Mungkin ini yang dipahami sebagai buah karma mas. Sindhunata berobat 
ke Tiongkok, tanah akar leluhurnya, bukan kenegeri orang.

Perjalanan suatu bangsa memang seringkali pahit dan penuh derita. 
Kita lihat bangsa Kambodja, yang mengalami pembersihan berdarah yang 
menghabiskan demikian bayak jiwa. Vietnam, yang mengalami konfrontasi 
dahsyat, perang saudara yang dicampuri bangsa barat, sampai demikian 
runyam, dan akhirnya menyatu padu.

Juga perjalanan saudara saudara Tionghoa yang tidak ringan, sejak 
zaman Hindia Belanda sampai kini. Tetapi, tetap tegarlah! Kita akan 
menyatu menjadi SATU bangsa yang kuat. Kita boleh menatap kedepan 
dengan bangga. Setiap kesalahan akan membawa hikmat, yang mudah 
muidahan segera diresapkan dan dipelajari.

There is still a long way to Tepperarry, mas

Salam budaya

Danardono


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Karang Terjal" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Pak Chan,
> 
> Yang saya dengar, sindhunata sempat berobat ke RRT sebelum 
meninggal, hal
> yang memang bila benar, sungguh membuat saya heran, kenapa tidak 
memilih
> Eropa or Amerika?
> 
> Tentang tulisan anda:
> Dia lupa begitu konsep Asimilasi diambil oper oleh pemerintah yang 
berkuasa
> dan menjadi ketentuan, tidak bisa tidak mengandung paksaan untuk 
terlaksana.
> 
> 
> Menurut saya, justru itulah tujuannya, agar diambil oper oleh 
pemerintah,
> sehingga memiliki kekuatan hukum untuk dilaksanakan.
> 
> Kegagalan konsep Asimilasi telah dibayar dengan harga yang sangat 
mahal
> dengan jatuhnya begitu banyak korban jiwa dari etnis Tionghoa dalam
> kerusuhan Mei 98, menyisakan trauma yang mendalambagi korban.
> Sementara keluarga pencetus konsep itu, tidak tersentuh oleh 
kerusuhan
> tersebut (ataukah saya salah???).
> 
> Untunglah, Sindhunata bisa melihat akibat dari program asimilasi 
tersebut
> sebelum meninggal...
> Setiap manusia yang meninggal, akan mempertanggungjawabkan 
perbuatannya ke
> hadiratNya...
> 
> Dan anda Pak Chan, yang merupakan keturunan langsung dari seorang 
tokoh
> besar yang pernah dimiliki oleh bangsa ini, tapi bisa mempunyai 
sikap yang
> begitu rendah hati, sungguh membuat saya kagum.
> Beberapa kali , bila ada waktu, saya sering membaca tulisan anda, 
dan
> tulisan anda sungguh menunjukkan kebesaran hati anda. Terimalah 
salam hormat
> saya.
> 
> Bila suatu saat saya ada kesempatan berkunjung ke Hongkong, semoga 
Pak Chan
> tidak keberatan untuk bertemu saya dan memberi petunjuk bagi saya 
dalam
> hidup ini.
> 
> 
> 2008/9/18 ChanCT <[EMAIL PROTECTED]>
> 
> >    Bung Karang yb,
> >
> > Boleh saya gunakan sebutan Karang untuk bung? Maaf kalau salah, 
karena saya
> > tidak temukan nama bung yang benar. Sungguh terimakasih atas 
masukan yang
> > diberikan, dan saya setuju deengan pendapat bung. Terhadap 
siapapun
> > hendaknya kita bisa berlapang dada menerima perubahan yang telah 
terjadi,
> > tidak berpeganga teguh pada sikap dia belasan bahkan puluhan 
tahun yl saja.
> > Berani menerima perubahan yang ada dan itulah Harry Tjan yang 
kita lihat
> > sekarang.
> >
> > Orang yang sudah mencapai "TOKOH", tentu akan lebih berat untuk 
melakukan
> > otokritik, mengakui kesalahan yang telah dilakukan dan 
diperjuangkan
> > sehingga dia naik daun jadi tokoh. Harus beri waktu dan 
kesempatan yang
> > lebih baik untuk turun tangga.
> >
> > Saya pun ketika 4 tahun yl berada di Jakarta menemui seorang 
kawan,
> > dapatkan cerita, kalau Sindhunata diakhir hidupnya juga sudah 
siuman,
> > merasakan konsep "asimilasi" yang diperjuangkan dahulu itu salah, 
dan dalam
> > praktek ternyata tidak sebagaimana konsep Asimilasi semula, 
dimana harus
> > dilaksanakan secara wajar tanpa sedikitpun boleh mengandung 
paksaan apalagi
> > kekerasan. Dia lupa begitu konsep Asimilasi diambil oper oleh 
pemerintah
> > yang berkuasa dan menjadi ketentuan, tidak bisa tidak mengandung 
paksaan
> > untuk terlaksana. Orang banyak merasakan terpaksa ganti-nama, 
menghilangkan
> > segala yang berbau Tionghoa, bahasa Tionghoa dilarang, beribadah 
didepan
> > umum dilarang, perayaan Imlek dilarang dan lebih celaka Konghucu 
juga
> > dicabut sebagai salah satu Agama yang sah di Indonesia, ... Tapi 
sayang,
> > seribu sayang sampai Sindhunata meninggal, tidak juga nampak 
penyataan resmi
> > pengoreksian kesalahan konsep Asimilasi yang dia junjung itu.
> >
> > Yaah, kita tidak bisa paksakan, dan tak perlu dihujat, hanya 
mengharapkan
> > Harry Tjan bisa mengajukan perkembangan jalan pikirannya dulu dan 
sekarang,
> > sekalipun dia belum berani mengakui konsep asimilasi salah dan 
dimana
> > salahnya, tapi perubahan dari membenci identitas dirinya sebagai 
Cina dan
> > sekarang mengakui diri sebagai Cina, dari kirno menjadi likno, 
kemudian dari
> > sebutan Cina berubah menjadi Tionghoa, tentu juga sangat baik 
kalau dia bisa
> > uraikan. Agar generasi muda mengerti dimana sesungguhnya masalah 
Tionghoa di
> > Indonesia.
> >
> > Mudah-mudahan saja bung kalau sempat mengikuti bedah buku itu, 
bisa
> > memberikan informasi lagi.
> >
> > Salam,
> > ChanCT
> >
> >
> > ----- Original Message -----
> >
> > *From:* Karang Terjal <[EMAIL PROTECTED]>
> > *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com
> > *Sent:* Thursday, September 18, 2008 9:04 PM
> > *Subject:* Re: [budaya_tionghua] Re: YIN & YANG (was diskusi & 
launching
> > buku "Tionghoa dalam cengkraman SBKRI")
> >
> >  Bapak Chan yang baik,
> >
> > Dalam beberapa tahun terakhir ini, Harry Tjan Silalahi sudah 
banyak
> > berubah dan sudah "likno".
> > Dia juga sudah mulai memahami arti kata "Belajarlah sampai ke 
negri Cina".
> > Hal itu dilakukan dengan mengirimkan anak didiknya utk belajar ke 
RRC.
> > Selain itu, Harry Tjan silalahi juga lebih senang di panggil Pak 
Tjan,
> > belajar meditasi Zhen Qi untuk mengobati penyakitnya, ga hanya 
belajar,
> > beliau juga mempraktekkan itu secara berkala sehari dua kali, 
juga menikahi
> > istri yang cantik yang mempunyai darah Cina. Selain itu, Harry 
Tjan Silalahi
> > sudah belajar Feng Shui, mengundang Lao She (pelatih meditasi 
Zheng Qi) ke
> > kantornya dan melakukan diskusi di sana, bahkan beliau sempat 
memberikan
> > masukan sekaligus kritikan karena tidak adanya buku meditasi 
pelatihan
> > kesehatan itu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Maklum, 
Beliau itu
> > tidak bisa bahasa mandarin, ga tahu kalau sekarang sudah ambil 
kursus
> > mandarin blom. Yang pasti, beliau itu mendukung diterbitkannya 
buku itu
> > dalam bahasa Indonesia.
> >
> > Sekedar informasi, meditasi Zhen Qi adalah meditasi Taoisme yg 
merupakan
> > meditasi kesehatan yang diajarkan oleh Prof Li Shao Bo (seorang 
Taoist) dan
> > diteruskan oleh murid2 nya ke seluruh dunia. Karena meditasi 
Taoisme, tentu
> > saja meditasi itu memakai teknik-teknik Taoisme, dimana di dalam 
kelas
> > dijelaskan fungsi-fungsi dan makna teknik tersebut bagi kesehatan 
dengan
> > bahasa ilmiah yang mudah dipahami oleh orang awam. Dalam 
pengajaran
> > tersebut, adalah hal yang haram utk diumumkan sebagai meditasi 
Taoisme dan
> > diganti dengan istilah meditasi kesehatan tiongkok, hal itu 
dilakukan agar
> > para peserta tidak merasa sedang mempelajari meditasi 
iblis/setan, ataupun
> > utk menghindari pandangan miring thp meditasi tsb sebelum 
mencobanya hanya
> > dikarenakan adanya embel2 kata TAOISM. Sayang sekali kan bila 
meditasi yang
> > begitu bagus tidak dipelajari hanya krn dianggap sesat.
> > Nah....saat Pak Tjan mempelajari itu juga tidak diberitahukan 
root dari
> > meditasi tsb, sehingga beliau ok ok aja belajar. dalam kelas, Pak 
Tjan itu
> > termasuk murid yg baik dan kritis, banyak sekali bertanya dan 
selalu di
> > jawab dengan baik. Akhirnya Pak Tjan lulus dengan baik dan 
diberikan
> > sertifikat oleh Lao She nya.
> >
> > So... Pak Chan, Pak Harry Tjan Silalahi itu sudah likno, anak 
naga yang
> > tersesat dan sudah kembali ke jalan yang benar, anak yang sudah 
bertobat
> > janganlah di hujat. Biarlah dia bertransformasi dari cacing 
menjadi naga.
> > Justru tugas teman temanlah untuk selalu mengingatkan dia 
berjalan di jalan
> > yang benar, menguatkan imannya.
> >
> > Mengenai acara minta maaf kepada komunitas tionghoa, itu butuh 
waktu, butuh
> > proses. Ibarat seorang anak yang bertobat....perlu waktu dalam 
proses
> > pendewasaan diri...
> >
> > tokh usianya sudah tua...biarlah dia merenungi dan 
mempertanggungjawabkan
> > perbuatannya ke hadirat yg di Atas.
> >
> >
> > Amien.
> >
> >
> >
> >
> > 2008/9/18 ChanCT <[EMAIL PROTECTED]>
> >
> >>    Yong De yb,
> >>
> >>     Hahaha, ... Rupanya saya berhadapan dengan anda yang masih 
tergolong
> >> generasi muda, ya?! Sungguh senang bisa bertemu dan berkenalan 
dengan anda
> >> yang saya perhatikan menguasai betul budaya Tionghoa. Jadi malu 
saya yang
> >> disebut qian bei ini malah banyak tidak tau tradisi-budaya 
Tionghoa. Oleh
> >> karena itu diantara kita panggil nama, jambal saja, ya. Biar 
terasa lebih
> >> bebas dan akrab. Gitu.
> >>
> >>     Oooh, ... rupanya begitu tokoh yang namanya Harry Tjan, ya? 
Atau
> >> barangkali termasuk seorang yang tidak berani mengakui kesalahan 
dan sedang
> >> mencari tangga turun? Sayang saya tidak banyak bisa ikuti gimana 
jalan
> >> pikiran dia sekarang. Tapi, sekalipun dikatakan dia hanya ganti 
jubah, kalau
> >> sikapnya terhadap komunitas Tionghoa membaik, juga apa tidak 
disambut secara
> >> baik juga. Ya sebatas sampai dimana perubahan membaiknya itu 
saja.
> >>
> >> Salam,
> >> ChanCT
> >>
> >>  ----- Original Message -----
> >> *From:* Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED]>
> >> *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com
> >> *Sent:* Thursday, September 18, 2008 12:34 PM
> >> *Subject:* [budaya_tionghua] Re: YIN & YANG (was diskusi & 
launching buku
> >> "Tionghoa dalam cengkraman SBKRI")
> >>
> >> Yah kalau benar seperti yang qianbei uraikan tentu yang paling 
baik.
> >>
> >> Tetapi tidak tertutup kemungkinan motivasi dari sisi lain bukan ?
> >> Seperti perebutan pengaruh dan kekuasaan. Kalau memang mereka 
sadar
> >> dan otokritik, layaknya orang yang sadar pasti minta maaf duluan 
atas
> >> kesalahannya. Seperti dulu ada yang minta maaf terbuka atas
> >> keterlibatan dalam pembantaian tahun 65.
> >>
> >> Kalau hanya karena masalah berbalik arah lalu sepertinya 
dilupakan
> >> masalah yang lalu, yah... menurut saya hujan sebulan tidak 
sanggup
> >> menghapus kemarau 1 jam pun di hati manusia.
> >>
> >> Hormat saya,
> >>
> >> Yongde
> >>
> >>
> >> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ChanCT" <SADAR@> wrote:
> >> >
> >> > Menarik juga komentar yang diberikan atas bedah buku "Tionghoa 
Dalam
> >> Cengkraman SBKRI", ... kiranya yang disoroti adalah tokoh CSIS 
Harry
> >> Tjan Silalahi itu, ya? Katakanlah perubahan sikap menuruti arah 
angin,
> >> lalu?
> >> >
> >> > Saya hanya tau kalau Harry Tjan termasuk LPKB dan tokoh CSIS, 
yang
> >> mendorong konsep asimilasi menjadi ketentuan Pemerintah Orba, dan
> >> dilaksanakan selama lebih 32 tahun yang cukup membuat banyak 
TIonghoa
> >> disakiti. Setelah Soeharto lengser yang lebih 10 tahun ini, tentu
> >> lebih banyak orang siuman, tidak seharusnya meemaksakan konsep
> >> asimilasi itu yang sedikit banyak telah menginjak-injak HAM. 
Kenapa
> >> orang harus ganti nama, kenapa bahasa Tionghoa dilarang, kenapa
> >> tradisi-budaya Tionghoa harus dihilangkan, ...? Orang mulai 
sadar jauh
> >> akan lebih baik mendorong ber-Bhineka Tunggal Ika bisa diwujudkan
> >> dalam kenyataan hidup bermasyarakat yang plural, yang mejemuk 
ini.
> >> Dimana setiap suku, setiap etnis dan setiap Agama yang berbeda-
beda
> >> itu, bisa bersatu teguh, hidup bersama, bekerja bersama didalam
> >> pembangunan masyarakat. Setiap warga bisa memberikan toleransi 
yang
> >> tinggi, bisa saling menerima dan menghormati segala perbedaan 
yang
> >> ada, bukan berusaha "menghilangkan" perbedaan yang ada. Tapi, 
bisa
> >> menerima dan menghormati perbedaan yang ada, untuk 
mempertahankan satu
> >> kehdiupan harmonis, bersahabat, penuh kedamaian dan dengan 
demikian
> >> bisa memusatkan segenap kekuatan untuk meningkatkan kesejahteraan
> >> bersama, lebih makmur dan lebih adil lagi.
> >> >
> >> > Kesadaran seseorang bisa cepat, bisa juga ada yang lambat. 
Setiap
> >> orang, siapapun dia mempunyai pengenalan dalam proses perjuangan 
hidup
> >> yang dihadapinya secara langsung. Perubahan pikiran/kesadaran 
yang
> >> terjadi sudah seharusnya mendapatkan sambutan yang baik. Bukan 
dicela
> >> atau dianggap hanya mengikuti arah angin. Bahkan sebaliknya,
> >> seandainya orang berbobot macam Harry Tjan, kalau bisa 
menguraikan
> >> jalan pikirannya dulu yang salah dan mencelakakan banyak 
TIonghoa itu,
> >> pengaruhnya akan lebih besar untuk menyatukan Tionghoa di 
Indonesia.
> >> Itulah yang seharusnya kita dorong. Sangat baik dan baik sekali 
kalau
> >> Harry Tjan berani otokritik, mengoreksi kesalahan pikiran dahulu.
> >> Kenapa tidak disambut baik?
> >> >
> >> > Salam,
> >> > ChanCT
> >> >
> >> >   ----- Original Message -----
> >> >   From: Hendri Irawan
> >> >   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> >> >   Sent: Thursday, September 18, 2008 11:31 AM
> >> >   Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: YIN & YANG (was diskusi &
> >> launching buku "Tionghoa dalam cengkraman SBKRI")
> >> >
> >> >
> >> >   Ya, saya memang cuma bisa berkomentar "wo de tian ar".  
Karena
> >> perubahan sikap yang menuruti arah angin begitu menurut saya 
tidak
> >> sesuai dengan prinsip Zhong / Tiong.
> >> >
> >> >   Ya tapi sudahlah, sudah bagus pada mau likno.
> >> >
> >> >   Hormat saya,
> >> >
> >> >   Yongde
> >> >   catatan: kapan-kapan kita  mabuk teh lagi yuk
> >> >
> >>  >   prometheus_promise <prometheus_promise@> wrote:
> >> >     Betul.
> >> >     Perubahan adalah yang abadi, Yin dan Yang saling 
melengkapi.
> >> >     Jikalah demikian, apakah ada "pemenang" antara Yin dan 
Yang ?
> >> Ketika
> >> >     toch semua sudah berjalan sesuai siklusnya, adakah lagi 
yang perlu
> >> >     diherankan atau dipermasalahkan?
> >> >
> >> >     BTW, undangan diskusi dibawah bukan untuk mendiskusikan 
Kirno atau
> >> >     Likno toch ?
> >> >
> >> >     Prom
> >> >
> >> >     --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Hendri Irawan" 
<henyung@>
> >> >     wrote:
> >> >     >
> >> >     > Orang dulu mengatakan:
> >> >     >
> >> >     > - Yin dan Yang saling melengkapi dan berubah
> >> >     > - di saat Yin memuncak, Yang muncul
> >> >     > - di saat Yang memuncak, Yin muncul
> >> >     > - tidak ada yang abadi semuanya akan berubah, perubahan 
itu
> >> lah yang
> >> >     > abadi
> >> >     >
> >> >     > Tidak sampai setengah yang lalu, ada kelompok yang 
mengusung
> >> >     > mangkir-cino dengan gagah berani dan muncul sebagai 
pemenang.
> >> >     Sekarang
> >> >     > para pemenang itu ramai-ramai balik-cino.
> >> >     >
> >> >     > Saya cuma bisa berkomentar: "wo de tian ar"
> >> >     >
> >> >     > Hormat saya,
> >> >     >
> >> >     > Yongde
> >> >     >
> >> >     >
> >> >
> >> >
> >> >
> >> >
> >> >
> >> >
> >> >
> >> >
> >> >
> >>
> >> -----------------------------------------------------------------
-------------
> >> >
> >> >
> >> >
> >> >   Internal Virus Database is out of date.
> >> >   Checked by AVG.
> >> >   Version: 8.0.169 / Virus Database: 270.6.17/1655 - Release 
Date:
> >> 2008/9/5 $U$H 07:05
> >> >
> >>
> >>
> >>
> >> ------------------------------------
> >>
> >> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
> >>
> >> .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.
> >>
> >> .: Pertanyaan? Ajukan di 
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
> >>
> >> .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua 
http://iccsg.wordpress.com :.
> >>
> >> Yahoo! Groups Links
> >>
> >>
> >>
> >>  ------------------------------
> >>
> >>
> >> Internal Virus Database is out of date.
> >> Checked by AVG.
> >> Version: 8.0.169 / Virus Database: 270.6.17/1655 - Release Date: 
2008/9/5
> >> _U__ 07:05
> >>
> >>
> >  ------------------------------
> >
> >
> > Internal Virus Database is out of date.
> > Checked by AVG.
> > Version: 8.0.169 / Virus Database: 270.6.17/1655 - Release Date: 
2008/9/5
> > $U$H 07:05
> >
> >  
> >
>


Kirim email ke