Suara Merdeka
28 Februari 2008,
Ditulis Oleh Wal Suparmo
Sejarah perkembangan Islam di Indonesia tak bisa dilepaskan dari jasa Walisanga
(wali sembilan). Banyak versi mengenai kisah para wali ini, salah satunya versi
yang menyatakan mereka berasal dari China. Tahun 1968, Profesor Slamet Mulyana
menulis versi yang tidak populer itu dalam bukunya
"Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara",
namun dilarang beredar karena dinilai dapat memicu perdebatan SARA (Suku,
Agama, Ras dan Antaragama).
Menurut Mulyana, orang yang mendirikan kerajaan Islam pertama di Jawa adalah
orang Tionghoa, yakni Chen Jinwen atau yang lebih dikenal dengan Raden Patah
alias
Panembahan Tan Jin
Bun/Arya (Cu-Cu). Ia lah pendiri kerajaan Demak di Jawa Tengah.
Walisanga dibentuk oleh Sunan Ampel pada tahun 1474. Mereka terdiri dari
sembilan orang wali;
Sunan Ampel alias Bong Swie Ho,
Sunan Drajat alias Bong Tak Keng,
Sunan Bonang alias Bong Tak Ang,
Sunan Kalijaga alias Gan Si Cang,
Sunan Gunung Jati alias Du Anbo-Toh A Bo,
Sunan Kudus alias Zha Dexu-Ja Tik Su,
Sunan Muria Maulana Malik Ibrahim alias Chen Yinghua/Tan Eng Hoat, dan
Sunan Giri yang merupakan cucu dari Bong Swie Ho.
Sunan Ampel (Bong Swie Ho) alias Raden Rahmat lahir pada tahun 1401 di Champa
(Kamboja). Saat itu, banyak sekali orang Tionghoa penganut agama Muslim
bermukim di sana. Ia tiba di Jawa pada 1443. Tiga puluh enam tahun kemudian,
yakni pada 1479, ia mendirikan Mesjid Demak.
Belanda, yang sempat 'berperang' dengan para wali itu sempat tidak mempercayai
bahwa sultan Islam pertama di Jawa adalah orang Tionghoa.
Untuk
memastikannya, pada 1928, Residen
Poortman ditugaskan oleh pemerintah Belanda untuk menyelidikinya. Poortman
lalu menggeledah Kelenteng Sam Po Kong dan menyita naskah berbahasa Tionghoa.
Ia menemukan naskah kuno berusia ratusan tahun sebanyak tiga pedati.
Arsip Poortman ini dikutip oleh Parlindungan yang menulis buku yang juga
kontroversial, Tuanku Rao. Slamet Mulyana juga banyak menyitir dari buku ini.
Pernyataan Raden Patah adalah seorang Tionghoa ini tercantum dalam Serat Kanda
Raden Patah bergelar Panembahan Jimbun, yang dalam Babad Tanah Jawi disebut
sebagai Senapati Jimbun. Kata Jin Bun (Jinwen) dalam dialek Hokkian berarti
'orang kuat'.
Cucu Raden Patah, Sunan Prawata atau Chen Muming/ Tan Muk Ming adalah Sultan
terakhir dari Kerajaan Demak. Ia berambisi meng-Islamkan seluruh Jawa, sehingga
apabila ia berhasil maka ia bisa menjadi "segundo Turco" (seorang Sultan Turki
ke II), sebanding sultan Turki Suleiman I dengan kemegahannya.
Kata Walisanga yg selama ini
diartikan sembilan (sanga) wali, ternyata masih memberikan celah untuk versi
penafsiran lain. Ada yang berpendapat bahwa kata 'sanga' berasal dari kata
'tsana' dari bahasa Arab, yang berarti mulia. Pendapat lainnya menyatakan kata
'sanga' berasal dari kata 'sana' dalam bahasa Jawa yang berarti tempat.
Kata Sunan yang menjadi panggilan para anggota Walisanga, dipercaya berasal
dari dialek Hokkian 'Su' dan 'Nan'. 'Su' merupakan kependekan dari kata 'Suhu
atau Saihu' yg berarti guru. Disebut guru, karena para wali itu adalah
guru-guru Pesantren Hanafiyah, dari mazhab Hanafi. Sementara 'Nan' berarti
berarti selatan, sebab para penganut aliran Hanafiah ini berasal dari Tiongkok
Selatan.
Perlu diketahui juga bahwa sebutan 'Kyai' yang kita kenal sekarang sebagai
sebutan untuk guru agama Islam, dulu digunakan untuk memanggil seorang lelaki
Tionghoa Totok, seperti
pangggilan 'Encek'.
Dan, sadar atau tidak, baju muslim yang kerap digunakan
oleh laki-laki muslim Indonesia sangat mirip dengan pakaian ala China. Baju
Koko dan penutup kepala putih dianggap berasal dari China, karena di negeri
asal Islam, Timur Tengah, pakaian ini tidak dikenal.
Sumber:
- D. A. Rinkes "De heiligen van Java"
- Jan Edel "Hikajat Hasanoeddin"
- B. J. O. Schrieke, 1916, Het Boek van Bonang
- Utrecht: Den Boer - G.W.J. Drewes, 1969 The admonitions of Seh Bari : a 16th
century Javanese Muslim text attributed to the Saint of Bonang, The Hague:
Martinus Nijhoff
- De Graaf and Pigeaud "De eerste Moslimse Vorstendommen op Java"
- "Islamic states in Java 1500 -1700".
- Amen Budiman "Masyarakat Islam Tionghoa di Indonesia"
- Prof. Slamet Mulyana "Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya
Negara-negara Islam di Nusantara