Yo wis... toh alamat/nomor teleponnya ada, diberitahukan saja ke yang
bersangkutan, mohon kalau menawarkan beasiswa harus terbuka ke semua
golongan, karena di Indonesia masalah diskriminasi ras ini sangat
sensitif. 

Apalagi, susah lho membuktikan "keturunan Tionghoa"... SKBRI kan sudah
tidak berlaku... belum lagi yang sudah berkulit sawo matang dan tidak
sipit seperti si Ucup (Bajaj Bajuri), bagaimana dong.. 




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Akhmad Bukhari Saleh"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> ----- Original Message ----- 
> From: Rinto Jiang
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Sent: Wednesday, March 28, 2007 8:57 PM
> Subject: [budaya_tionghua] Kurang adil (Re: NEW: STUDY TOUR TAIWAN
2007, 
> perincian biaya & schedule)
> 
> > Dalam perjuangan revolusinya, Dr. Sun memerlukan dana,
> > dan itu sulit didapatkannya dari orang2 kaya yang saat itu
> > menikmati fasilitas dari kekaisaran maupun pemerintah asing
> > yang setangah menjajah di Tiongkok.
> -  -  -  -  -  -  -
> > Untuk ini, Dr. Sun mencari dukungan ke luar negeri,
> > yaitu kepada orang Tionghoa seberang lautan
> -  -  -  -  -  -  -
> > Dari sini, saya ingin menghimbau kepada rekan2 yang berdiskusi
> > tentang masalah ini untuk jangan langsung memvonis ini praktek
> > diskriminasi ini adalah sebuah diskriminasi negatif.
> 
> Ini kan cerita 100 tahun yang lalu. Atau paling-paling 80 tahun yang
lalu 
> lah.
> Di Hindia Belanda di jaman itu, orang Tionghoa membantu Tjouw Kok 
> (negeri leluhur), baik di jaman awal Bin Kok maupun ketika  ketegangan 
> Tiongkok-Jepang mulai memuncak, dengan gerakan penggalangan dana, 
> yang dikenal sebagai "Fonds Aiy Kok Koan". Kata "fonds" adalah kata 
> bahasa Belanda yang berarti "dana". Jadi Fonds Aiy Kok Koan ini 
> maksudnya "dana cinta negeri". Caranya antara lain dengan menganjurkan 
> kaum Tionghoa Indonesia, atau lebih tepatnya Tionghoa Hindia
Belanda, membeli obligasi (surat hutang negara) Bin Kok (Republik Cina).
> 
> Nah, kalau jaman sekarang masih ngomongin yang begini, wah gimana
gitu...
> Nyebut tjouw kok saja sudah serba salah, apalagi bilang cinta negeri, 
> memangnya mau menunjukkan cinta sama negeri yang mana??
> 
> Dan jangankan sekarang, 50 tahun yang lalu pun, pemerintah RRT sudah 
> menuai panen pahit getir di Indonesia dari kebijakan Hoa Kiauw Lam 
> Yang yang seperti itu. Dan yang menderita paling berat bukan rejim 
> Beijing, melainkan justru kaum Tionghoa Indonesia sendiri.
> 
> Mosok sekarang di abad 21 ini Taiwan masih mimpi melakukan 
> kebodohan kuno yang sama?
> 
> ---------------------------------------------------
> 
> > yang dilakukan pemerintah Taiwan (Republik China) untuk
> > kalangan tertentu atas dasar keinginan balas jasa, adalah tidak
> > merugikan pihak yang tidak diperlakukan istimewa
> > dalam hal ini non-Tionghoa
> 
> Seperti yang sudah saya katakan di posting terdahulu, yang dirugikan 
> dengan kebijakan diskriminatif berdasarkan balas jasa ini, malahan
bukan 
> non-Tionghoa, melainkan Tionghoa Indonesia sendiri.
> 
> Mosok iya pemerintah Taiwan tidak tahu bahwa perlakuan istimewa yang 
> diskriminatif ini akan dapat memicu kaum fanatik dan kaum ekstrem 
> Indonesia untuk memprovokasi gelombang diskriminasi baru?
> 
> 
> Wasalam. 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Reply via email to