Kesimpulan :

 

Kita tidak bisa komplain atas sikap mertua terhadap mantu wanita.

Yang bisa kita lakukan, hanya janganlah kita seperti mereka.

 

Janganlah kita sebagai orang tua mendikte anak & mantu kita.

Saat mereka melawan, trus kita ucapkan kata-kata "Put Hao" atau "Anak tak
tahu balas budi" dan sejenisnya.

 

Kita harus ingat dalam dunia ini ada ikatan jodoh sehingga kita bisa
bertemu, berkumpul bahkan menjadi keluarga.

Banyak orang tua suka mengeluh anak & mantu tidak pedul tapi mereka tidak
pernah sadar jika mereka pernah melukai perasaan anak & mantu mereka.

Mereka hanya tahu perasaaan mereka saat tidak seorangpun anak & mantu yang
peduli dengannya.

 

Semua orang yang baru menikah tentu senang berkumpul dengan dua belah pihak
keluarga.

Tapi orang tua tidak pernah sadar mengapa setelah anak & mantu mereka
menikah sekian lama menjadi tidak peduli dengan mereka.

 

Sekedar renungan...

Soalnya Lim Wiss melihat nenek Lim Wiss dulu pernah memperlakukan anak
laki-laki dengan perempuan secara tidak adil.

Akhirnya kini nenek Lim Wiss harus tinggal sendirian.

Bukan kita sebagai anak muda tidak peduli tapi coba kita renungkan jika kita
dimaki & dimarahi apapun yang kita lakukan apakah kita masih mau peduli
terhadap orang tsb?

 

Dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai anak perempuan harus terima
kenyataan jika orang tua kita tidak peduli pada diri kita saat kita susah,
bahkan menutup pintu mereka rapat-rapat karena merasa anak perempuan setelah
menikah adalah milik keluarga laki-laki atau mertua tidak peduli terhadap
mantu perempuan yang sakit.

 

Kejadian ini bukan hanya menimpa suku khe tetapi semua suku. Permasalahannya
bukan pada suku tetapi pada sifat orang.

 

Rgds,

Lim Wiss

 

  _____  

From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Dewi Chandra
Sent: Thursday, November 13, 2008 2:28 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Pria suku Khe

 


Dear rekan 2x semua

 

Saya setuju pendapat rekan Lim Wiss di bawah ini :

"Tetapi yang Lim Wiss lihat dalam kehidupan sehari-hari cenderung anak
laki-laki dituntut memperhatikan & membela keluarga laki-laki.

Wanita yang sudah menikah, harus memperhatikan keluarga laki-laki pula. Ini
yang Lim Wiss rasa tidak adil dalam kehidupan sehari-hari.

 

Saya merasa ada ketidakadilan dalam antara laki dan perempuan, bahwa masih
ada keluarga laki yang menuntut dan menanamkan "dokrin" bahwa menantu
perempuan harus ikut pihak laki2x (dalam arti harus
mengutamakan,memperhatikan)

Bila mertua pihak laki2x nya pun care pada pihak menantu, saya pikir tidak
ada masalah karena toh setelah menikah seharusnya ortu tua pihak laki atu pr
adalah orang tua anak/menantunya juga.Tapi bila sebaliknya bila pihak ortu
laki terkesan sikap "gila hormat" maksudnya kita harus hormat2x dengan
mereka,padahal kita sebagai menantu (bila bertemu) dianggap (diajak bicara)
pun tidak, bisa dibayangkan bagaimana perasaaan menantu perempuan?Dalam hal
ini sebagai suami pun "tidak bisa apa2x" menuruti kehendak ortunya

Saya kok melihat justru laki2x di luar suku khe tidak begitu.bhakan begitu
sayang pada keluarga istrinya.

Saya berusaha tidak menyamakan semua lakix suku khe begitu,(mohon maaf bila
ada yg tersinggung yah)  <http://mail.yimg.com/a/i/mesg/tsmileys2/01.gif>
tapi begitula yang terjadi.

Jadi, ungkapan lebih baik punya anak perempuan lebih baik pun dalam hal ini
tidak berlaku, bagaimana bisa berlaku (jangankan untuk tinggal /dirawat)
bila orang tua /saudara pihak ce datang ke rumah anak/menantunya saja tidak
dianggap/tidak diajak bicara?

Sedangkan bila orang tua/saudara pihak laki datang, wah, bagaikan mengadakan
pesta.

Bisa dibayangkan bgm perasaan pihak perempuan??

Jadi, saya masih berpikir ada budaya orang tua dulu yang masih KOLOT dan
TIDAK ADIL,  ini SUSAH DIUBAH,karena ini seakan sudah menjadi prinsip
hidup.Terkadang saya berpikir, apa mereka yang sudah sepuh itu & KOLOT,
tidak berpikir bagaimana bila anak perempuan mereka yang diperlakukan seperi
itu???

 

Rgds

Dewi 

 

Reply via email to