Menghadapi opini2 negatif seperti itu, sebenarnya sekarang kita tak perlu naik darah, biarkanlah mereka memojokan budaya Tionghoa, akhirnya yang rugi adalah kelompok mereka sendiri .
Sekarang zaman sudah berubah, pamor budaya tionghoa sedang naik daun, berbagai lembaga agama di Indonesia bahkan ikut berbondong2 merayakan sincia, di mall2 yg pakai shanghai dress merah saat sincia bukan terbatas nona nyonya Tionghoa. Mereka yang menjelek2kan budaya tionghoa malah akan dijauhi orang, akhirnya mereka sendiri akan semakin terkucil, percayalah! Mereka sedang panik, sedang melakukan perlawanan terakhir sebelum ajal ----- 垂死的争扎 Chui si de zhengza! ________________________________ From: Rifky <rifky.seti...@yahoo.com> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Thursday, February 26, 2009 6:24:21 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ada yang sudah baca majalah "Campus Asia" edisi/nomor 8 Volume 2 February 2009 Sebagai orang media, yang saya tahu media tetap memiliki batasan dan ukuran bagaimana sebuah lelucon. Kalau memang itu lelucon, seharusnya dirubrikasikan ke dalam rubrik lelucon. Indikator berikutnya, lelucon itu tidak boleh menyinggung persoalan SARA. So, kalau saya baca ceritanya, itu bukan lelucon. Itu sebuah penulisan yang konyol dan tidak mengacu pada cover both side, sebagai salah satu prinsip dalam jurnalistik. Artinya hanya penulisan dan opini sepihak. Bagaimana dengan Hak Jawab? Pedomannya, HAK JAWAB adalah hak seseorang, sekelompok orang, organisasi ataubadan hukum untuk menanggapi dan menyanggah pemberitaan atau karyajurnalistik yang melanggar Kode Etik Jurnalistik, terutama kekeliruan danketidakakuratan fakta, yang merugikan nama baiknya kepada pers yang memublikasikan.Hak Jawab harus berasaskan keadilan, kepentingan umum, proporsionalitas, danprofesionalitas.Dan, pers wajib melayani setiap Hak Jawab. Karena opini tersebut merupakan opini sepihak, dan ketidakakuratan fakta itu merupakan KESENGAJAAN (karena memang opini sepihak, sengaja membuat opini tertentu), menurut saya, tidak tepat kalau berada dalam konteks HAK JAWAB. Mereka HARUS meminta maaf kepada warga Tionghoa atas penghinaan itu. Layangkan surat protes, mereka harus menerbitkan permohonan maaf. Tentu menjadi tidak dewasa jika mind frame kita justeru harus terjebak dalam balas-balasan. Karena, konteksnya bukan soal polemik, tapi ini soal artikel yang dibumbui opini penulis. Mohon maaf, dalam konsep jurnalistik kami di JURNAL BOGOR, kami mengacu pada JURNALISME POSITIF, artinya setiap kasus harus diniatkan dulu untuk membangun sesuatu. Jika itu kritik, maka berita itu harus mampu membangun. Jika itu opini, tentu harus membukakan mata agar orang tahu pada kesalahannya, tanpa ia harus merasa sakit. Memang, sangat disayangkan media yang begitu kuat aksesnya pada warga Tionghoa, justeru melakukan hal tersebut. Padahal, berbagai kendala sering kami (JURNAL BOGOR) hadapi dalam upaya menjalin persahabatan dengan warga Tionghoa di Bogor, yang belum tentu dengan mudah menerima niat baik untuk menceritakan kebudayaan atau berbagi pengetahuannya. . Tapi, itu bukan berarti bahwa media harus dengan seenak perut menyampaikan sesuatu. Saat ada kritik yang disampaikan terhadap kami, kami wajib menanggapi ralat atau kritik tersebut. Tidak hanya bagi warga Tionghoa, bagi masyarakat Islam yang sangat fanatis pun pernah kami tanggapi. Karena, prinsipnya: media itu milik publik. Mohon maaf jika kurang berkenan. Salam persahabatan Rifky Setiadi - JURNAL BOGOR ________________________________ From: David rw <davidrw.milis@ gmail.com> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Thursday, February 26, 2009 1:38:51 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ada yang sudah baca majalah "Campus Asia" edisi/nomor 8 Volume 2 February 2009 Lelucon ada batasan dan aturannya dong .coba bro yulianto buat artikel lelucon tentang islam.pasti mampus lu.. Sent from my JAVELIN® powered by INDOSAT ________________________________ From: yulianto qin Date: Thu, 26 Feb 2009 13:07:38 +0900 To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ada yang sudah baca majalah "Campus Asia" edisi/nomor 8 Volume 2 February 2009 Hahaha... kalau baca artikel itu (sepertinya yang part 1 ngga bisa dibuka) saya malah tertawa hehehe. komentar-komentar yang didalam kurung itu seperti lelucon saja bagi saya. Artikel2 macam ini (mengolok-olok? ) banyak juga ditemui di majalah2 barat (salah satunya bisa baca contoh artikel di majalah MAD yang kadang ada artikel yg mengolok2 stereotype orang-orang Yahudi, Chinese, India dll). Anggap saja sebagai ini sebuah artikel lelucon. Atau kalau ada yang mau bisa membuat surat sanggahan kan dalam dunia jurnalisme ada yang disebut hak jawab? Atau bisa juga bikin artikel tandingan, yang mana suka saja. Jangan malah karena cuma artikel lelucon macam ini lalu bakar-bakar kantor redaksinya, pecah-pecahin kaca, maki-maki hehehe. Yuk bikin artikel tentang budaya Tionghoa yang menarik dengan photo-photo yang ciamik, mumpung lagi Visit Indonesia Year...lumayan bisa bantu devisa negara dan bantu orang-orang yg ndak ngerti budaya Tionghoa jadi lebih terbuka pikirannya. salam Yulianto Qin On Thu, Feb 26, 2009 at 12:12 PM, susi males <susi_ma...@yahoo. com> wrote: Lihat artikel ini ada di attachment, tolong terjemahkan dan nilai sendiri. Sangat tidak profesional menurut saya karena cenderung memojokan kebudayaan tionghoa.. Menurut anda? Thanks and Peace --- On Wed, 2/25/09, agoeng_...@yahoo. com <agoeng_...@yahoo. com> wrote: > From: agoeng_...@yahoo. com <agoeng_...@yahoo. com> > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ada yang sudah baca majalah "Campus Asia" > edisi/nomor 8 Volume 2 February 2009 > To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com > Date: Wednesday, February 25, 2009, 4:31 AM > Iya betul aneh kayaknya soalnya terakhir2 ini mochtar riady > gemar mensponsori kegiatan2 budaya tionghoa, kmrn ini dia > sponsori lomba nyanyi antar perkumpulan tionghoa ( sekolah) > di gedung serba guna UPH. > -----Original Message----- > From: "Senggoan" <sengg...@tanito. co.id> > > Date: Wed, 25 Feb 2009 14:37:37 > To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com> > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ada yang sudah baca > majalah "Campus Asia" edisi/nomor 8 Volume 2 > February 2009 > > > Hehehe.. keluarga Ryadi ini memang sedikit aneh.. mereka > demikian salehnya beragama, tapi dibalik itu dlm menjalankan > bisnisnya demikian curangnya, contoh terakhir kaburnya > stasiun tv berlangganan Astro, yg menyisakan banyak uang > pelanggannya yg tidak dikembalikan.. > > Jadi dlm hal ini apakah agama dipakai sebagai kedok utk > bisnis curang atau bisnis curang yg dipakai kedok utk agama > ?? > > salam > seng goan > > > ----- Original Message ----- > From: zho...@yahoo. com > To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com > Sent: Tuesday, February 24, 2009 9:59 PM > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ada yang sudah baca > majalah "Campus Asia" edisi/nomor 8 Volume 2 > February 2009 > > > Kalau keluarga mohtar riady sih tak heran, james riady > kan pendeta! > > > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > > > ------------ --------- --------- --------- --------- --------- - > From: "ardian_c" > Date: Wed, 25 Feb 2009 05:03:06 -0000 > To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com> > Subject: [budaya_tionghua] Re: Ada yang sudah baca > majalah "Campus Asia" edisi/nomor 8 Volume 2 > February 2009 > > > yup sebuah contoh jg fanatisme gila2an yg nyuci otak org > buat ANTI > thdp suatu kebudayaan. > > lucunya kok pake nama campus ya ? hehehehehehehhe > > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, lkart...@... > wrote: > > > > Quoting ardian_c <ardia...@...>: > > > > > ya wajar kale kalu mo komplaen disini, mosok > komplainnye ditempat > laen ? > > > > > > kita jg gak bakalan tau tuh ada kasus kayak > getu kalu gak dari doi. > > > > RSS, > > > > Nggak usah sewot sebab ini adalah sebuah contoh > bahwa sebenarnya kita > > tidak boleh menilai sebuah kebudayaan dengan tolok > ukur kebudayaan > > lain. Jadi kelihatannya penulis artikel tersebut > termasuk golongan > > yang tidak berbudaya atau setidak-tidaknya tidak > mengerti kebudayaan. > > > > salam > > > > loek's > >