Lha nanti ada yang marah-marah lagi.  Saya jadi pendeta bukan karena Sekolah
Tionghua kok, tapi duluuuu karena tidak diterima dikeluarga Tenglang totok,
jadi sekolah ya seadanya dan yang mau beri beasiswa saya sekolah katolik,
walaupun saya akhirnya jadi Kristen.  Haleluya.  Tantono

2008/10/8 gsuryana <[EMAIL PROTECTED]>

>    Pembrangusan budaya Tionghoa dan penutupan Sekolah Tionghoa membuat Pak
> Tantono menjadi Pendeta lho, dan banyak lagi Tionghoa Indonesia menjadi
> kenal Yesus......Haleluyaaaa :o)
>
> sur.
> http://indolobby.blogspot.com
>
> ----- Original Message -----
> *From:* Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>
>
> Asal positif saja Pak.  Tidak melupakan pembrangusan budaya Tionghua dan
> penutupan Sekolah Tionghua bisa sangat positif, kalau dengan ini kita lalu
> membangun budaya dan membangun sekolah sebanyak-banyaknya.  Tapi kalau cuma
> omong, mengeluh dan meng-kambek-kan orang yang nggak ada hubungannya dan
> menyamaratakan ya nggak positif namanya.  Selamat Mengingat, Tantono
>
> 2008/10/8 Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]>
>
>>      Kalau saya memilih tak Melupakan!
>>
>> Tak melupakan baik untuk mengambil pelajaran, kegetian masa lalu membuat
>> kita lebih menghargai masa sekarang. kegetiran masa lalu yang menimpa diri
>> kita seharusnya juga menyadarkan kita untuk tak membuat orang lain juga
>> sengsara seperti kita.
>>
>> Melupakan justru beresiko kita mengulang kesalahan yang sama.
>>
>> Kegetiran masa lalu juga bisa berubah menjadi daya dorong untuk mencapai
>> kemajuan. Lihat saja penghinaan perang candu bagi Rakyat Tiongkok, yang
>> mendorong mereka mencapai pretasi di Olmpiade!
>>
>> Lebih positif mengingat dari pada melupakan ! Inilah kegunaan Monument
>>
>>
>> Salam Mengingat.
>> ZFy
>>
>>
>>
>>
>> --- On *Wed, 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>* wrote:
>>
>> From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>
>>
>> >
>>
>>
>>
>
>
> --
> Best regards, Tantono Subagyo
>
>  
>



-- 
Best regards, Tantono Subagyo

Kirim email ke