Maaf, saya tidak mengikuti diskusi ini secara mendalam. Namun seiring 
dengan perubahan zaman, kebijakan spesialisasi pemerintah Taiwan 
terhadap apa yang dianggap keturunan Tionghoa di luar negeri akan 
dibatasi dan dibatalkan pada beberapa tahun yang akan datang.

Terus terang saja, memang ada perlakuan beda antara apa yang dianggap 
keturunan Tionghoa dan non-Tionghoa selama ini terutama di bidang studi. 
Namun, 2 tahun terakhir ini, banyak sekali beasiswa dan kesempatan 
diberikan tanpa memandang asal usul ras, ini dikarenakan opini publik 
bahwa yang patut dianggap sebagai overseas Chinese adalah orang2 
keturunan Tionghoa yang masih memegang kewarganegaraan Taiwan, dan bukan 
warga negara lainnya termasuklah itu WNI suku Tionghoa.

Dalam beberapa kesempatan, malah peluang untuk belajar di Taiwan lebih 
besar untuk para calon pelajar non-Tionghoa karena ada jatah kursi 
pelajar internasional untuk mereka. Pelajar non-Tionghoa tidak 
diperbolehkan mendaftar untuk kesempatan seperti ini. Ini berawal dari 
anggapan bahwa standar prasyarat untuk pelajar keturunan Tionghoa 
haruslah lebih tinggi daripada pelajar non-Tionghoa.

Bagi pelajar non-Tionghoa, silahkan saja mendaftar untuk kesempatan 
belajar dan beasiswa ke Taiwan dan RRC di kantor perwakilan masing2, 
mumpung sekarang persaingan belum terlalu ketat. Tahun lalu saja, ada 
satu teman saya suku Jawa yang berhasil meraih beasiswa dari Kantor 
Dagang Ekonomi Taipei di Jakarta untuk melanjutkan pendidikan S2 di Taiwan.

Nah, apakah pelajar keturunan Tionghoa lebih diuntungkan dari kebijakan 
pemilahan ini? Belum tentu.


Rinto Jiang


Akhmad Bukhari Saleh wrote:
> ----- Original Message ----- 
> From: JS
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Sent: Tuesday, March 27, 2007 6:29 PM
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN 2007, perincian 
> biaya & schedule
>
>   
>> Pemikiran saya sederhana saja.
>> Kalau Arab bantunya mesjid,
>> Belanda bantunya gereja,
>> India bantunya kuil,
>> Taiwan membantu saudaranya di Indonesia (keturunan Tionghoa)...
>>
>> Sudah jelas logikanya?
>>     
>
> --------------------------------------------
>
> He he he... logikanya nggak logis dong!
>
> Yang Arab, Belanda dan India membantu sesuai dengan spesialisasi 
> masing-masing (mesjid, gereja, kuil), tetapi bantuan itu diberikan TANPA 
> pilih-pilih siapa yang dibantu, semua orang Indonesia dibantu tanpa dilihat 
> apakah saudaranya atau bukan, tanpa dilihat keturunan Arab atau Belanda atau 
> India atau bukan, semua orang Indonesia boleh pakai mesjidnya yang mau ke 
> mesjid, boleh pakai gerejanya yang mau ke gereja, boleh pakai kuilnya yang 
> mau ke kuil.
>
> Sedangkan yang Taiwan membantu sesuai dengan spesialisasinya (mengajar 
> bahasa Tionghoa), tetapi bantuan itu diberikan DENGAN pilih-pilih siapa yang 
> dibantu, cuma saudaranya sendiri saja yang boleh menerima bantuannya, yang 
> bukan saudaranya tidak boleh menerima bantuannya.
>
> Akibatnya apa?
> Akibatnya saudaranya di Indonesia itu jadi dimusuhin orang Indonesia 
> lainnya.
>
> Kalau RRT sudah belajar dari pengalaman. Tidak akan melakukan pilih-pilih 
> begitu, yang mereka sudah belajar dari pengalaman bahwa itu akan jadi 
> boomerang membikin menderita saudaranya yang jauh di negeri orang...
>
> Wasalam. 
>
>
>   


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke