From: melani chia

Di Indonesia akan selalu ngalami hal seperti ini,selama pemerintah
tdk tegas mengatur yg namanya fasilitas umum,termasuk perkuburan
untuk negara yg sudah teratur,harus ikut atruan tdk bisa suka2 bikin
kuburan dlm ukuran besar ditempat pemakaman umum,tdk peduli kaya
nya sampe menakutkan.
+++
Pemerintah sebenarnya sudah membuat aturan khusus untuk pemakaman
dimana luasnya tidak boleh lebih dari 1 x 2 M² dan polanya tersusun rapi
mirip taman makam pahlawan.
Yang repot yah para Tenglang, mana mau kuburannya kicit, bila dibolehkan
gunung Gede juga dibeli buat kuburan keluarga.
Untuk ini maka solusinya ada istilah yayasan pengelola tanah, yang 
peruntukan
awal adalah rumah/resapan air dan berganti menjadi beton dan hutan bangke.

Di kota kecil makam masih ditanami tanami tanaman keras semodel Randu,
Ketapang dll, dan demi uang maka tanaman besar tidak disarankan oleh para
ahli hongsui, sehingga ntu isi makam pasti kepanasan deh.
Mengapa demikian ?, semua kembali ke bisnis.....ada pohon gede repot 
ngurusnya
belum lagi ditakut takuti akar akan nembus peti mati. ( padahal sudah 
betonisasi ).

Ada satu warga Bogor dari daerah Darmaga, beliau semasa hidupnya sangat
dikenal masyarakat sekitar karena kedermawaannya, ketika meninggal
terpaksa di kubur dibelakang rumahnya dibawah pohon pisang.
Ketika ditanya mengapa tidak di makam kan di Gunung Gadung ?, dijawab enteng
berapa puluh juta perak harus keluar ?, demikian juga dengan para cina bokek 
di belakang
Surken dan Lebak Pasar dan lainnya, aku perkirakan para cina tersebut akan 
sama prinsipnya
dengan akubuang ajah ke Cisadane/Ciliwung, buang duitnya gak ketahan booo.

Ada sih pekuburan murah masih disekitar Cipaku sebelum gunung gadung, hanya
milik umumnya milik Kristen, mirip TPU Jati Petamburan di Jakarta.

Aku punya kisah unik, mendapat tugas untuk memugar salah satu nenek moyang
pemilik kota Bogor, lokasi di Ciampea, data hanya ada bong dengan tulisan 
mandarin
( ada 2 kuburan berdempetan ) yang satu tulisannya jelas ( istri ) sedang 
yang satunya
tidak dikenal .
Luasnya kurang lebih 200 M², ketika aku kelilingi, dibelakangnya sudah 
kecaplok
beberapa makam, akhirnya aku kasih patok dan pohon bambu sekelilingnya 
ditambah
nama terbuat dari marmer.
Dalam hati sih koq repot amat nyari sampai Ciampea, padahal di daerah Parung 
banyak
banget Bong yang tanpa nama, kenapa gak itu ajah dipatok dan dikasih plang 
nama, bila
perlu semua bong yang tanpa nama di kasih nama, biar nanti ada yang ndut 
bisa gratis
dapat tanah.........

Aku tanya mengapa bong tsb tanpa nama, dijawab dulu ketika perang melawan 
kompeni
banyak yang mati, dan supaya kuburannya tidak dibongkar untuk dijadikan alat 
bukti maka
bong nya tanpa nama.....dan luasnya rata rata puluhan M².

Mohon informasi ke rekan disini apa ada Bong yang tanpa nama ?, apakah ada 
isinya apa
memang seperti cerita diatas ?

sur. 

Reply via email to