1.      Bicara pemberangusan dan penguasa, itu sebabnya saya tiba - tiba
bertanya pada posting sebelumnya , ttg Revolusi Kebudayaan. 
2.      Bicara Luxun tidak punya kekuasaan apa-apa , juga tidak benar.
Tulisan memiliki kekuasaan bahkan Francis Bacon menganggap tulisan lebih
bertahan lama dari kekuasaan itu sendiri.
3.      Budaya yang menjadikan tiongkok terbelakang? Itu sebabnya saya
menulis panjang lebar dalam postingan sebelumnya, bahwa budaya yang menutup
diri dari sekitar akan terbelakang , karena tidak ada satu budayapun yang
sanggup menjadi solusi of everything . 
4.      Saya ambil contoh Jepang , Sejak perang sekigahara tahun 1600 ,
shogunate tokugawa mempersatukan Jepang , Jepang relative dalam keadaan
damai. Senjata meriam yang diperkenalkan Nobunaga dalam system strategy
militer Jepang terlupakan. Seni bela diri samurai berkembang kembali dan
nyata  untuk 250 tahun ke depan bahwa mereka tidak berdaya menghadapi
kekuatan militer barat. Mulailah mereka membuka diri , dengan hanya beberapa
puluh tahun saja Russia bertekuk lutut di tangan Jepang dan seperti anda
lihat sendiri , teori perang apa yang Jepang pakai saat menyerbu Tiongkok.
Dan teori perang saja tidak cukup , walau itu merupakan warisan kebudayaan
Tiongkok selama ribuan tahun. Senjata mutakhir juga toh tetap diperlukan. 
5.      Nah mengenai bahasa , uraian bung cukup informative ....Sebenarnya
banyak point yang saya kemukakan dalam postingan sebelumnya , karena itu
sekarang tanggapan saya singkat - singkat saja

 

Robby Wirdja

 

  _____  

From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Skalaras
Sent: Monday, November 19, 2007 10:03 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Luxun dan budaya Tionghoa-jawaban utk sdr Dada

 

Sdr Dada

Sebelum melanjutkan diskusi ttg Lu Xun dan Budaya Tionghoa. saya ingin
sedikit mengkoreksi istilah yang anda pakai di posting sebelumnya. anda
memakai istilah pemberangusan, saya kira tdk tepat, karena yang bisa
memberangus adalah pihak yang berkuasa, Lu Xun tidak punya kekuasaan apa2,
kecuali mungkin berkuasa terhadap anaknya yang masih kecil...Hehe. 



Saya mengemukakan hal ini, untuk mendudukkan seluruh konteks pembicaraan Lu
Xun ttg masalah budaya dan politik. tindakan seorang yang ada dipinggiran
tak boleh dinilai seperti seorang yang ada dipusat kekuasaan. kalau dia
bicara keras, tak boleh kita mencapnya sbg Memaksa, melarang, memberangus
dll. lainhalnya jika yang bicara penguasa.

Anda bertanya apa saja budaya busuk yang dimaksud Lu Xun, ini adalah
persoalan maha luas yang menjadi inti gerakan 4 Mei di Tiongkok, tak bisa
diterangkan dng satu dua kata. yang jelas, di dunia politik, sistem feodal
yang membentengi sistem monarki adalah salah satunya. di dunia sosial,
pengekangan kebebasan wanita juga mendapat gugatan. di dunia sastra, sistem
penulisan Wen Yan menghambat kemajuan bangsa. dll dll. yang jelas, semua
tradisi budaya yang membuat Tiongkok menjadi negeri terbelakang, sehingga
haknya diinjak dan tanahnya diserobot negeri luar, mennjadi bahan
serangan.antas mungkin anda bisa mencari sendiri info ttg gerakan 4 Mei di
Web. 



Memang budaya bisa begerak sendiri, tapi jika rakyatnya lemah dan pasif,
gerakannya bisa saja ke arah negatif. Di dunia ini sudah banyak contoh
pradaban besar yang hancur. Apa jadinya jika para cendekian Tiongkok tempo
hari ter-ninabobokan oleh kebesaran masa silamnya? mungkin tak hanya Taiwan,
Hongkokng dan Macao yang menjadi koloni negeri lain.

Budaya Tionghoa banyak menyimpan keunggulan, tapi sekaligus banyak
kelemahannya. misalnya dalam hal bahasa, banyak ahli bahasa yang mengakui
kehalusan dan kekayaan bahasanya. keunggulan ini akan sangat jelas terlihat
dalam bahasa sastranya. Tapi tunggu dulu, apakah bahasa Tionghoa juga akan
unggul jika dipakai sebagai bahasa ilmu pengetahuan? ternyata tidak sama
sekal! bahasa Tionghoa kuno sangat lemah dalam membuat deskripsi2 yang
tegas, dalam memaparkan pemikiran2 ilmiah, bahasa Tionghoa kuno sering
mendua arti. kalimatnya bisa ditafsikan macam2 , Ini jelas sangat tidak
menguntungkan dalam memajukan ilmu pengetahuan. Maka, para cendekia yang
sezaman dng Lu Xun terpaksa melakukan perombakan besar2an thd bahasa Ibunya.
mereka terpaksa meminjam bahasa barat untuk merombak total bahasa Tionghoa.
yang mereka pinjam bukan hanya istilah2 baru, tapi juga struktur kalimatnya.
Mungkin banyak pembaca yang tak sadar, tulisan2 dalam bhs Tinghoa yang
beredar sekarang ini sebenarnya adalah tulisan gaya baru yang telah
mengadopsi pola bahasa barat.

Salam,
ZFy






[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to