Damai itu indah. 

Ini memang keinginan kita semua. Dan saya yakin sekali, umat 
Tionghoalah yang paling meridukan kedamaian. Tapi, depan belakang 
kiri kanan, semua bacok bacokan. 

-----------1740. " Dalam aksi kekerasan yang berlangsung selama dua 
minggu tersebut, hampir 10.000 orang Tionghoa tewas, dibunuh secara 
kejam oleh tentara Belanda dengan dibantu orang-orang Eropa lainnya, 
para kelasi kapal, para gelandangan, orang-orang Sepoy (India), para 
tukang dan budak. Pembunuhan yang terjadi di masa pemerintahan 
Gubernur Jenderal Adriaan Valckenier ini bertujuan mengeliminasi 
orang-orang Tionghoa yang jumlahnya dianggap telah membahayakan 
posisi orang-orang Belanda.... "----------

Lalu :

----------"Pada 23 September 1825 yang merupakan masa awal Perang 
Jawa, sebuah pasukan berkuda di bawah pimpinan Raden Ayu Yudakusuma, 
puteri Sultan Hamengku Buwono I menyerbu Ngawi sebuah kota kecil di 
perbatasan Jawa Tengah - Jawa Timur yang terletak di tepi Bengawan 
Solo. Tanpa memperdulikan jerit dan tangisan perempuan dan anak-anak 
yang sangat memilukan, seluruh anggota masyarakat Tionghoa yang 
terdapat di Ngawi, habis dibantai" Sumber: Benny G. Setiono)---------

Milis BT ini TAK akan mampu mendamaikan siapa siapa. Walaupun semua 
anggauta milis BT ini ingin perdamaian. Juga di dunia luar. Ddidunia 
nyata bukan maya. Kita pasti termasuk yang mendambakan perdamaian. 
Amrozy menanti eksekusi, perkara bentrokan Monas belum disidangkan 
tuntas...

Beranggapan, bahwa semua adalah OK, adalah tak sesuai dengan  
kenyataan. karena selalu ada kekuatan kekuatan yang saling berhadapan 
didalam masyarakat.

1945 sampai kini. 
Sejak RI didirikan timbul pertentangan bersenjata tanpa akhir (DI/TII 
memberontak dua tahun setelah proklamasi, diikuti pembrontakan lain, 
dari Merapi Merbabu Complex, peristiwa Madiun, RMS, pembrontakan Andi 
Azis, pembrontakan Daud Beuereueh, pembrontakan Kahar Muzakkar, 
peristiwa penggranatan di sekolah Cikini, PRRI Permesta terus sampai 
G30S). 

1948. 
Disuatu pagi di Jogya tahun 1948, keluarga sedang breakfast nasi 
goreng, ayah menyeruput kopi.. tiba tiba sirene meraung..pasukan 
payung Belanda diterjunkan, menduduki lapangan udara Adisucipto (kala 
itu Maguwo)... beberapa saat kemudian.. pimpinan negara dijemput 
Belanda..masuk tahanan. Ayah juga dijemput satu jeep dipimpin seorang 
letnan bule. Ditahan.

Peristiwa Trisakti.
Ketika peristiwa Trisakti terjadi, banyak berita adanya penjarahan. 
Di komplex dimana satu dari rumah rumah kami berada, penghuni ber-
jaga jaga. kebanyakan saudara Tionghoa. Saya dengan seorang sahabat 
yang baru saya visit, mantan direktur sebuah bank, orang Jawa ikut 
keluar menuju gerbang komplex. Kami semua mempersenjatai diri, dengan 
samurai, pedang, golok, tongkat. Di pintu gerbang kami mendapat 
penjagaan dari satu kesatuan dari ArHanUd (Artilleri Pertahanan 
Udara). 
Saya sapa ramah pemuda pemuda Tionghoa yang dengan ceria siaga, 
membawa samurai: "kalau kita tidak pertahankan diri siapa yang mau 
bela?". mereka jawab serempak: " ya pak, betul". Syukurlah barisan 
penjarah yang dikabarkan datang dari utara, arah Tanggerang berubah 
arah. Damai dengan penjarah? Tak lah yauuu..

1965. 
Semua warga sipil tak bersenjata, wanita, laki laki, anak anak yang 
dijemput, dinaikkan ke truk lalu dibantai,  juga INGIN damai. Mereka 
kecolongan, sangking damainya. Mendarat di kali Brantas dan bengawan 
Solo..sebagai jenazah. Mereka bukan perajurit bersenjata. 

2208an
Partai partai kini bersempalan menjelang Pemilu 09, PAN, PKB. Juga 
pihak nasionalis. 

Ini pastilah tidak OK, tapi bukankah ini adalah dynamika politis? 
Juga, kenyataan pahit ada kekuatan kekuatan didalam komunitas 
Tionghoa yang tahun 66an itu berhadapan. Semua anggauta komunitas 
Tionghoa OK dan akur akur? Ini hanya mimpi..

Kita semua cinta dan ingin perdamaian, namun, mungkinkah berdamai 
dengan kekuatan yang ingin menghapus kita? 

Seperti di Angke tahun 1740, Ngawi tahun 1825...mei 1998?

Menyelurup kopiii? Monggo, tapi jangan kaget kalau tiba tiba ada bom 
meledak dipekarangan...(supir supir yang tiba tiba menggelepar 
digarasi BEJ, wisatawan damai damai di Bali). Don't misunderstand, 
bukan saya atau teman teman disini yang tak ingin damai lho..

Pimpinan kekaisaran Romawi pernah berkata: "Si vis pacem, para bellum 
atau "If you want peace, prepare for war". Ini berasal dari karya 
Publius Flavius Vegetius Renatus yang menulis ditahun 390 "Igitur qui 
desiderat pacem, praeparet bellum".  Sedih ya?

Salam

Danardono








--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Ophoeng" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Bung Danarhadi dan TTM semuah,
> 
> Hai, apakabar? Sudah makan?
> 
> Terima kasih atas respon anda yang bagus sangat itu.
> 
> Pulisi damai dalam rangka "damai itu indah"? Hahaha... memang 
paling gampang
> ya ketawain ajah ya. Tapi, kita mesti salut kepada pulisi, sekarang 
mereka ndak
> menebar pungli lagi di samsat. Anda urus perpanjangan STNK atau SIM 
ndak per-
> lu pakai calo. Tanpa uang semir lagi, tanpa uang rokok tambahan 
lagi. Semuanya
> sesuai tarip yang sedang berlaku saat itu.
> 
> Kalau kita cuma ketawa ajah, hahaha..... dan ngomel-ngomel di milis 
doang, ya
> memang ndak bisa beres-beres. Apalagi sambil ngeteh dan makan bakmi 
kuah
> kentel di negeri seberang ya?  Slurrrppp, pake sambel botol dan 
babi merah ga?
> 
> Soal damai antar kelompok, apakah kita dan BT punya kewajiban untuk 
menjadi
> juru damai mereka? Rasanya ndak ada kewajiban untuk itu, kalau 
menurut kaca-
> mata saya yang awam seawam-awamnya. Mungkin posting saya ttg Damai 
itu
> Selalu Indah, yang scope-nya cuma di lingkungan milis BT ini, tidak 
berkenan
> di hati anda, Bung Danarhadi ya? Dengan rendah hati saya ya cuma 
bisa bilang 
> 'sorry', tapi anda boleh tetep ketawa sih: hahaha... paling gampang 
ya memang
> ketawa sih! Dan ketawa itu sungguh menyehatkan, jeh!
> 

Reply via email to