Hujannya sudah habis dipaksa turun di daerah sekeliling Beijing. Demi
menjaga agar Beijing tidak hujan, ratusan (kalau tidak ribuan) meriam
anti serangan udara disiapkan. Juga pesawat-pesawat militer. Yang
diperangi itu awan. Meriam-meriamnya tembak pakai peluru yang isinya
garam kalium iodida (kalau tidak salah). Yang dibawa di perut
pesawat-pesawat tadi juga garam supaya awan-awan tadi keburu
menurunkan hujan dahulu sebelum mencapai Beijing.

Teknologi yang sama juga dipakai di provinsi Qinghai untuk mengisi
hulu sungai kuning. Karena pemakaian debit air sungai kuning yang
keterlaluan, sempat ada periode-periode di mana air sungai kuning
tidak sampai ke laut. Artinya sungainya sampai kering disedot untuk
berbagai keperluan. 

Hormat saya,

Yongde

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Masalah pulusi udara adalah satu hal, masalah kabut adalah satu hal.
kalau membaca berita dari mass media, kita sering terkaburkan,
se-akan2 yang dinamakan kabut yang menutup pandangan itu adalah asap
polusi. adahal kejadian yang sebenarnya bukan itu. seperti juga di
Athena dulu, panitia yang sempat agak terganggu oleh adanya kabut yang
rutin hadir di musim panas. kabut ini tak ada hubungnnya dng polusi.
ini adalah gejala alam biasa di sana. 
>  
> Coba bayangkan saja, kalu sampai ada kabut polusi yang sampai
menutupi pandangan, inipasti sudah membuat semua penduduk sesak nafas!
ini sudah seperti asap hasil kebakaran hutan di kalimantan.
> 
> Dai hasil pengukuran ahl, kadar polusi di Beijing sudah menurun
drastis, meski belum ideal, sudah memenuhi syarat mnimal, hanya saja
langit belum menjadi biru seperti diharapkan, karena awan hitam hasil
komulasi polusi selama ini tak juga mau buyar, karena tak ada angin
dan hujan yang berarti. sya tak mengerti, mengapa tak membuat hujan
buatan untuk mencuci langit! mestinya tak sulit bukan??
>  
> 


Kirim email ke