Uly:
Selain gue... CAC yang bilang secara tersirat, dengan istilah "konsesi" dan 
"imbalan" yang digunakan, weks! Huehehehe. 
Kalau enggak, kenapa dia pake istilah-istilah itu coba? Dan kenapa Sindhunata 
yang disalahkan setiap mendiskusikan perubahan istilah dari tionghoa ke Cina? 
 
KH:
Dari dulu muter2 terus di situ. Padahal udah dijelasin berkali-kali keputusan 
seminar AD itu kagak memperhidungkan apa pendapat Lie Tek Tjeng n K Sindhunata. 
Apa gua kudu pake bahasa Sunda supaya lu BISA ngarti? Sindhunata mah teu 
dideuleu ku bos2 seminar AD, ngarti teu?
 
Nih dari <Tionghoa dalam Pusaran Politik>, Benny G. Setiono, Elkasa, halaman 
963:
Menurut pengakuan Sindhunatha dalam diskusi di kantor majalah Gamma, September 
1999 yang dihadiri Mely G. Tan, Candra Setiawan (Ketua Umum Matakin), Lieus 
Sungkharisma (Ketua Umum PARTI) dan Benny G. Setiono, ia diminta dalam rapat 
G5-KOTI untuk memilih apa yang sebaiknya digunakan, Tionghoa atau Cina, dan ia 
memilih Cina. Hal ini kembali dinyatakan oleh Sindhunatha dalam Diskusi Akbar 
"Tugas dan Kewajiban Etnis Tionghoa dalam Membangun Bangsa dan Negara" yang 
diselenggarakan Perhimpunan INTI Jakarta, pada 27 April 2002 bertempat di Hotel 
Mercure Rekso, Jakarta
-----------------------------------------------
Uly:
1. Isi artikel di majalah Sinar itu apa? coba bawa kesini. 
Yang gue tahu mah dia bilang Suharto masih baik karena tidak melarang total 
tapi masih membolehkan perayaan imlek di rumah masing-masing.
 
KH:
Pernyataan Sindhunatha sudah gua tulis di thread ini, lu baca aja.
-----------------------------------------------
Uly:
2. Jadi Asimilasinya sendiri nggak ada masalah ya? Urusan paksa memaksanya 
doank yang tidak disukai?
Pantesan selama ini argumen yang alergi asimilasi itu banyakan kedodoran enggak 
konsisten.
Rupanya paksaannya yang jadi masalah, konsepnya sendiri nggak kenapa-kenapa.
Tapi orang enggan terang-terangan ngomong masalahnya apa. Enggak to the point, 
jadinya muter-muter enggak jelas.
 
 
KH:
Masalahnya adalah: kemampuan lu dalam membaca tulisan orang SANGAT KURANG. Jadi 
apa yang sudah ditulis panjang lebar, lu tanya lagi (padahal sudah jelas).
Di sini banyak yang kasih contoh tentang asimilasi yang terjadi scr alami 
antara Tionghoa dan Pribumi, waktu orang2 Eropa belum ada di nusantara. Di sini 
yang kagak ada yang gak setuju asimilasi model begini.
 
---------------------------------------------
Uly:
3. Yang waktu itu gencar dengan kritikan terhadap agama tionghoa (tridharma) 
itu kan Liem Hok Liong? Kok Sindhunata yang dituding itu kenapa? Apa lantaran 
dia lebih beken bin ngetrend? Atau karena dia pimpinan maka dianggap 
bertanggungjawab atas pendapat yang disampaikan anggotanya? 
Dan bukankah kritikan ini ditentang keras oleh sesama anggota LPKB sendiri Oen 
Tjhing Tiaw?
Jadi peranan Sindhunata disitu apa? Kambing hitam?
 
KH:
Di sini sudah berkali-kali ditulis tuduhan Sindhunatha bahwa KHC dan pemujaan 
leluhur membuat orang Tionghoa berorientasi ke negeri leluhur. 
Tapi lu malah berpikir: dia ngomong begitu karena dia adalah pengagum KHC
 
Lu nyebut Oen Tjhing Tiauw, tau gak dia itu penganut KHC? tau gak bagaimana 
konsep asimilasi menurut dia?
Ini tulisan dia di Star Weekly 16 April 1960:
Dengan hormat saya beritahukan, bahwa saya dapat menerima pokok maksud tulisan 
sdr. Ong Hok Ham berjudul "Asimilasi dan Manifesto Poltik" dalam "Star Weekly" 
2 April 1960, akan tetapi tidak membenarkan dengan jalan uraiannya, antara lain 
yang mengatakan, bahwa "hanya asimilasi dapat memecahkan persoalan minoritet".
..
Asimilasi, pada kenyataannya hanya merupakan jalanan kecil penuh bronggolan 
batu buat menuju ke penyelesaian masalah minoritet. Jalan ke asimilasi 
memerlukan jalan leber dan rata. Menurut saya, asimilasi hanya merupakan lobang 
kuburan untuk jenazah kakek minoritet.
..
Pendapat sdr. Ong Hok Ham, bahwa sikap mayoritet sekarang terhadap minoritet 
peranakan Tionghoa antaranya disebabkan juga minoritet peranakan Tionghoa 
"tidak mau ikut serta dalam usaha-usaha negara" menurut saya serupa seperti 
dinyatakan oleh suatu outsider yang melihat keadaan dari belakang meja tulis 
saja.
Sedari Konperensi ekonomi yang pertama di Jogya, yang dilangsungkan sebelum 
penyerahan kedaulatan, dan belakangan dengan Konperensi2 untuk usaha 
pembangunan yang diadakan sesudah meperoleh kemerdekaan, minoritet peranakan 
Tionghoa tidak pernah diundang buat ambil bahagian. Jangan kata minta diundang 
dan duduk dalam konperensi2 itu, sedang minta menghadiri konperensi2 begtu 
sebagai pendengar saja sudah tidak diperkenankan.
Sampaipun, berlawanan dengan adat ke-Timuran, orang memajukan permohonan buat 
dapat bacakan prasaran saja dalam Kongres KENSI di Surabaya, telah ditolak.
Organisasi2 dalam bidang ekonomi, seperti Dewan Perniagaan dan Perusahaan, 
majelis Industri Indoensia dan lain2 dan organisasi dagang dan perusahaan, 
menutup pintu, tidak suka berikan tempat pada minoritet peranakan Tionghoa.
Dalam usaha sosial, peranakan Tionghoa hanya diberikan hak buat menderma, atau 
kalau diperlukan tenaganya, diberikan tugas dalam keuangan.
Minta ikut serta usaha yang dilakukan oleh pihak mayoritet ditolak, bergerak 
sendiri dikatakan ekslusif.
Dengan begini, apa yang minoritet peranakan Tionghoa dapat berbuat guna usaha 
pembangunan negara?
....
----------------------------------------
Uly:
Tyus Gue mau tanya, bener nggak pada jaman itu (taon 60an) kalau orang nggak 
dipaksa untuk belajar bahasa Indonesia, akan lebih suka pake bahasa daerah 
sendiri yang bisa menghambat untuk persatuan dan kesatuan bangsa? sehingga 
sampai keluar himbauan tionghoa yang WNI gak boleh masuk sekolah tionghoa yang 
pengantarnya berbahasa mandarin? 
 
KH:
Kembali lagi lu nanya masalah yang udah dijawab dan dibahas berkali2.
Kalo lu masih nganggep teori Sindhunata itu masuk akal, coba tanya ke bokap lu, 
apa ada temannya yang bersekolah di sekolah Tionghoa, dan tidak bisa bhs 
Indonesia.
------------------------------------
Uly:
4. (KingHian, udah tiga kok tiga lagi sih, hihihihi) 
Soal jurus "Good chinese and Ugly Chinamen". Ini menarik untuk dibahas, sebab 
semenjak pertama kali LPKB dibentuk, inilah jurus utamanya LPKB menandingi 
BAPERKI. Strateginya adalah, "kami mungkin sama-sama tionghoa tapi kami BEDA" 
dan sepanjang sepak terjangnya inilah terusan di usung. Maka dua makalah 
menyoal tionghoa di seminar AD utamanya adalah untuk membedakan "tionghoa WNI 
dengan tionghoa WNA."
Nah, kalau menurut King Hian, adakah jurus lain yang bisa dilakukan di saat 
gonjang ganjing seperti itu?  
 
KH:
Buat orang2 seperti mereka (yang dalam KHC disebut "xiaoren"), kalo kepepet 
mungkin jurus yang paling ampuh adalah "jurus mencelakakan teman sendiri"
Sampai sekarang banyak koq orang2 yang masih pake jurus begini.
 
---------------------------------------
Uly:
Tyus ya, elu kok berani mengasosiasikan ini tenglang normal yang itu tidak 
normal itu atas dasar apa? 
 
KH:
Tnglang normal:
1. yang paham bahwa nasionalisme seseorang tidak bisa ditentukan dari agama, 
tradisi, ataupun kemampuan berbahasanya
2. yang sadar bahwa penghilangan identitas seseorang/sekelompok melalui konsep 
asimilasi ala LPKB adalah bertentangan dengan HAM
3. yang mengerti bahwa manusia yang bilingual, trilingual (atau lebih) adalah 
hal yang biasa, jadi tidak perlu ada pelarangan terhadap satu bahasa tertentu
4. yang bermoral, sehingga tidak akan melakukan: mencelakakan teman untuk 
menyelamatkan diri sendiri
5. yang berani mengakui kesalahan masa lalu, tidak menjadi bunglon atau 
pahlawan kesiangan
 
KH
 


--- On Sun, 10/12/08, Ulysee <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Ulysee <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: RE: [budaya_tionghua] Re: buku baru (3) - ayat ayat cina
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Sunday, October 12, 2008, 9:56 AM







Selain gue... CAC yang bilang secara tersirat, dengan istilah "konsesi" dan 
"imbalan" yang digunakan, weks! Huehehehe. 
Kalau enggak, kenapa dia pake istilah-istilah itu coba? Dan kenapa Sindhunata 
yang disalahkan setiap mendiskusikan perubahan istilah dari tionghoa ke Cina? 
 
Tyus ya, elu kok berani mengasosiasikan ini tenglang normal yang itu tidak 
normal itu atas dasar apa? 
 
Tyus lagi : 
1. Isi artikel di majalah Sinar itu apa? coba bawa kesini. 
Yang gue tahu mah dia bilang Suharto masih baik karena tidak melarang total 
tapi masih membolehkan perayaan imlek di rumah masing-masing.
 
2. Jadi Asimilasinya sendiri nggak ada masalah ya? Urusan paksa memaksanya 
doank yang tidak disukai?
Pantesan selama ini argumen yang alergi asimilasi itu banyakan kedodoran enggak 
konsisten.
Rupanya paksaannya yang jadi masalah, konsepnya sendiri nggak kenapa-kenapa.
Tapi orang enggan terang-terangan ngomong masalahnya apa. Enggak to the point, 
jadinya muter-muter enggak jelas.
 
3. Yang waktu itu gencar dengan kritikan terhadap agama tionghoa (tridharma) 
itu kan Liem Hok Liong? Kok Sindhunata yang dituding itu kenapa? Apa lantaran 
dia lebih beken bin ngetrend? Atau karena dia pimpinan maka dianggap 
bertanggungjawab atas pendapat yang disampaikan anggotanya? 
Dan bukankah kritikan ini ditentang keras oleh sesama anggota LPKB sendiri Oen 
Tjhing Tiaw?
Jadi peranan Sindhunata disitu apa? Kambing hitam?
 
Tyus Gue mau tanya, bener nggak pada jaman itu (taon 60an) kalau orang nggak 
dipaksa untuk belajar bahasa Indonesia, akan lebih suka pake bahasa daerah 
sendiri yang bisa menghambat untuk persatuan dan kesatuan bangsa? sehingga 
sampai keluar himbauan tionghoa yang WNI gak boleh masuk sekolah tionghoa yang 
pengantarnya berbahasa mandarin? 
 
4. (KingHian, udah tiga kok tiga lagi sih, hihihihi) 
Soal jurus "Good chinese and Ugly Chinamen". Ini menarik untuk dibahas, sebab 
semenjak pertama kali LPKB dibentuk, inilah jurus utamanya LPKB menandingi 
BAPERKI. Strateginya adalah, "kami mungkin sama-sama tionghoa tapi kami BEDA" 
dan sepanjang sepak terjangnya inilah terusan di usung. Maka dua makalah 
menyoal tionghoa di seminar AD utamanya adalah untuk membedakan "tionghoa WNI 
dengan tionghoa WNA."
Nah, kalau menurut King Hian, adakah jurus lain yang bisa dilakukan di saat 
gonjang ganjing seperti itu?  
 
Ini gue tanya, sebab ada asuk-asuk yang bilang, stereotyping dan prejudice, 
hanya bisa ditangkis dengan satu jurus itu, yaitu dengan ekstrim menjunjukkan 
bahwa orang tionghoa itu beda-beda cara pikirnya. DIbilang eksklusif, maka 
ditunjukkan yang tidak eksklusif -> pesan yang mau disampaikan: tidak semua 
seperti itu. 
dan, ENGKONG, ini gue bukan ngomong masa lalu lhoh, gue ngomong untuk strategi 
masa depan! 
 
Hehehe, mahaff teman-temin, gue selipin pesan buat engkong, sebab kemaren 
engkong ngomelin gue, sebagai anak muda bukannya mikir masa depan malah utik 
utik masa lalu melulu, huehehehe,bukannya apa, seiring dengan roda berputar, 
cina lagi diatas sekarang, gue pengen pelajari masalalu, buat antisipasi kalau 
rodanya muter lagi, getoh. Paranoid, mungkin. Tapi sejarah dipelajari supaya 
tidak diulangi  bukan? 
 
 
 
 
 


-----Original Message-----
From: budaya_tionghua@ yahoogroups. com [mailto:budaya_ tionghua@ yahoogroups. 
com] On Behalf Of King Hian
Sent: Saturday, October 11, 2008 10:51 AM
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: buku baru (3) - ayat ayat cina








Uly:
Ogah ah jadi trader. Serem! liat aja Sindunata, sekali jadi trader 
seumur hidup sampai ke liang kubur namanya masih disebut dengan tidak 
hormat. Sorry yeh, gue sih kaga minat jadi martir kek gitu. 

KH:
Yang bilang dia jadi trader kan cuma lu. Emang siapa lagi yang juga bilang dia 
jadi trader?
Gua kasi tau lu ya, yang membuat K Sindhunata tidak disukai Tnglang (yang 
NORMAL) adalah:
1. dia ada di belakang orba untuk menekan budaya Tionghoa (dalam wawancara 
dengan majalah Sinar, dia mengaku bahwa dia yang mengusulkan pelarangan 
perayaan tahun baru imlek kepada presiden Soeharto)
2. dia embahnya LPKB yang menganjurkan (baca: memaksakan) konsep asimilasi. 
Bukan asimilasinya yang bermasalah, tapi asimilasi yang dipaksakan yang kaga 
bener
3. dia menuduh orang yang "masih" melakukan budaya/tradisi (dan agama) 
Tionghoa akan berorientasi ke negeri leluhur, bukan ke Indonesia
3. dia pake jurus: "we're the good chinese n they're the ugly chinamen". Untuk 
memperlihatkan kebaikan kelompoknya, dia tega menjelekkan kelompok (terutama 
yang berbeda budayanya) terhadap pihak lain.
 
KH

--- On Sat, 10/11/08, ulysee_me2 <[EMAIL PROTECTED] com.sg> wrote:

From: ulysee_me2 <[EMAIL PROTECTED] com.sg>
Subject: [budaya_tionghua] Re: buku baru (3) - ayat ayat cina
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Saturday, October 11, 2008, 8:52 AM




Iiihhh Agoeng, siapa elo kok berani berani nodong gue? Pangkat 
militer kaga punya, anggota Triad juga bukan.

Mbok ya kalau nodong itu di acara seminar AD, biar gue kaga bisa 
kabur. Krrrkkkekekeke.

Ogah ah jadi trader. Serem! liat aja Sindunata, sekali jadi trader 
seumur hidup sampai ke liang kubur namanya masih disebut dengan tidak 
hormat. Sorry yeh, gue sih kaga minat jadi martir kek gitu. 

Omm Nano.... ide bagus tuh. Bole juga bikin bikin parodi, Ayat Ayat 
CINA... krrrrrkkkekekeke. .... tentang cina dan tionghoa yang kisahnya 
kayak sampek engtay. Krrrrkkkekekekeke

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "danarhadi2000" 
<danarhadi2000@ ...> wrote:
>
> Ci Ul lebih suka kata "Cina", soale lebih pendek.
> 
> "Ada Apa Dengan 'CINA'?" Mungkin ci Ul mau menyutradarai filem " 
> Ayat Ayat Cina". Tapi minta izin copyright dulu dari CSIS ha ha ha
> 
> 
> Salam 
> 
> danardono
> 
> 
> 
> --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, agoeng_set@ wrote:
> >
> > Ya udah generasi muda sepakat dah pake istilah tionghoa beres 
kan. 
> ( lg nodong ully suruh langsung setuju, biar dia jadi tradernya) 
> > 
> > Kaburrrrrrrrrrrrrrr rr hehehehee
> > 
> > Lo sediain konsumsi donk. oB g juga dah lama ga dapet objekan tuh 
> suka nanya kok ga pernah disuruh bersih2 lg, hehehehe
> > Sent from my BlackBerry?
> > powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> > 
> > -----Original Message-----
> > From: "ulysee_me2" <ulysee_me2@ >
> > 
> > Date: Fri, 10 Oct 2008 01:04:01 
> > To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com>
> > Subject: [budaya_tionghua] Re: buku baru (3)
> > 
> > 
> > Barangkali harus dibikin buku tanggapan, APA KATA HATI ORANG CINA 
> dan
> > APA KATA HATI ORANG TIONGHOA?
> > 
> > Atau bukunya tanggapannya nanti dikasih judul "Ada Apa 
> Dengan 'CINA'?"
> > AADC versi baru, hahahahaha
> > 
> > Back to topik, kita mestinya malu nih, sampai ada yang spekulasi 
> soal
> > sebutan cina dan tionghoa, padahal menurut mereka yang disebut 
itu 
> ya
> > satu warna, satu jenis, apa bedanya? Berarti keruwetan yang sampai
> > dibukukan ini sudah waktunya di urai.
> > 
> > Nggak cuman di urai, kudunya dibikin kesepakatan, ke depan 
harusnya
> > gimana? Kesepakatan di tangan generasi muda ajah, generasi engkong
> > dan babeh harus pasrah, sebab yang menanggungnya nanti adalah yang
> > muda-muda, generasi kini dan yad. Maka dasar sebutan harus bisa
> > dipertanggungjawabk an dan di copy sampai seabad kemudian.
> > 
> > Huehehehe, gimana, mau bikin acara bedah buku di Pangjay? 
huehehehe.
> > Gue sih cari kesempatan kopi darat neh, udah lama kaga kumpul2.
> > Kuatir itu pangjay keburu jamuran euy.
> > 
> > 
> > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "hartantodedy"
> > <hartantodedy@ > wrote:
> > >
> > > Dear All,
> > >
> > > Maafkan saya (bukan ngajak perang), kalau melihat tulisan macam 
> ini
> > > jadi teringat masalah yang sudah dianggap tidak ada 
> (selesai)"Totok
> > > dan Babah".
> > > Menurut saya pribadi kalau dibuat APA KATA HATI ORANG BABAH, 
pasti
> > > ada beberapa point sama dengan APA KATA HATI ORANG PRIBUMI.
> > >
> > > Salam,
> > > Dedy
> > >
> >
>




Internal Virus Database is out-of-date.
Checked by AVG.
Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.6 - Release Date: 10/5/2008 12:00 AM


Internal Virus Database is out-of-date.
Checked by AVG.
Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.6 - Release Date: 10/5/2008 12:00 AM
 














      

Kirim email ke