Menarik juga komentar yang diberikan atas bedah buku "Tionghoa Dalam Cengkraman SBKRI", ... kiranya yang disoroti adalah tokoh CSIS Harry Tjan Silalahi itu, ya? Katakanlah perubahan sikap menuruti arah angin, lalu?
Saya hanya tau kalau Harry Tjan termasuk LPKB dan tokoh CSIS, yang mendorong konsep asimilasi menjadi ketentuan Pemerintah Orba, dan dilaksanakan selama lebih 32 tahun yang cukup membuat banyak TIonghoa disakiti. Setelah Soeharto lengser yang lebih 10 tahun ini, tentu lebih banyak orang siuman, tidak seharusnya meemaksakan konsep asimilasi itu yang sedikit banyak telah menginjak-injak HAM. Kenapa orang harus ganti nama, kenapa bahasa Tionghoa dilarang, kenapa tradisi-budaya Tionghoa harus dihilangkan, ...? Orang mulai sadar jauh akan lebih baik mendorong ber-Bhineka Tunggal Ika bisa diwujudkan dalam kenyataan hidup bermasyarakat yang plural, yang mejemuk ini. Dimana setiap suku, setiap etnis dan setiap Agama yang berbeda-beda itu, bisa bersatu teguh, hidup bersama, bekerja bersama didalam pembangunan masyarakat. Setiap warga bisa memberikan toleransi yang tinggi, bisa saling menerima dan menghormati segala perbedaan yang ada, bukan berusaha "menghilangkan" perbedaan yang ada. Tapi, bisa menerima dan menghormati perbedaan yang ada, untuk mempertahankan satu kehdiupan harmonis, bersahabat, penuh kedamaian dan dengan demikian bisa memusatkan segenap kekuatan untuk meningkatkan kesejahteraan bersama, lebih makmur dan lebih adil lagi. Kesadaran seseorang bisa cepat, bisa juga ada yang lambat. Setiap orang, siapapun dia mempunyai pengenalan dalam proses perjuangan hidup yang dihadapinya secara langsung. Perubahan pikiran/kesadaran yang terjadi sudah seharusnya mendapatkan sambutan yang baik. Bukan dicela atau dianggap hanya mengikuti arah angin. Bahkan sebaliknya, seandainya orang berbobot macam Harry Tjan, kalau bisa menguraikan jalan pikirannya dulu yang salah dan mencelakakan banyak TIonghoa itu, pengaruhnya akan lebih besar untuk menyatukan Tionghoa di Indonesia. Itulah yang seharusnya kita dorong. Sangat baik dan baik sekali kalau Harry Tjan berani otokritik, mengoreksi kesalahan pikiran dahulu. Kenapa tidak disambut baik? Salam, ChanCT ----- Original Message ----- From: Hendri Irawan To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Thursday, September 18, 2008 11:31 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: YIN & YANG (was diskusi & launching buku "Tionghoa dalam cengkraman SBKRI") Ya, saya memang cuma bisa berkomentar "wo de tian ar". Karena perubahan sikap yang menuruti arah angin begitu menurut saya tidak sesuai dengan prinsip Zhong / Tiong. Ya tapi sudahlah, sudah bagus pada mau likno. Hormat saya, Yongde catatan: kapan-kapan kita mabuk teh lagi yuk prometheus_promise <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Betul. Perubahan adalah yang abadi, Yin dan Yang saling melengkapi. Jikalah demikian, apakah ada "pemenang" antara Yin dan Yang ? Ketika toch semua sudah berjalan sesuai siklusnya, adakah lagi yang perlu diherankan atau dipermasalahkan? BTW, undangan diskusi dibawah bukan untuk mendiskusikan Kirno atau Likno toch ? Prom --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Hendri Irawan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Orang dulu mengatakan: > > - Yin dan Yang saling melengkapi dan berubah > - di saat Yin memuncak, Yang muncul > - di saat Yang memuncak, Yin muncul > - tidak ada yang abadi semuanya akan berubah, perubahan itu lah yang > abadi > > Tidak sampai setengah yang lalu, ada kelompok yang mengusung > mangkir-cino dengan gagah berani dan muncul sebagai pemenang. Sekarang > para pemenang itu ramai-ramai balik-cino. > > Saya cuma bisa berkomentar: "wo de tian ar" > > Hormat saya, > > Yongde > > ------------------------------------------------------------------------------ Internal Virus Database is out of date. Checked by AVG. Version: 8.0.169 / Virus Database: 270.6.17/1655 - Release Date: 2008/9/5 $U$H 07:05