Liang U qianbei bersama dengan Kinghian sedang menyusun buku marga 
khususnya marga Tionghoa di Indonesia dan sekarang lagi proses 
editing ulang. Termasuk cara mencari nama, sistem penghitungan nama, 
marga menurut dialek2 yg umum ada di kalangan Tionghoa Indonesia.

Yg jadi masalah, ada gak penerbit yg mau terbitin buku ini ?
Soalnya buku ini TIDAK ADA NILAI JUAL dimata penerbit.
dikirim ke Gramedia jg belon ada jawabannya.


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ChanCT" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Bung Liang U yb,
> 
>     Saya juga tertarik dengan masalah budaya Tionghoa atau tradisi 
Tionghoa 
> di Indonesia yang sudah meluntur itu, ... jadi ada baiknya bagi 
yang masih 
> mengerti akan budaya/tradisi Tionghoa yang luhur bisa 
memperkenalkan atau 
> berusaha mengingat dengan tulisan-tulisan dengan tak jemu-jemunya. 
Oleh 
> karena itu, apa yang pernah bung tulis dan tidak dimuat 
keseluruhan karena 
> dianggap terlalu menonjolkan ke-Tionghoa-an bisa melemparnya ke 
Japri saya?
> 
> Terimakasih atas perhatian dan kesediaan bung mengirim tulisan itu 
ke Japri 
> saya.
> 
> Salam,
> ChanCT
> 
> ----- Original Message ----- 
> From: liang u
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Sent: Saturday, 2 June, 2007 11:03
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Nama toeroenan dan Familliesysteem 
dari orang 
> Tionghoa.
> 
> 
> Salam,
> 
> Terguguah oleh tulisan yang sangat bagus sekali oleh rekan Tjambuk 
berduri.
> Dahulu jarang sekali ada orang Tionghoa yang terlantar. Karena 
bila ada 
> orang Tionghoa yang terlantar, baru datang dari kota lain, ataupun 
anak 
> menjadi yatim piatu karena ditinggal mati orng tuanya, orang 
Tionghoa lain 
> selalu datang menolong:
> 1. Pertama melihat snenya (she atau seh)nya, kalau sne Tan, 
biasanya dibawa 
> dan diserahkan kepada orang sne Tan lagi.
> 2. Kalau ia adalah sne yang jarang, misalnya sne Ting, dan di 
daerah itu tak 
> ada sne Ting, maka akan ditanya kampung leluhurnya, kalau dia 
datang dari 
> Kabupaten Nam'wna (Nam'oa), ia akan dibawa kepada orang 
sekampungnya dan 
> akan diterima dengan baik, apalagi kalau ada orang sama 
kampungnya, langsung 
> dianggap keluarga. Kalau sekabupatenpun tak ada yang dilihat 
adalah 
> dialeknya, orang Hokkian akan dibawa ke Hokkian Huekuan (persatuan 
orang 
> Hokkian) , orang Hakka akan dibawa ke perkumpulan orang Hakka dsb. 
Mereka 
> biasanya ditanggung ramai-ramai oleh teman sedialek, biaya 
ditanggung 
> bersama, ada yang memberi pekerjaan, ada yang memberi tempat 
tinggal dsb. 
> Karena itulah, pada masa saja muda, kita cuma kenal kalau orang 
Konghu pasti 
> tukang kayu, kalau orang Hakka atau Kheq toko potret, orang 
Hokchnia adalah 
> pengusaha pabrik tenun. Ini disebabkan mereka dididik di sana. 
Misalnya yang 
> tadinya petani murni, dikerjakan di perusahaan kayu, lalu menjadi 
ahli, 
> setelah itu ia dibantu
>  untuk bisa berdikari jadi tukang kayu lagi.
> 3. Persatuan yang demikian kuat telah menyebabkan orang Tionghoa 
tidak ada 
> yang terlantar. Kalau waktu itu kita lihat ada orang terlantar, 
pasti orang 
> yang tidak jujur. Ia menipu atau mencuri. Sekali curang, orang tak 
mau 
> mengakuinya lagi, dan ia akan terkucil dari masyarakat Tionghoa. 
Oleh karena 
> itu, timbul istilah "guanxi (baca kuansi) dan xinyong ~{#(~}baca sin-
yung)", 
> yang artinya hubungan pribadi dan kepercayaan. Antara orang 
Tionghoa sering 
> menyerahkan uang puluhan juta tanpa minta tanda bukti, ini 
xinyong, sebab 
> yang menerimapun tak akan mungkir. Seorang pengusaha sering 
membayar gaji 
> karyawannya tanpa tanda tangan. Saling percaya. Lupa bisa terjadi, 
kadang si 
> boss bertanya, eh, gajimu sudah saya bayar belum bulan ini. Si 
karyawan pun 
> akan menjawab sudah kalau benar sudah dan menjawab belum kalau 
memang belum. 
> Etika bisnis ini telah menyebabkan transaksi semakin cepat. Saya 
sendiri tak 
> sadar, bahwa kebiasaan ini tidak lazim untuk bangsa lain. Ketika 
sudah 
> bekerja di
>  sebuah perusahaan asing, seorang manager bilang: " Orang Tionghoa 
Glodok 
> itu aneh, di antara mereka dengan telpon saja minta dikirim 
barang, langsung 
> dikirim, tanpa order tertulis, tapi tak pernah kedengaran ada yang 
mungkir."
> 4. Karena budaya Tionghoa sudah luntur sekarang, budaya guanxi dan 
> xinyongpun memudar. Meskipun demikian di antara kelompok tertentu 
masih ada 
> dan masih hidup. Seorang periset US menemukan seorang bisnisman 
Tionghoa 
> Filipina menyerahkan cek senilai 1 juta dollar US tanpa tanda 
terima! Ia 
> kaget, nama orang tersebut tidak disebut. Kemudian dari berbagai 
leteratur 
> dan lain-lain saya mengambil kesimpulan ia adalah Lucio Tan, salah 
seorang 
> pemilik saham Fiilpine Airline.
> 5. Saya pernah mendengar sendiri percakapan pedagang di emper toko 
di 
> tikungan jalan ABC Bandung, ia bilang : Orang Cina aneh, duitnya 
banyak 
> benar, kemarin ini tokonya habis dirusak (1963), sekarang sudah 
buka lagi 
> dan barangnya banyak seperti dulu!" Mereka tidak tahu, toko yang 
barangnya 
> dijarah habis, supplier segera mengirim stok baru, sebelum stok 
lama 
> dilunasi, agar toko itu hidup kembali. Kalau toko tidak disupply 
lagi, toko 
> itu akan bangkrut, utang tak terbayar, maka supplierpun rugi. 
Dengan diberi 
> supply baru, toko mampu membayar utang baru , lalu utang lama di 
cicil 
> sedikit demi sedikit, toko hidup terus, supplier hidup terus. 
Risiko? Anda 
> menaruh barang tanpa ada jaminan! Jawabnya risiko menjadi kecil 
dengan 
> adanya budaya xinyong.
>      Pernah saya membuat tulisan yang cukup banyak membahas 
mengapa orang 
> Tionghoa hidup terus dalam situasi yang sangat sulit, situasi yang 
kacau, 
> bahkan jadi sasaran serangan dan penjarahan? Saya tulis 
berdasarkan 
> pengalaman pribadi, mulia dari "Semangat Kakek Dungu Memindahkan 
Gunung," 
> Guanxi dan Xinyong, Budaya hubungan antar teman dan famili (para 
ahli dalam 
> filsafat Khong Hu Cu sebetulnya akan lebih kompeten daripada 
saya), sampai 
> tambak udang yang kena banjir di Ciohsai (kota Shishi) di 
Tiongkok, yang 
> sekarang merupakan kabupaten termaju di seluruh propinsi Fujian 
disusul oleh 
> kota Fuqing, tanah leluhur orang Hokchnia Indonesia. Maksud saya 
agar budaya 
> ini menjadi terbuka dan dipelajari oleh semua bangsa Indonesia 
bukan orang 
> Tionghoa saja, dengan demikian iklim bisnis di Indonesia akan maju 
pesat 
> dalam perdagangan dalam maupun luar negeri. Tapi tulisan saya 
tidak dimuat 
> habis, karena (dianggap) terlalu menonjokan keunggulan 
Tionghoa.........! 
> Maaf, sejak itu
>  sayapun tak menulis lagi kecuali menulis "Kakek Dungu Memindahkan 
Gunung" 
> dan " Gan Ou anak berbakti. Asal usul sebuah kampung miskin yang 
sekarang 
> menjadi pusat retail nomor satu di Tiongkok, kota Yiwu" di milis 
ini. Itupun 
> dengan nada yang sangat hati-hati.
> Mudah-mudahan dengan berubahnya zaman, tulisan saya ini tidak akan 
menjadi 
> bulan-bulan serangan rekan lain.
> Saya tak akan membalas dan tak bersedia berdebat tentang ini, 
silahkan anda 
> telaah sendiri.
> Salam
> Liang U
> 
> 
> 
> 
> ----- Original Message ----
> From: hoedjin_tjamboek_berdoeri <[EMAIL PROTECTED]>
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Sent: Friday, June 1, 2007 2:04:21 PM
> Subject: [budaya_tionghua] Nama toeroenan dan Familliesysteem dari 
orang 
> Tionghoa.
> 
> 
> Penganter: Ini tjerita moengkin lebih di pahamin oleh orang dari 
kaoem
> Hokian semoga harep di makloem dan oetoek Nama toeroenan laen 
kesempatan
> aken saja toetoerken
> 
> II. Familliesysteem
> 
> I.
> 
> Lebih doeloe di sini saja maoe tjaboet perkata'an'nja pengarang 
jang
> terkenal, Liang Chi Chao, siapa ada bilang bahwa kebangsaan 
Tionghoa
> itoe sebener'nja terdiri dari goendoekan famillie~{)w~} besar. Dengen
> perkata'an mana Liang Chi Chao maoe kata, bangsa kita ada begitoe
> oetamaken soal perhoeboengan famillie.
> 
> Ini pengoetaraan memang djoega tida salah.
> 
> Kita poenja hikajat sedjek djaman koeno sekali telah mengoendjoek 
bahwa
> bangsa kita ada amat perhatiken terhadep perhoeboengan sanak, satoe
> anggota famillie jang berada di dalem kesoesahan oepama'nja, ada
> mendjadi tanggoengan laen sanak boeat briken pertoeloengan 
sekedar'nja.
> 
> satoe famillie lid jang berada dalem kesoesahan poen ada di 
tanggoeng
> djoega kesoesahan'nja itoe sanak keloearga'nja.
> 
> Maka pada djaman~{)w~} jang telah liwat, di Tiongkok, orang haroes
> berlakoe hati~{)w~} sekali boeat beroeroesan pada sesoeatoe orang,
> terlebih poela djika berlaenan kaoem, kerna satoe orang dari 
famillie
> Tan oepama'nja, kaloe ia dihinaken oleh orang dari laen famillie, 
itoe
> hinaan di rasaken djoega oleh semoea kaoem'nja
> 
> Kepentingan satoe anggota famillie dibelaken oleh seantero orang 
jang
> terdiri dari satoe she (*batja seh) atawa satoe kaoem sebage mereka
> poenja kepentingan sendiri, maka djoega orang Tionghoa selaloe 
djaga
> agar perhoeboengan famillie itoe selaloe tinggal kekal dan tida
> terpoetoes.
> 
> Salah satoe djalan boeat djaga agar perhoeboengan famillie adalah 
dengen
> tjiptaken seboetan~{)w~} jang lengkep, dengen begitoe sekali kita 
denger
> itoe seboetan kita bisa lantas taoe mereka poenja iketan famillie 
satoe
> sama laen.
> 
> Loeas'nja itoe iketan famillie jang berada di kalangan bangsa 
Tionghoa
> kita bisa saksiken dengen ada'nja panggilan Tjhien-lang terhadep 
orang
> jang masih toenggal satoe she.
> 
> Oepama toean Tan Tjoe An dan toean Tan Kiem Tek, kendati mereka 
belon
> pernah bertemoe moeka, jang satoe tinggal di Nanking jang laen 
tinggal
> di Peking, mereka seboet Tjhien-lang satoe sama laen, jaitoe 
arti'nja
> sanak.
> 
> Satoe Tjhien-lang pada djaman doeloe, sampe poen oleh bangsa kita 
jang
> berdiam di ini kepoeloean, senantiasa di perlakoeken sebage 
famillie
> sendiri oleh mereka jang bersamaan she.
> 
> II.
> 
> Satoe orang toea pernah menoetoer pada saja, pada belasan taon 
berselang
> orang~{)w~} Tionghoa totok jang dateng di ini kepoeloean, oleh orang~{)w~}
> jang biasa samboet kedatengan'nja kapal~{)w~} jang dateng dari Tiongkok
> langsoeng di anter pada orang~{)w~} jang serba mampoe dan jang 
bersamaan
> she.
> 
> Di andeken ini hari ada dateng satoe jonk dari Tiongkok, di sitoe 
ada
> menoempang ampat orang dari kaoem Tan, ampat orang dari kaoem Oei, 
doea
> orang kaoem Ong dan satoe orang
> 
> Dari kaoem Liem, mereka itoe nanti di antarken pada orang~{)w~} jang
> bersatoe she.
> 
> Dari orang jang bersamaan kaoem trima mereka dengen seneng hati, 
mereka
> beranggepan, itoelah memang soedah mendjadi koewadjiban satoe
> Tjhien-lang boeat toeloeng orang jang bersamaan leloehoer.
> 
> Itoe orang~{)w~} pada mereka poenja Tjhien-lang nanti di toeloeng 
dengen
> satoe dan laen djalan, siapa bisa bekerdja di beri pekerdja'an, 
jang
> pande berdagang poen di bantoe dengen sedikit kapitaal, jang dapet 
di
> koempoel dari oeroenan antara sesama orang jang bersatoe she (*ini 
satoe
> dari banjak hal jang bikin orang Tionghoa koeat dalem ekonomi).
> 
> Begitoelah dengen ini sedikit penoetoeran kira'nja poen tjoekoep 
teges
> boeat kasih liat bagimana terhadep orang jang bersamaan she orang
> Tionghoa ada taroh perhatian dan anggep famillie sendiri, maka tida
> salah seperti apa jang Liang Chi Chao kata bahwa kebangsaan 
Tionghoa ada
> terdiri dari gaboengan famillie~{)w~} besar, dan lantaran ada'nja itoe
> iketan jang kentjeng diantara famillie, maka kebangsaan Tionghoa 
tinggal
> tegoeh dan orang Tionghoa soesah di tjereken jang satoe dengen jang
> laen.
> 
> III.
> 
> Djitoe'nja Liang Chi Chao poenja perkata'an kita bisa saksiken 
lebih
> djaoeh dengen ada'nja panggilan~{)w~} terhadep sesama bangsa kita jang
> begitoe familliaar.
> 
> Satoe orang Tionghoa djika berhadepan pada lean orang Tionghoa, 
lebih
> toea atawa moeda'an dari kita, selaloe kita bahasaken ia `Ngko
> atawa Hia, arti'nja kanda.
> 
> Seboetan `ngko atawa hia atawa lao-hsiung ini, tida sadja
> familliaar, malahan di sitoe ada menggenggem arti hormat terhadep 
orang
> jang kita adjak bitjara.
> 
> Menoeroet adat Tionghoa, kaloe kita hargaken itoe orang, kita 
koedoe
> bahasaken dengen satoe seboetan jang mengoendjoek ia ada lebih 
toea.
> Sebab pernah toea itoe arti'nja ada mempoenjai kedoedoekan jang 
lebih
> tinggi.
> 
> Djika kita berhadepan pada satoe orang jang soedah ada oemoer, kita
> bahasaken `Njik, atawa djika orang itoe djaoeh lebih toea dari ajah
> kita biasa'nja kita panggil pada'nja `Mpe.
> 
> Itoe doea perkata'an, 'ntjik dan `mpe sebener'nja ada seboetan
> boeat mereka jang mendjadi soedara'nja ajah kita.
> 
> Sementara kaloe kita berhadepan pada satoe njonja moeda, kita biasa
> panggil `Ngso, tetapi kaloe kita berhadepan pada satoe njonja jang
> beroesia tinggi kita sering panggil pada'nja `Ntjiem.
> 
> `Ngso adalah satoe seboetan boeat istri'nja kita poenja kanda atawa
> `Ngko, sedeng `Ntjiem boeat panggil istri'nja kita poenja
> `Ntjik.
> 
> IV.
> 
> Kombali di sini kita bisa saksiken, bahwa seboetan terhadep sesama
> bangsa kita itoe ada begitoe familliaar, seolah-olah kita masih 
terkena
> sanak deket satoe sama laen, sebab panggilan~{)w~} itoe selaloe di 
ambil
> dari garis~{)w~} dari fihak lelaki atawa fihak ajah.
> 
> Di dalem pemandangan bangsa kita, famillie dari fihak lelaki atawa 
fihak
> ajah itoe adalah famillie jang sanget deket, jaoeh lebih deket dari
> fihak istri atawa fihak iboe.
> 
> Djadi dengen panggilan~{)w~} terhadep sesama bangsa kita jang begitoe
> familliaar sendiri'nja di kalangan Tionghoa telah meroepaken satoe
> goendoekan famillie besar.
> 
> Maka soenggoeh sajang kaloe kita poenja bahasa dikalangan 
pergaoelan
> jang begitoe lemes, begitoe familliaar dan begitoe hormat itoe 
kamoedian
> kena di ganti oleh laen~{)w~} panggilan jang bisa bikin renggang antara
> sesama bangsa.
> 
> Sekarang marilah kita bitjaraken tentang seboetan~{)w~} di kalangan
> keloearga boeat kasih liat bagimana kajah ada'nja panggilan~{)w~} di
> golongan kita.
> 
> Tida oesah kita tanja lebih djaoeh tentang perhoeboengan famillie 
dari
> orang pada laen orang, kaloe sadja kita dapet denger mereka poenja 
tjara
> saling memanggil, kita lantas bisa mengarti mereka itoe poenja
> perhoeboengan famillie.
> 
> Inilah ada satoe antara kebagoesan'nja kita poenja kesopanan.
> 
> Marilah kita ambil beberapa tjontoh.
> 
> Sekarang andeken kita ada mempoenjai doea soedara lelaki dan doea
> soedara prempoean, kamoedian kita menikah pada satoe nona jang 
djoega
> mempoenjai doea soedara lelaki dan doea soedara prempoean.
> 
> Bangsa kita ada mempoenjai tjoekoep perkata'an boeat bedaken antara
> mereka itoe satoe dengen jang laen.
> 
> Pada soedara'nja lelaki dari fihak'nja istri kita jang lebih toea 
kita
> seboet Twakoe, pada jang moedaan dari njonja kita , kita seboet
> Koe'a.
> 
> Pada istri kita poenja soedara~{)w~} prempoean jang lebih toea kita
> bahasaken Twa'ie, tetapi ada jang moedaan kita seboet Ie'a.
> 
> Dengen bilang oepama si A ada kita poenja twa-koe atawa koe'a, laen
> orang nistjaja mengarti bahwa mereka itoe ada soedara lelaki dari 
kita
> poenja njonja.
> 
> Begitoe djoega kaloe kita bilang nona ini dan itoe ada kita poenja
> twa'ie atawa ia'a orang poen lantas mengarti mereka itoe ada
> soedara prempoean njonja kita.
> 
> Kaloe doea nona mendjadi soedara prempoean'nja kita poenja njonja 
itoe
> kamoedian menikah, masing~{)w~} soeami dari doea nona itoe pada kita 
djadi
> pernah Tangmoei.
> 
> Maka djika kita bilang, toean A atawa B ada kita poenja tangmoei, 
orang
> lantas mengarti bagimana bersangkoet- paoet'nja antara ia dan kita.
> 
> Anak~{)w~} kita panggil Ie-thio pada masing~{)w~} soeami dari nona itoe,
> Boo-ie pada nona~{)w~} itoe.
> 
> Sementara pada soedara lelaki'nja kita poenja njonja, anak~{)w~} kita 
itoe
> panggil Boo-koe, pada istri bookoe ia panggil Boo-kiem.
> 
> Anak~{)w~} itoe pada kita poenja kanda ia haroes bahasain Twa-pek, pada
> kita poenja adinda koedoe panggil `Ntjik.
> 
> Pada kita poenja twatji atawa ta-tji, ia panggil Twa-kouw, pada 
kita
> poenja ade prempoean, Kouw.
> 
> Pada mereka poenja soeami anak~{)w~} kita seboet Kouw-thio.
> 
> Terhadep istri'nja kita poenja kanda, anak~{)w~} itoe seboet Twa'em,
> sementara pada istri'nja `ntjik ia seboet `Ntjiem.
> 
> Istri kita poenja `ngko kita panggil `Ngso, sedeng soeami'nja
> kita poenja twatji kita panggil Tji-hoe.
> 
> Terhadep soeami'nja kita poenja ade prempoean kita panggil moay-
hoe,
> sedeng pada istri'nja kita poenja ade lelaki kita bahasaken Toe-
hoe.
> 
> Anak~{)w~}nja kita poenja ade lelaki dan kanda anak kita pernah
> Tjhin-tong, sementara anak~{)w~} kita poenja soedara prempoean, pada
> anak~{)w~} kita terkena Piauw.
> 
> Di kalangan kita ada seboetan Tong-hia atawa soedara pernah toea 
jang
> terlahir dari soedara lelaki kita poenja papa.
> 
> Tong-sioti boeat seboet anak~{)w~} jang terlahir dari ajah kita poenja
> soedara lelaki jang lebih moeda dari kita.
> 
> Tong twatji boeat seboet anak~{)w~} prempoean dari fihak `mpe dan
> 'ntjik jang lebih toea dari kita, dan kita seboet Tong sio-moay 
terhadep
> anak~{)w~} lelaki jang pernah toea dari kita poenja Kouw atawa kita 
poenja
> Ie.
> 
> Piauw-sioti pada mereka jang lebih moedaan.
> 
> Piauw-twatji pada anak~{)w~} prempoean jang terlahir dari kouw atawa ie
> jang oesia'nja lebih toea dari kita, sedeng kapan lebih moeda 
adalah
> kita namaken Piauw-sio-moay.
> 
> Terhadep satoe famillie jang kita bahasaken `mpe anak~{)w~} kita
> panggil Pek-kong pada 'ntjik mereka seboet 'ntjik-kong.
> 
> Pada mereka poenja istri, anak~{)w~} itoe koedoe bahasaken Kouw-poo dan
> Tjiempo.
> 
> Terhadep orang jang kita seboet `Ngkoe, anak~{)w~} itoe haroes panggil
> Koe-kong, pada istri'nja Koe-kong mereka panggil Kiem-poo.
> 
> Sementara itoe terhadep kita poenja ajah iboe dan mertoea poen ada 
poela
> perbedaan'nja, kendati bener oemoem'nja anak~{)w~} kita bahasain sadja
> `Ngkong dan `Ma, soedah kitapoen ada poenjaken poela
> perkata'an goena bedaken itoe, jalah Gwa-kong dan Lay-kong, Lay-ma
> dan Gwa-ma.
> 
> Jang dinamaken gwa-kong jalah dari fihak iboe, gwa-ma mama dari 
fihak
> iboe djoega, sedeng lay-kong dan lay-ma adalah ajah dan iboe dari 
fihak
> lelaki.
> 
> Kita poenja mantoe lelaki seboet kiasay, mantoe prempoean poen kita
> namaken Sinpoe.
> 
> Anak dari kita poenja poetra kita seboet Lay-soen, anak dari kita 
poenja
> poetri kita panggil Gwa-soen.
> 
> Mantoe lelaki dari kita poenja anak lelaki, jaitoe kita poenja
> Lay-soen-say, sementara anak mantoe dari kita poenja anak prempoean
> jalah kita poenja Gwa-soen-say.
> 
> Mantoe prempoean dari anak lelaki ada kita poenja Lay-soen-sin- 
poe, anak
> mantoe prempoean dari kita poenja anak prempoean ada kita poenja
> Gwa-soen-sin- poe.
> 
> Seboetan~{)w~} itoe di dalem bahasa sehari-hari antara'nja ada banjak 
jang
> tida di goenaken, seperti Piauw-hia, Tong-hia, Twa-koe, biasa'nja 
di
> sini kita panggil sadja `Nkoh, maski begitoe kaloe kita mengerti
> djoega itoe seboetan atawa perkata'an iketan famillie, dengen 
seboet
> sadja satoe kali bahwa si A atawa si B ada kita poenja twa-koe, 
tong-hia
> atawa piauw-hia kita lantas taoe djelas bagimana sangkoetan'nja 
itoe
> famillie, tida oesah kita menoetoerken sampe pandjang lebar.
> 
> Begitoepoen goena bedaken antara besan lelaki dan besan prempoean,
> bahasa kita ada mempoenjai itoe perkata'an Tjien-ke dan Tjhe-`m.
> 
> Perkata'an~{)w~} jang begitoe kajah seboet iketan famillie saja rasa
> soekar di tjari pada laen bangsa.
> 
> Masih banjak poela perkata'an~{)w~} jang bisa di pake boeat tegeskan
> itoe iketan famillie, tetapi saja rasa dengen ini soedah tjoekoep.
> Hoedjin Tjamboek Berdoeri
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
_____________________________________________________________________
_______________Ready 
> for the edge of your seat?
> Check out tonight's top picks on Yahoo! TV.
> http://tv.yahoo.com/
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
> 
> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
> 
> .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.
> 
> .: Pertanyaan? Ajukan di 
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
> 
> .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua 
http://iccsg.wordpress.com :.
> 
> 
> Yahoo! Groups Links
> 
> 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke