Ohya, jangan2 si danis ini lupa bahwa bendera Indonesia itu putih dan " 
Merah"!!!
 

--- On Mon, 9/8/08, Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, September 8, 2008, 5:15 PM






Soal selera jangan dijadikan bahan argumentasi.

Sok tahu amat bilang warna merah itu menyeramkan karena warna api neraka! 
Emangnya pernah ke neraka!?
Api neraka itu suhunya tinggi sekali, jadi tentunya warnanya bukan merah, 
melainkan biru.
Lantas kalau sudah begini, apa mau bilang bahwa warna biru juga 
menyeramkan! ?

Lalu mengatakan api sumber malapetaka juga kata siapa?
Tahu nggak bahwa ukuran kemajuan budaya suatu kelompok manusia dihitung 
sejak manusia setempat mampu membuat api.
Lantas kalau sudah begitu apa mau bilang bahwa api itu sumber kemajuan!

Kemudian, ukuran kebersihan tidak diukur dengan adanya air. Dan ukuran 
kekotoran tidak diukur dengan abu.
Nyatanya Islam mengajarkan kalau tidak ada air maka status suci berwudhu 
dapat dilakukan dengan menggantikan air justru dengan abu (tayamum).
Lantas kalau sudah begini, apa mau bilang bahwa abu adalah ukuran 
kebersihan!?

Kesimpulannya, jangan memakai ukuran selera sendiri atau selera budaya 
kelompoknya untuk menilai orang lain atau budaya lain.

Wasalam.

============ ========= ========= ==

----- Original Message ----- 
From: dhanis
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Monday, September 08, 2008 9:50 AM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
di Indonesia

Adapun warna merah yang lama-lama membuat ndak enak adalah bukan warna merah 
yang dipakai untuk pakaian atau dekorasi gedung/rumah/ toko, namun warna 
merah yang diciptakan dari api. Warna merah yang diciptakan dari api 
tersebut jika sebatas untuk perayaan dan terkontrol untuk memperindah, tentu 
baik-baik saja, namun bagaimana dengan warna merah yang terus menerus dibuat 
dipertahankan di dalam klenteng dari api. Di Singapore, klentengnya selalu 
ada api merah yang menyala dan meninggalkan kesan ruang tersebut merah 
menyala seperti neraka, hal demikian yang membuat saya ketakutan dan merasa 
seram dengan mereka setiap kali saya pergi ke masjid untuk shalat, karena 
satu arah jalan. Tempat ibadah semestinya tidak dipenuhi dengan hal-hal yang 
menyeramkan. Belum lagi karena banyak abu disana-sini di dalam klenteng, 
bukankah semestinya tempat ibadah itu bersih dan syukur ada air nya, air 
yang bersih dan mensucikan umat-umat nya. Di masjid selalu ada air, tidak 
ada masjid yang tidak ada airnya. Air itu sumber kehidupan dan api itu 
sumber malapetaka. Namun berdekorasi dengan warna merah adalah tidak di 
larang, karena justru Tuhan menyerukan kepada Hambanya untuk memancarkan 
rahmat nya melalui cara mereka berpakaian (tampak kanlah bekas rahmat Tuhan 
itu dengan pakaianmu), dan tentu warna merah adalah bagian dari bagaimana 
kita berdandan. 

 














      

Kirim email ke