Dari pengalaman saya bergaul degan mereka, benar diantara mereka
sendiri masih menggunakan istilah cina dan kampung. Akan tetapi
dikalangan mudanya, jika berhadapan dengan orang "luar" mereka kadang
menggunakan istilah tionghoa dan pribumi. 

Yang agak sensitif terhadap orang cina benteng justru kalau kita salah
menyapa. Mereka kurang suka kalau saya sapa "pak", maunya "koh" "ci"
atau "om", "encim". 

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "David Kwa"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Memang secara umum orang Tionghoa menyebut diri mereka Tnglang. 
> Namun, sebenarnya, di kalangan orang Cina Benteng istilah 
> tradisional orang Cina dan orang Kampung (orang Selam/Islam) untuk 
> membedakan etnik Tionghoa dan etnik non-Tionghoa (Betawi atau Sunda) 
> sama sekali tidak mengandung makna pejoratif. Netral. Itulah 
> sebabnya mereka dengan bebas menggunakan istilah itu tanpa 
> rasa "bersalah". Misalnya, dalam pembicaraan antarsesama Tnglang 
> bisa saja tiba-tiba muncul kalimat seperti: "Bapanya orang Cina, 
> ibunya mah orang Kampung (Selam)". Biasa-biasa saja tuh, tidak ada 
> masalah. Atau mungkin sekarang sudah berubah?
> 
> Mohon maaf seandainya pendapat owe ini dianggap agak "nyleneh".
> 
> Kiongchiu,
> DK
> 
> Message #37194 of 37197
> 
> Tenglang Padang, Teng-beng. (Was: VOA sudah tidak menggunakan kata 
> Cina) 
> 
> Bu Edith Koesoemawiria dan TTM semuah,
> 
> Hai, apakabar? Sudah makan?
> 
> ijinkan saya numpang nimbrung dikit ya.
> 
> Teng-lang itu kalau tak salah merujuk ke basa Tionghua dialek Hok-
> kian. Teng = tang, sebutan orang Tiongkok di Tiongkok, dan lang = 
> ren, orang. Teng-lang = orang Tiongkok, Tionghua. Kalau tak salah, 
> merujuk ke suku Han, suku bangsa terbesar jumlahnya di Tiongkok. Ada 
> kaitan dengan masa dinasti Tang. 
> http://zh.wikipedia.org/wiki/&#21776;&#20154;
> 
> Sila lihat di sini: http://en.wikipedia.org/wiki/Han_Chinese
> 
> Kenapa ndak disebut orang Padang? Sebenernya sudah disebut selama 
> ini. Pan ada istilah teng-lang Medan, teng-lang Padang, teng-lang 
> Jambi, dan teng-beng - teng-lang benteng, benteng = istilah atau 
> sebutan populer untuk kawasan Tangerang. Disebut demikian karena 
> dulunya memang ada benteng yang dibangun oleh VOC atau Portugis 
> untuk menjaga daerah kekuasaan mereka di pantai dekat Tangerang situ.
> 
> Setiap teng-lang yang mukim di daerah-daerah tertentu, memiliki 
> kultur dan kebiasaan yang berbeda satu sama lain. Ini kemungkinan 
> besar dipengaruhi oleh daerah asal nenek moyang mereka dari Tiongkok 
> sana. Semisal teng-lang Medan kebanyakan berasal dari Hok-kian, dan 
> Pontianak berasal dari Tio-chiu. Sementara Aceh dan Singkawang 
> dominan dari Hak-ka.
> 
> Selengkapnya, sila lihat link ini (daftar nama suku-suku di 
> Tiongkok):
> http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_ethnic_groups_in_China
> 
> Dan, tentu saja pengaruh daerah tempatan (lokal) ikut membuat kultur 
> mereka berbeda pula walau sama-sama berasal dari Hok-kian, misalnya. 
> Walau sama-sama bernenek moyang Hok-kian, tenglang Jawa sedikit 
> banyak berbeda dari teng-lang Medan. Sedang teng-lang Jawa saja, 
> dibedakan antara Jawa timur (diwakili Surabaya) dengan Jawa barat 
> (diwakili Bandung) atau Jawa tengah (diwakili Solo, Semarang).
> 
> Mau tak mau, pengaruh lingkungan itu ikut merasuk ke dalam tata 
> cara, adat istiadat, etiket pergaulan dan tentu saja makanannya. 
> Dipercaya bahwa masakan teng-lang Jawa tengah lebih manis dari 
> masakan teng-lang Jawa barat. Sebab memang lingkungan Jawa tengah 
> cenderung ke manis. Misal untuk menu fuyunghai, misalnya, rasa manis 
> pada saus fuyunghai yang agak-agak asam manis itu berbeda 'kadar' 
> manisnya antara masakan buatan resto di Surabaya, Semarang dan 
> Bandung.
> 
> Kalau soal rasa segan bertanya, mungkin sama saja seperti teng-lang 
> juga merasa segan untuk bertanya-tanya soal etnis suku lain. Hal ini 
> wajar saja, sebab ibarat kata pepatah 'tak kenal maka tak sayang', 
> maka kalau anda tak kenal, tentu ada perasaan was-was atau takut 
> menyinggung. Beda sekali kalau anda sudah kenal, maka perasaan segan 
> itu menjadi cair dan enak saja bertanya bahkan bercanda yang lebih 
> intim lagi.
> 
> Begitulah saja kiranya. Kalau salah sila koreksi, kalau kurang mari 
> tambahkan saja.
> 
> Salam makan enak & sehat selalu,
> Ophoeng
> BSD City
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Edith Koesoemawiria" 
> <hidayati@> wrote:
> 
> hello bung sur,
> 
> soal tanya menanya emang sering sensitif, tapi biasanya kalau tidak 
> bertanya ya sulit untuk tahu.
> 
> ------dipotong--------
> 
> tapi kemudian kedua rekan ini menangguhkan sampai orang2nya pada 
> sudah pulang, dan pertanyaannya tak terlontarkan. waktu saya tanya 
> kenapa, yang satu bilang karena kesulitan ngatasin rasa enggan, dan 
> yang satu bilang karena ngga ada kesempatan untuk berbicara di 
> antara mereka sendiri.
> 
> saya sebagai pendengar cuma bisa berkata bahwa itu sayang sekali, 
> sambil berpikir masih banyak sekali yang perlu dilakukan bila ingin 
> agar perbedaan atau rasa etnisitas tak menjadi isu haram.
> 
> btw, tenglang artinya apa dan kalau boleh tanya, tinggalnya di mana, 
> di indonesiakah? kalau iya, pernahkah lihat film : jangan panggil 
> aku cina? what do you dan teman2 di sini think about it?
> 
> posisinya di situ, bukan soal disebut cina atau tionghua, tapi 
> kenapa ngga disebut orang padang.
> 
> salam, edith
>


Kirim email ke