Ijinkanlah saya menghimbau pertengkaran penggunaan istilah Tionghua - Cina bisa 
dihentikan, seandainya masing-masing kelompok tidak bisa berdiskusi dengan 
tenang dan berkepala dingin. Tidak perlu perpecahan terjadi hanya karena 
sebutan nama. Sungguh sayang, seribu sayang kalau itu terjadi dan itu tidak 
sesuai dengan budaya Tionghoa, ...

Coba perhatikan bagaimana Pemerintah Tiongkok bersikap terhadap Pemerintah RI 
ditahun 67 yang tidak bersahabat itu, yang dengan sengaja mengganti sebutan 
Tiongkok/Tionghoa dengan CINA. Dan akhirnya hubungan diplomatik dibekukan. Dan, 
... pada saat perundingan pemulihan hubungan diplomatik diakhir tahun 89, juga 
kembali terganjel dengan sebutan Tiongkok/Tionghoa atau CINA. Dimana Pemerintah 
RI ngotot tetap menggunakan sebutan CINA, sedang Pemerintah Tiongkok berkeras 
ingin mengembalikan sebutan Tiongkok/Tionghoa sebagaimana sebutan resmi RI pada 
RRT diawal Kemerdekaan RRT dan hubungan diplomatik dimulai tahun 50 itu. Karena 
saling ngotot, akhirnya RRT mengambil jalan tengah sebagai kompromi yang masih 
bisa diterima, tidak menggunakan CINA tapi CHINA sebagaimana bhs. Inggris. 
Begitulah hubungan diplomatik dicairkan pada tahun 90.

Lalu, bagaimana sikap pemerintah RI ketika itu? Pada saat penyerahan surat 
kuasa untuk Dubes RI di Beijing, karena tetap menggunakan sebutan CINA. 
Pemerintah Tiongkok tegas menolak, dan oleh karenanya jabatan dubes RI tertunda 
sebulan, ... 

Apa yang bisa kita lihat dari kenyataan yang terjadi? Sikap pemerintah Tiongkok 
yang toleran, menunjukkan kedewasaan untuk bersahabat, sebaliknya orang akan 
melihat sikap Pemerintah RI ketika itu menunjukkan kekanak-kanakan yang tidak 
beradab dan tidak bersahabat.

Sikap melecehkan dan menghina orang lain tidak menunjukkan dirinya unggul dan 
lebih hebat. Pemerintah RI yang berani melecehkan dan menghina pemerintah 
Tiongkok, dalam kenyataan juga tidak menunjukkan keunggulandan kehebatannya, 
tapi justru menunjukkan kekerdilannya. Sekalipun pemerintah RI telah menghina 
Pemerintah RRT dengan ngotot menyebut CINA, tapi dalam kenyataan tetap saja 
pemerintah Tiongkok tidak memusihi dan bisa mengutamakan persahabatan rakyat 
kedua negeri, pemerintah Tiongkok tidak tersungkur hanya karena dihina, tapi 
sebaliknya tetap maju bahkan jauh melompati pemerintah yang menghina.

Saya percaya, bagi orang perorang Tionghoa di Indonesia yang masih dilecehkan 
dan dihina dengan di-CINA-CINA-kan oleh sebagian orang yang rasis, juga tidak 
perlu tersungkur. Tetap tegak berdiri dan menunjukkan kemampuan yang lebih dari 
orang-orang yang menghina itu.

Tidak perlu berkeras, apalagi memaksa orang untuk tidak lagi menggunakan 
sebutan CINA, biarlah mereka tetap menyebut Tionghoa dengan Cina sebagaimana 
kebiasaan yang katanya tidak bermaksud melecehkan/menghina yang Tionghoa. 
Masalahnya terletak pada sikap Pemerintah RI yang sekarang belum juga berani 
mengoreksi kesalahan pemerintah terdahulu yang telah menetapkan penggantian 
sebutan Tiongkok/Tionghoa menjadi CINA itu! Itulah kenyataan pahit yang harus 
kita terima.

Salam,
ChanCT

  ----- Original Message ----- 
  From: Liquid Yahoo 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, November 16, 2007 4:15 AM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Lalu bagaimana dengan orang Tiongkok? -- 
perbandingan dengan insiden penggunaan "indon"


      Apa berarti yang memakai istilah China berarti alergy terhadap kata 
  TiongHua? Lagi pula yang anda rendahkan adalah TiongHoa yang dimillis ini, 
  bukan non TiongHoa yang dimedia massa, tolong jangan bawa hal lain, fokus 
  aje dengan yang dibicarain.

      Kata2 keras dengan kata2 merendahkan itu dua hal yang berbeda, dibawah 
  anda bilang konsekuensi direndahkan sekarang anda bilang keras, konsisten 
  dong dengan kata2 sendiri, kalo keras ga ada yang tersinggung dengan anda, 
  tapi begitu anda merendahkan, wajar kalo anda juga direndahin itu kan hukum 
  alam....

      Lagi pula biarin aje TiongHoa laen masih setengah hati, toh anda menulis 
  merendahkan tidak akan mendapatkan simpati, malah mungkin akan mendapat 
  penolakan keras, mungkin yang laen bosen dengan topic ini yang ga ada 
  abisnye, mungkin bosen dengan perkataan anda jadi menentang, saya sendiri 
  setuju dengan kata TiongHoa, tapi menolak tulisan anda, bahkan terakhir2 ini 
  cenderung malas membaca postingan anda, tapi terus anda bilang "Anti kata 
  TiongHoa", kaga salah kalo gitu? Yang menentang anda jadi anda bilang "Anti 
  TiongHoa & kelompok China"??? Jadi anda memisahkan bahkan bisa dibilang 
  memecah belah? Apa itu bukan fanatik? Jadi inget Perempuan "Ken" Gui....

      Semoga anda bisa ngeliat perbedaan keras dengan merendahkan.



  ----- Original Message ----- 
  From: "Skalaras" <[EMAIL PROTECTED]>
  To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
  Sent: Thursday, 15 November, 2007 21:54
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Lalu bagaimana dengan orang Tiongkok? --  
  perbandingan dengan insiden penggunaan "indon"


  > Anda mengatakan :semua juga sepakat dengan kata TiongHoa koq, tidak ada 
  > yang alergy koq
  > dengan kata TiongHoa,
  >
  > Bung, kenyataannya tidak demikian, tolong simak masmedia di Indonesia, 
  > berapa yang memakai istilah Tionghoa, berapa yang memakai istilah Cina? 
  > lalu simak buku2 baru yang terbit di sini, berapa yang memakai istilah 
  > Tionghoa? belum dalam pergaulan di masyarakat luas, berapa yang sudah 
  > memakai kata Tionghoa, berapa yang masih memakai kata Cina? jadi jangan 
  > berpuas diri dulu, memperjuangkan istilah Tionghoa itu tidak mudah, 
  > memakan waktu lama.
  >
  > Kalau orang Tionghoa sendiri masih setengah hati memakai istilah Tionghoa, 
  > bagaimana bisa meyakinkan orang lain? Maka jangan salahkan kalau saya 
  > memakai kata2 keras terhadap kelompoknya sendiri.
  >
  > Mochtar Lubis dan Bo'Yang memakai kata2 yang keras menyerang bangsanya 
  > sendiri, tak ada yang mempermasalahkan, Tapi bila mereka memakai gayanya 
  > yang sama menyerang bangsa lain. ini baru dinamakan arogan! moga2 anda 
  > bisa melihat perbedaan ini.
  >
  >
  > ----- Original Message ----- 
  >  From: Liquid Yahoo
  >  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  >  Sent: Thursday, November 15, 2007 8:14 PM
  >  Subject: Re: [budaya_tionghua] Lalu bagaimana dengan orang Tiongkok? --  
  > perbandingan dengan insiden penggunaan "indon"
  >
  >
  >  Kalo anda merendahkan orang laen, tentu juga anda harus trima
  >  konsekuensinye direndahin orang laen.
  >
  >  Pada dasarnye semua orang juga ga masalah dipanggil TiongHoa, sebagian
  >  alergy dipanggil China, jadi pemanggilan nama TiongHoa itu sendiri tidak
  >  mengandung masalah, yang menjadi masalah adalah begitu anda ngotot,
  >  mendesak, maksa, mengharuskan, dll, bahkan sampe terkesan menghina orang
  >  laen yang tidak bermasalah dengan kata China, anda begitu arogan, itu 
  > yang
  >  membuat orang laen alergy terhadap anda.
  >
  >  Apelagi yang bikin orang muak & enek adalah mempermasalahkan istilah2
  >  itu, semua juga sepakat dengan kata TiongHoa koq, tidak ada yang alergy 
  > koq
  >  dengan kata TiongHoa, tapi kenyataannye anda ribut sendiri, itu yang 
  > membuat
  >  orang laen muak, bukan dengan kata TiongHoa tapi dengan anda yang gemar
  >  merendahkan orang yang bersebrangan dengan anda.
  >
  >  Sadarkah anda?
  >
  >  ----- Original Message ----- 
  >  From: "Skalaras" <[EMAIL PROTECTED]>
  >  To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
  >  Sent: Thursday, 15 November, 2007 19:41
  >  Subject: Re: [budaya_tionghua] Lalu bagaimana dengan orang Tiongkok? -- 
  >  perbandingan dengan insiden penggunaan "indon"
  >
  >  > Kita harus mendudukkan persoalannya :
  >  >
  >  > Asalnya saya tak berniat merendahkan siappun, si A atau si B, saya 
  > hanya
  >  > menunjukkan saya memandang rendah sebuah istilah. jika si C ngotot 
  > memakai
  >  > istilah itu, ya terimalah konsekuensi saya rendahkan.
  >  >
  >  > Contohnya :kita tahu istilah Inlander itu menghina. Lantas bagaimana 
  > kalau
  >  > di zaman ini di negeri Belanda ada orang Indonesia yang mengaku dirinya
  >  > Inlander, bukan orang Indonesia? pantas tidak kita cemooh? atau 
  > misalnya
  >  > kita berwisata ke Tiongkok, saat ditanya orang, kita mengaku dirinya 
  > Fan
  >  > Kui, salahkah yang menertawakan kita?
  >  >
  >  > Contoh yang lebih gamblang begini: semua orang Jawa tahu istlah ASU
  >  > (anjing) adalah makian, lantas, meski sudah diberi tahu, ada yang nekat
  >  > memberi nama anaknya Asu, jangan salahkan kalau disekolahan dia menjadi
  >  > cemooh kawan2nya, lantas, siapa yang mengundang hinaan?
  >  >
  >  >
  >  > Tentang kata2 yang dianggap kasar :
  >  >
  >  > Tergantung konteksnya, kita sedang bicara apa sedang membahas apa, 
  > kalau
  >  > sedang berpolemik poltik tentu lain bahasanya dengan kalau kita membuat
  >  > sebuah puisi..
  >  >
  >  > Karena anda mungkin tak mengenal essay2 Lu Xun, sulit membandingkan, 
  > maka
  >  > sebaiknya kita melihat contoh dari penulis lokal saja, misalnya, anda
  >  > mestinya sudah pernah membaca tulisan Mochtar Lubis : Manusia 
  > Indonesia.
  >  > disitu tak kurang kata2 pedas yang mengeritik watak buruk satu
  >  > bangsa.diantaranya dia menyebutkan bangsa Indonesia adalah bangsa yang
  >  > Tahayul!, malas dll.
  >  >
  >  > Juga, dari Taiwan ada tulisan Bo Yang " Manusia Tionghoa yang Buruk 
  > "(Agly
  >  > Chinese) yang sudah diIndonesiakan, anda boleh mencari, banyak sekali
  >  > kata2 tuduhan yang sarkas! misalnya dia menyebut budaya Tionghoa adalah
  >  > sebuah gentong wenter yang berbau busuk, siapa yang masuk ke dalamya 
  > pasti
  >  > akan menjadi bau busuk juga! dia juga menyebut banyak orang Tionghoa
  >  > berjiwa budak, apakah ini masih kurang sarkas?
  >  >
  >  > sw----- Original Message ----- 
  >  > From: Dada
  >  > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  >  > Sent: Thursday, November 15, 2007 2:00 PM
  >  > Subject: RE: [budaya_tionghua] Lalu bagaimana dengan orang Tiongkok? -- 
  >  > perbandingan dengan insiden penggunaan "indon"
  >  >
  >  >
  >  > Kita bicara mengenai konteks dan bicara mengenai sarkasme..Tentu akan
  >  > dihargai jika sesuai konteks,
  >  >
  >  > Karya Elfriede Jelienek , bertaburan bahasa 'porno" akan tetapi tidak
  >  > porno
  >  > , sulit untuk dijelaskan disini.
  >  >
  >  > Sarkasme pun bisa di bungkus dengan indah , disamarkan , sehingga 
  > jikapun
  >  > saliva tumpah . orang sekitar tidak merasa tersiram hujan lokal,
  >  > melainkan
  >  > orang yang dituju ..
  >  >
  >  > Sekarang anda mengambil contoh Lu Xun sebagai sastrawan yang sering
  >  > menggunakan kata - kata kasar , apakah itu bisa menjadi dasar pedoman
  >  > orang
  >  > berbicara kasar? Nanti saya bicara kasar , saya mengatasnamakan Lu Xun
  >  > saja
  >  > kalau begitu.wong sastrawan terkemuka saja bicara kasar , kenapa saya
  >  > tidak
  >  > ? gitu toh ....
  >  >
  >  > Sebaliknya , Hitler pun seorang seniman , dia pelukis (pelukis gagal 
  > atau
  >  > barangkali tidak sabar hehehe , mengingat banyak seniman yang karyanya
  >  > baru
  >  > dihargai setelah dia meninggal) ..
  >  >
  >  > Sang pelukis itu kelak , Adolf Hitler , memaksa setiap orang yahudi
  >  > mengenakan pita kuning ...
  >  >
  >  > Dan bicara soal cina vs tionghoa di milis ini , akankan karena 'cina"
  >  > pantas
  >  > untuk di rendahkan , dianggap tamu luar , dianggap kasta paling hina ,
  >  > diantara tionghoa? , akankah "pita kuning' itu dikenakan kepada 'cina" 
  > ,
  >  > bagaimana cara anda untuk 'merendahkan" mereka yang masih memakai kata
  >  > 'cina' , dengan 'pita kuning' kah?
  >  >
  >  > Atau saya lebih menghargai dan tertarik kalau anda membahas tentang Lu
  >  > Xun
  >  > , karena ini sesuai dengan tujuan milist ini , budaya tionghoa , bukan
  >  > politik tionghoa ? Akan lebih bermanfaat bagi milist ini , daripada
  >  > berputar2 , merry2 go round tentang cina versus tionghoa...
  >  >
  >  > Robby Wirdja
  >  >
  >  > _____
  >  >
  >  > From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  >  > [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Skalaras
  >  > Sent: Wednesday, November 14, 2007 10:39 PM
  >  > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  >  > Subject: Re: [budaya_tionghua] Lalu bagaimana dengan orang Tiongkok? --
  >  > perbandingan dengan insiden penggunaan "indon"
  >  >
  >  > Sedikit tambahan:
  >  >
  >  > Contoh terbaik sastrawan yang sering menggunakan kata2 kasar tapi
  >  > dihargai
  >  > sangat tinggi di dunia sastra adalah Lu Xun! Kalau tidak pecaya, 
  > simaklah
  >  > essay2 nya yang jumlahnya seabreg.
  >  >
  >  > ZFy
  >  >
  >  > ----- Original Message ----- 
  >  > From: Skalaras
  >  > To: budaya_tionghua@ <mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com>
  >  > yahoogroups.com
  >  > Sent: Wednesday, November 14, 2007 10:23 PM
  >  > Subject: Re: [budaya_tionghua] Lalu bagaimana dengan orang Tiongkok? --
  >  > perbandingan dengan insiden penggunaan "indon"
  >  >
  >  > Anda rupanya lupa, dalam sastra kontemporer tidak menabukan kata2 lugas
  >  > dan
  >  > kasar, yang penting efektif dan sesuai dng konteksnya. hanya sastra 
  > gaya
  >  > lama yang selalu membungkus segalanya dng kata2 indah.
  >  >
  >  > ----- Original Message ----- 
  >  > From: Dada
  >  > To: budaya_tionghua@ <mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com>
  >  > yahoogroups.com
  >  > Sent: Wednesday, November 14, 2007 7:43 PM
  >  > Subject: RE: [budaya_tionghua] Lalu bagaimana dengan orang Tiongkok? --
  >  > perbandingan dengan insiden penggunaan "indon"
  >  >
  >  > Catatan moderator untuk saudara Robby:
  >  > Bedakan pemikiran dengan pribadi.
  >  > ==============================================================
  >  >
  >  > Anda ini , bung skalaras , Sebagai orang yang konon mencintai sastra ,
  >  > pemilihan kata-katanya sangat tidak mencerminkan.
  >  >
  >  > 1. Kasta
  >  > 2. Tamu Luar
  >  > 3. Buta Informasi
  >  > 4. Bodoh
  >  >
  >  > Saya ragu anda itu melahap buku sastra begitu banyak atau melahap
  >  > graffiti2
  >  > di jalan raya ?
  >  >
  >  > Recent Activity
  >  > a.. 19New Members
  >  > Visit Your Group
  >  > Y! Messenger
  >  > Instant smiles
  >  >
  >  > Share photos while
  >  >
  >  > you IM friends.
  >  >
  >  > Food Lovers
  >  > Real Food Group
  >  >
  >  > on Yahoo! Groups
  >  >
  >  > find out more.
  >  >
  >  > Wellness Spot
  >  > Embrace Change
  >  >
  >  > Break the Yo-Yo
  >  >
  >  > weight loss cycle.
  >  > .
  >  >
  >  > [Non-text portions of this message have been removed]
  >  >
  >  > [Non-text portions of this message have been removed]
  >  >
  >  >
  >  >
  >  >
  >  >
  >  > [Non-text portions of this message have been removed]
  >  >
  >  >
  >  >
  >  > .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
  >  >
  >  > .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.
  >  >
  >  > .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua 
  > :.
  >  >
  >  > .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
  >  >
  >  >
  >  > Yahoo! Groups Links
  >  >
  >  >
  >  >
  >  >
  >
  >
  >
  >
  >
  > [Non-text portions of this message have been removed]
  >
  >
  >
  > .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
  >
  > .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.
  >
  > .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
  >
  > .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
  >
  >
  > Yahoo! Groups Links
  >
  >
  >
  > 



  .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

  .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

  .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

  .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

   
  Yahoo! Groups Links





  -- 
  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG Free Edition. 
  Version: 7.5.503 / Virus Database: 269.15.27/1121 - Release Date: 2007/11/9 
_U__ 07:29


[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to