Lao Xiong Iwan Kustiawan yang Bijaksana, Saya sependapat dengan Anda, sudah semestinyalah kita segera mengindentitaskan diri secara tegas khususnya orang-orang Tionghua yang berwarganegara Indonesia dan tidak ngambang lagi atau dualisme. Menurut hukum kewarganegaraan Indonesia juga tidak dibenarkan adanya Dwi Kewarnegaraan, jadi sesungguhnya tidak ada alasan bagi kita untuk mengaku-ngaku bahwa kita adalah Zhongguo Ren atau Chinase Indonesia maupun Indonesia Chinase yang benar ialah Indonesia tanpa embel-embel. Dan dengan pengakuan kita sebagai bangsa Indonesia tidaklah berarti kita meninggalkan segala budaya Tionghua yang kita warisi dari leluhur kita dan tidak berarti juga kita harus tetap memegang teguh budaya warisan tersebut, mungkin untuk bijaknya adalah jalan polos tengah, artinya yang mana masih relevan kita pertahankan dan yang tidak cocok lagi kita tinggalkan. Budaya adalah berkembang seiring zaman dan berbaur dengan kondisi setempat dimana kita bertempat tinggal yang kemudian menjadi budaya baru, saya maklumi masih banyak Laowei-Laowei kita yang masih menganggap kita-kita ini adalah Chongguo Ren, itu dikarena mereka dibesarkan dalam kondisi yang berbeda dan mereka mengalami kondisi yang memaksa mereka harus meninggalkan tanah leluhurnya, kerinduan akan tanah leluhur diwariskan kepada anak-cucunya yaitu kita-kita ini. Terus terang saya sampai saat ini pun masih ragu-ragu untuk mengindentitaskan diri sebagai bangsa Indonesia terutama dihadapan para Laowei-Laowei dan di forum umum kelompok Tionghua, takut dikucilkan dan dianggap Bo Jin Chou (dialek Tio Cio) maksudnya tidak mengakui leluhur atau kualat pada leluhur.
Saya juga punya pengalaman yang menarik khususnya menyangkut indentitas diri selama di Chongguo (nanti dilain waktu akan saya ceritakan), ringkasnya adalah bahwa saya bersama beberapa teman dari Indonesia berkunjung ke Chongguo dalam rangka jalan-jalan dan mencari keluarga ditanah leluhur.Ternyata baik orang pemerintahan maupun masyarakat kota dan masyarakat di desa dan termasuk keluarga-keluarga yang berada di tanah leluhur tersebut tidak ada satupun yang mengakui dan menerima bahwa kami ini adalah Chongguo Ren walaupun kami ini berkulit kuning langsat dan mata sipit berbahasa mandarin dan juga bahasa daerah seperti hakka, tio ciu, dan hokkian. Bahkan ada yang marah-marah ketika kami mengaku bahwa kami adalah Chongguo Ren, betapa kecewanya hati setelah melihat kenyataan ini dan pada akhirnya kami memutuskan untuk secara tegas menyatakan diri sebagai orang Indonesia, setelah itu tidak ada lagi masalah yang kami temui, semua orang menerima kami dengan tangan terbuka serta penuh senyum. Mohon maaf kalau ada yang mempunyai pengalaman yang berbeda. Zai Jian Santo Putra =========================================================================== ----- Original Message ---- From: iwan kustiawan <[EMAIL PROTECTED]> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Saturday, August 16, 2008 10:08:21 PM Subject: [budaya_tionghua] identitas was: Fenomena diskriminasi media internasional NO Offense..... . sekedar memberikan pendapat.... .. Menurut saya orang Tiong hoa di Indonesia memiliki keunikan sendiri yang agak berbeda ( bahkan mungkin sangat berbeda) dibandingkan orang orang China saat ini, baik dari segi budaya, cara hidup, dan cara berfikir. Namun tidak dipungkiri semua atribut atribut ini pun berubah sepanjang perjalanan waktu yang justru menurut saya makin membedakan orang orang Tionghoa di Indonesia dibandingkan dengan orang orang China. Oleh karena itu agak berlebihan menurut saya kalau kita mengidentikkan diri kita sebagai orang China masa ini, dilain pihak jangan pula kita memungkiri nilai nilai hidup dan identitas diri kita sebagai orang Tiong Hoa dengan segala value nya yang telah hidup sekian lama di bumi Indonesia. Sebagian dari kita masih merawat dan melestarikan nilai nilai (dengan segala variasi intepretasinya) yang diajarkan Filsuf filsuf China dan hidup dengan nilai nilai itu, nilai nilai itu meresap dalam budaya Tionghoa yang berkembang dan berasimilasi ratusan tahun di Indonesia dan mencirikan kita sampai saat ini sebagai orang Tionghoa Indonesia. Sebagai gambaran yang saya simpulkan sebagai hasil interaksi saya dengan anak anak muda dari China yang saya temui di Eropa sini. Sebagian besar bahkan mereka tidak pernah membaca dan mengerti mengenai apa yang diajarkan oleh filsuf Filsuf China tersebut dan bahkan mereka berterus terang mereka tidak berminat mengetahuinya. ....dan satu hal lagi mereka mendifinisikan seseorang sebagai Chinese adalah orang berkulit kuning yang lahir di China dan mampu berbahasa China atu dialeknya... jadi ibu/bapak/saudara meskipun kita mampu berbahasa mandarin/ hakka/ kongfu etc, meskipun kita memelihara abu leluhur, memuja dewa dewa, meskipun mata kita sipit, meskipun kulit kita kuning, tapi sebagian besar kita bukan lahir di negri China, dan mereka tidak mengindentikkan kita sebagai orang China, karena bagi saya mereka memang berbeda dari saya/kita. Kita telah berkembang dengan jalan yang mungkin berbeda dengan jalan mereka selama ratusan tahun ini. Maka menurut saya sadarilah hal tersebut, sadarilah bahwa kita adalah seperti kita apa adanya saat ini, terlahir dengan kewarganegaraan Indonesia dengan ciri yang mungkin mirip chinese dan satu hal lagi,hiduplah sebagai salah satu suku dari bangsa kita , bangsa Indonesia. Gunakanlah nilai kebaikan dari leluhur tersebut untuk dasar dan tujuan yang mulia bagi bangsa kita atau sesama manusia/ mahluk, tetapi kita harus sadar diri bahwa China yang dari mana leluhur dan nilai nilai itu berasal telah berevolusi menjadi suatu bangsa yang berbeda dari yang mungkin ada dibenak kita saat ini. Mohon maaf jika pendapat saya ini mungkin berbeda. saya hanya berharap agar kita bisa hidup dalam realitas tanpa kehilangan identitas diri kita. Jika kita sendiri bingung dengan identitas diri kita (Indonesia/China? ), bagiamana kita mungkin bisa dihargai dan diterima sebagai bagian dari bangsa Indonesia? Jadilah diri kita sebagai orang tiong hoa Indonesia, terimalah dan berdamailah dengannya, dan jangan lupa berjuanglah untuk dapat memperkenalkan dan diterima sebagai bagian dari bangsa ini. Bagaimana memperjuangkannya? untuk itu pertama tama kita harus bersatu sebagai orang tiong hoa, merumuskan identitas kita ( saya rasa inilah tujuan mailing list ini ), merumuskan kesamaan diantara kita, dan berbuat sesuatu kepada bangsa ini.sekian. Terima kasih. Iwan Kustiawan eddy witanto <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: >>[Peristiwa BERSEJARAH serta KEMEGAHAN baru ini] akan mengangkat derajat warga >>keturunan juga - ... [baru saat ini ; PERISTIWA OLY<PIADE 2008 -] dapat >>membuka MATA KITA - bahwa kita berasal dari bangsa yang besar !! Ha3... ;p nggak usah terlalu chauvinis lah, mbok ya biasa2 aja gitu lho. Jangan terlalu mendewa2kan. Masih untung lho kalo di sini Anda disebut "huaren" (jangan berharap terlalu banyak untuk bisa disebut huaqiao ya), jangan2 malah cuman sekedar "laowai", dan mungkin Anda bisa frustrasi karenanya karena itu sama seperti ngomong "lu itu siapa sih." Ha3. dy - beijing