G agak binggung nih . Skrg kalo ada yg ngomong minta balik ke kata tionghoa n 
tiongkok banyak yg protes bahkan ada yg mati2an bela diri cina n tionghoa sama 
aja, ga ada bedanya n dia lebih suka pake kata cina drpd tionghoa, nah yg g 
bingung kalo mereka anggep kata tionghoa n cina sama aja artinya n ga ada 
bedanya ngapain juga dulu minta ganti? Bahkan secara resmi pula diseminar, kan 
artinya sama aja. Ini g yg terlalu bodoh atau mereka yg terlalu pinter?  
Sent from my BlackBerry�
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-----Original Message-----
From: "extrim_bluesky" <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Wed, 01 Oct 2008 08:16:17 
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Subject: [budaya_tionghua] King Hian: Tidak Memiliki-Tidak pernah Kehilangan.


Dear Koh King Hian yg baik, 

Mana mungkin kita bisa berharap pada seseorang
yg tidak pernah memiliki untuk merasa kehilangan??
Kalimat ini tidak ada hubungan sama sekali
dgn doktrin "non-attachment" Budhisme. 

Kebanggaan dan jati diri Tionghoa tidak bisa
dilihat dari "klaim sepihak". Sebagaimana pula,
varian bahasa hanya salah 1 spektrum pengenalan
orang lain terhadap "kebanggaan & jati diri" 
itu. Paradoxnya, banyak generasi muda "cina"
demi untuk berada di tengah orbit Ketionghoaan
mengklaim diri dengan gegap gempita masih memiliki
"kebanggaan & jati diri". Namun aksi, cara berpikir,
kognisi dan intuisinya sama sekali tidka menyiratkan
"kebanggaan & jati diri"-nya. 

Pepatah bilang: Action speaks louder than words. 
PM Zhou Enlai pernah bilang: "Untuk sebuah revolusi, 
saya bahkan bersedia menjadi pelacur politik" 

Namun siapa yang berani menghakiminya sebagai 
pelacur ketika ia tak pernah sekalipun memberi 
keistimewaan kepada keluarganya saat sudah menjabat 
sebagai Perdana Menteri, ketika ia tak pernah 
membiarkan rumahnya dicat dan dihiasi porselin 
mahal, ketika ia tak mengizinkan istrinya 
menjadi pejabat partai, ketika ia tak pernah 
sekalipun terbukti menguntit uang negara. 

Contoh terbalik dari contoh Zhou Enlai bisa
dilihat dari sekelompok "musang berbulu ayam"
yg mengklaim masih bangga & tidak pernah
kehilangan jati-diri Tionghoa di mulut, tetapi
berparadox memihak konsep & kelompok yg
nyata-nyata menjadi pioneer pengganyangan
identitas dan budaya Tionghoa. 

dari basis paralelisme "aksi" & "bacot", mestinya
kita tidak perlu menghabiskan banyak waktu
untuk meladeni "musang berbulu ayam". 


best regards,
Kenken




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, King Hian <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Uly:
> Jadi Kemungkinannya ada 2:
> 1. KH beranggapan bahwa kemampuan bahasa mandarin adalah bagian 
dari
> jati diri tionghoa, sehingga kalau enggak bisa berbahasa mandarin, 
berarti harusnya merasa kehilangan ketionghoaannya.
> Enggak bisa mandarinnya karena dipaksa atau tidak - berarti sudah
> meninggalkan jati dirinya??? 
> 
> 2. (.... belon kepikir apa... KH boleh isi sendiri deh, barangkali 
ada
> kemungkinan maksud lain yang gue nggak kelihatan????)
> �
> KH:
> Maksud gua: kita2 ini (Cina produk orde baru) DIPAKSA kehilangan 
kemampuan bhs Tionghoanya (tidak�mesti Mandarin). Yang 'DIHILANGKAN' 
dari kita ini mencakup�seluruh aspek�tradisi (termasuk agama) 
Tionghoa. Gua angkat masalah bahasa adalah sebagai satu contoh yang 
paling gampang dilihat. 
> �
> Masalahnya ada orang yang sadar bahwa dirinya "telah dicabut dari 
akar", ada yang tidak. Ada pula yang lebih ekstrim:�orang2 Cina, 
yang menganjurkan pelarangan itu.
> �
> Tapi semua ini memang tergantung persepsi kita masing2,�mau 
ngerasa atau tidak, itu pilihan. Tapi sebaiknya jangan jadi tipe 
fosil (pake istilah lu)!
> �
> KH
> 
> 
> 
> Forum Diskusi Budaya Tionghoa dan Sejarah Tiongkok
> http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/
> 
> --- On Wed, 10/1/08, Ulysee <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> From: Ulysee <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: 
[budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang 
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Wednesday, October 1, 2008, 12:11 PM
> 
> Iya, gue belum pernah meninggalkan jati diri, dipaksa maupun tidak.
> Lalu hubungannya dimana antara jati diri dengan kemampuan berbahasa
> mandarin???
> Coba dijelaskan secara gamblang sebab gue belum
> ngertiiiiiii............. 
> 
> Udah baca bolak balik penjelasan KH dibawah situ tetep aja nggak 
ngerti,
> 
> kenapa dari jati diri belok ke kemampuan bahasa mandarin?
> 
> to remind: 
> > Uly:
> > > - cina yang masih bangga jadi cina
> > > - tionghoa yang belum pernah meninggalkan jati diri,
> > > dipaksa maupun tidak
> - - - -
> >  KH: masa gak ngerasa sih?
> > apa neng Uly bisa ngomong bhs Cina?
> > neng Uly kagak bisa ngomong bhs Cina karena apa?
> > Di zaman orba bhs Cina kan 'barang terlarang'!" 
> 
> 
> Jadi Kemungkinannya ada 2:
> 1. KH beranggapan bahwa kemampuan bahasa mandarin adalah bagian 
dari
> jati diri tionghoa, 
> sehingga kalau enggak bisa berbahasa mandarin, berarti harusnya 
merasa
> kehilangan ketionghoaannya.
> Enggak bisa mandarinnya karena dipaksa atau tidak - berarti sudah
> meninggalkan jati dirinya??? 
> 
> 2. (.... belon kepikir apa... KH boleh isi sendiri deh, barangkali 
ada
> kemungkinan maksud lain yang gue nggak kelihatan????)
>



Kirim email ke