulu kolom kesukuan pada IDM (Isisan Data Mahasiwa) digunakan untuk 
>>"membatasi" jumlah etnis2 tertentu (khususnya Tionghoa) sesuai kuota yg 
>>disepakati, maka saat ini kolom itu tak lagi terlalu diperhatikan. 
 
>>saya lupa, ada 1 kolom yg LUPA Anda perdebatkan di milis ini (karena teman2 
>>semua terlalu keblinger dengan isu diskriminasi rasial Tionghoa - 
>>nonTionghoa), yaitu kolom AGAMA. Prosentase agama sangat2 menentukan 
>>keberhasilan siswa masuk PTN terutama PTN Favorit di kota2 besar, yg kalau 
>>belum berubah: Kristen 10%, Katolik 10%, Budha 5%, Hindu 5%. Prosentase ini 
>>tidak berlaku di daerah2 tertentu yg didominasi oleh agama tertentu (misalnya 
>>Bali, NTT, Sul-Ut, Sum-Ut).

salam dari Beijing,

Eddy Prabowo Witanto foreign expert
Beijing Foreign Studies University (BFSU) - Department of Afro-Asian Studies - 
Indonesian Studies, 
East Campus Academic Building #351. Xisanhuan Beilu no.2, Haidian District, 
Beijing 100089 CHINA
 



 

[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke