Pak Ullyses yth: Maaf sebalumnya kalau ada kata-kata
saya yg menimbulkan kesalahpahaman. Saya orang yg
kurang bergaul dan gak pernah survey tapi dari
pengalaman saya menjumpai teman saya waktu SD di Kab
lumajang Jawa Timur dan mantan pacar saya di Surabaya
menyebut ortunya dengan “koen”. Kalau saya saya yang
umurnya masih kepala tiga pernah ketemu 2 orang
seperti itu, saya kira seratus orang anggota milis ini
bisa menjumpai 200 orang seperti itu. Banyak juga kan?
Banyak anak muda sekarang (Surabaya, Jkt di Jawa)gak
menyebut kakaknya dengan “Koko atau Cie-cie” dan tidak
menyebut adiknya dgn ‘Titi atau Meme” dan semua
saudara kerabat yg lebih tua dipanggil dengan “koko
atau “susu”.

Kalau saja perang dunia II dimenangkan oleh Jepang
pasti sekarang seluruh dunia cenderung ber bahasa
Jepang dan meniru budaya Jepang (memakai nama Jepang,
agama Jepang) dan orang Indonesia masih mau mengakui
Jepang sebagai saudara tuanya (saudara mudanya?).
Kalau saja perang dunia II dimenangkan oleh Belanda
pasti sekarang seluruh dunia cenderung ber bahasa
Belanda dan meniru budaya Belanda. Budaya Barat lebih
sukar masuk ke (diterima di) Jepang mungkin karena
mereka tidak punya rasa rendah diri yg keterlaluan
sebab orang Jepang bisa punya prestasi (setara dgn
orang Barat?) dan masih bisa punya alasan untuk tidak
diremehkan orang. Sedangkan banyak orang Indonesia
tidak merasa bangga memakai nama Indonesia (terpaksa
atau dengan kemauan sendiri impor nama Barat) karena
mereka tahu Indonesia sedikit prestasinya malah penuh
dengan reputasi jelek. Kalau orang Tionghwa di
Indonesia tidak memakai nama Tionghua itu karena
mereka dipaksa keadaan yg dibuat oleh para pimpinan
negeri ini. Kalau orang Tionghua tidak ingin
melestarikan budaya leluhurnya sebabnya adalah mereka
tidak mengerti kemuliaan budaya Tionghua karena tidak
ada yg memberitahu atau mereka tidak mau tahu (menutup
diri sendiri sehingga tidak sadar telah menganggap
remeh budaya Tionghua). Kalau ada kata-kata saya yg
salah jangan dianggap serius karena saya tidak
meluangkan waktu banyak mengetik ini. Semoga sudah
terjawab.

eko



--- Ulysee <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Pak Eko, 
> Sekalian dijelaskan donk 
>  
> 1.Apakah menurut Anda penting untuk memanggil nama
> secara tidak
> langsung?
> Kalau iya,----- apa sebabnya?
>  
> 2.Apakah nama tak langsung itu hanya untuk
> menunjukkan penghormatan?
> Kalau tidak,---- untuk apa lagi yang lainnya?
>  
> 3. Kenapa menurut Anda orang jaman dulu merasa
> penting untuk memanggil
> nama saudara secara tidak langsung?
>  
> 4. to quote: sekarang ini banyak anak memanggil
> orang tuanya dengan
> "kamu" atau bahasa Jawanya "koen".
>  saya kurang paham, apakah kasusnya terjadi hanya di
> Jawa - pada mereka
> yang terbiasa menggunakan bahasa Jawa, 
> atau terjadi di kalangan anak muda pada umumnya?
> Sebab saya ngga
> terbiasa pake bahasa jawa, dan di lingkungan kenalan
> saya jarang banget
> yang memanggil orang tua dengan "kamu" (bahasa
> Indonesia) jadi kepengen
> tahu "banyak" itu hasil pengamatan di daerah mana?  
>  
> 5. Pemanggilan kepada kerabat dengan sebutan gaya
> lama, kalau mau
> dilestarikan, dengan cara mendidik anak untuk SELALU
> menyapa kerabat
> secara demikian. Begitu kita sendiri kurang disiplin
> atau kurang
> perhatian pada cara anak menyapa kerabat... wah udah
> deh.. Amburadul. 
> Soalnya untuk mengubah satu kebiasaan sebutan yang
> udah mendarah daging
> sekian lama,  mudah dikatakan, sulit dilakukan. Suer
> ! 
>  
>  
> -----Original Message-----
> From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf
> Of Eko Boenandar
> Sent: Tuesday, May 15, 2007 9:28 AM
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Subject: [budaya_tionghua] Memudarnya Tradisi
> memanggil nama saudara
> secara tidak langsung.
>  
> 
> 
> Para budiman yth: sekarang ini banyak anak memanggil
> orang tuanya dengan "kamu" atau bahasa Jawanya
> "koen".
> Apakah pentingnya memanggil nama secara tidak
> langsung? Apakah hanya untuk menunjukkan
> penghormatan?
> Kenapa orang jaman dulu merasa penting untuk
> memanggil
> nama saudara secara tidak langsung?. Contohnya:
> Kakak
> terbesar (Ta ke atau tua ko) Kakak kedua (Er ke)
> Adik
> (ti ti) Kakak ipar, Adik sepupu, Paman kelima.
> Apakah
> seiring dengan modernisasi (peniruan gaya
> Barat/orang
> kulit putih), tradisi ini hanya memudar di Indonesia
> saja? Apakah tradisi yang mulai pudar ini perlu
> untuk
> dilestarikan? 
> 
>
__________________________________________________________
> We won't tell. Get more on shows you hate to love 
> (and love to hate): Yahoo! TV's Guilty Pleasures
> list.
> http://tv.yahoo.
> <http://tv.yahoo.com/collections/265>
> com/collections/265 
>  
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been
> removed]
> 
> 



       
____________________________________________________________________________________Sick
 sense of humor? Visit Yahoo! TV's 
Comedy with an Edge to see what's on, when. 
http://tv.yahoo.com/collections/222

Kirim email ke