Pak Tantono, Kami2 di sini disamping Berkotbah tentang sejarah pemberangusan 
budaya Tionghoa, juga banyak yang berkarya nyata lho, tak ubahnya seperti 
kalian para pendeta yang selain berkotbah tentang penderitaan Yesus di kayu 
salib juga bisa ngurusin sekolah.
 
Hanya bedanya kami2 di sini tak ada yang menyombongkan diri dengan karya2 nyata 
di dunia realita, itulah bedanya. Apa anda meragukan hal ini?
 
 
Salam,
ZFy
 
 
 
 
 

--- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan..
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 8, 2008, 2:18 PM













 
Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono!  Karena Tuhan yang anda 
abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus disimpulkan pasti nyata bagi 
orang lain bukan?
Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial yang lain, 
apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk berkotbah dan 
membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena mereka juga 
mengwemban tugas yang mulia.

Dengan berkotbah  anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk berkarya nyata, 
Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini yang bekotbah untuk 
menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran sejarah, agar orang lain bisa 
tergugah untuk berkarya nyata, kotbah kita tentunya tak sia2 bukan?

Ya, tetapi saya tidak berkotbah saja tetapi memberikan contoh.  Jadi itulah 
kerja saya.  Kalau anda mau berkotbah saja dan mau bangun monumen (misalnya 
monumen pemberangusan budaya dan sekolah Tionghua) tanpa bikin sekolah dan 
dendam terus saja itu hak anda.  
Menurut saya gereja akan jadi besar kalau bermanfaat bagi masyarakat.  Mengabdi 
Tuhan itu karya nyata bagi saya karena saya mengabdi dengan Ora Et Labora, 
berdoa dan bekerja. Begitu Pak jalan pikiran saya.  Salam, Tan Lookay


 
 


2







-- 
Best regards, Tantono Subagyo
 














      

Kirim email ke