Iya betul aneh kayaknya soalnya terakhir2 ini mochtar riady gemar mensponsori 
kegiatan2 budaya tionghoa, kmrn ini dia sponsori lomba nyanyi antar perkumpulan 
tionghoa ( sekolah) di gedung serba guna UPH.
-----Original Message-----
From: "Senggoan" <sengg...@tanito.co.id>

Date: Wed, 25 Feb 2009 14:37:37 
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ada yang sudah baca majalah "Campus Asia" 
edisi/nomor 8 Volume 2 February 2009


Hehehe.. keluarga Ryadi ini memang sedikit aneh.. mereka demikian salehnya 
beragama, tapi dibalik itu dlm menjalankan bisnisnya demikian curangnya, contoh 
terakhir kaburnya stasiun tv berlangganan Astro, yg menyisakan banyak uang 
pelanggannya yg tidak dikembalikan.

Jadi dlm hal ini apakah agama dipakai sebagai kedok utk bisnis curang atau 
bisnis curang yg dipakai kedok utk agama ??

salam
seng goan


  ----- Original Message ----- 
  From: zho...@yahoo.com 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, February 24, 2009 9:59 PM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ada yang sudah baca majalah "Campus Asia" 
edisi/nomor 8 Volume 2 February 2009


  Kalau keluarga mohtar riady sih tak heran, james riady kan pendeta!


  Sent from my BlackBerry®
  powered by Sinyal Kuat INDOSAT



------------------------------------------------------------------------------
  From: "ardian_c" 
  Date: Wed, 25 Feb 2009 05:03:06 -0000
  To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Ada yang sudah baca majalah "Campus Asia" 
edisi/nomor 8 Volume 2 February 2009


  yup sebuah contoh jg fanatisme gila2an yg nyuci otak org buat ANTI
  thdp suatu kebudayaan.

  lucunya kok pake nama campus ya ? hehehehehehehhe

  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, lkart...@... wrote:
  >
  > Quoting ardian_c <ardia...@...>:
  > 
  > > ya wajar kale kalu mo komplaen disini, mosok komplainnye ditempat
  laen ?
  > >
  > > kita jg gak bakalan tau tuh ada kasus kayak getu kalu gak dari doi.
  > 
  > RSS,
  > 
  > Nggak usah sewot sebab ini adalah sebuah contoh bahwa sebenarnya kita 
  > tidak boleh menilai sebuah kebudayaan dengan tolok ukur kebudayaan 
  > lain. Jadi kelihatannya penulis artikel tersebut termasuk golongan 
  > yang tidak berbudaya atau setidak-tidaknya tidak mengerti kebudayaan.
  > 
  > salam
  > 
  > loek's
  >




  

Kirim email ke