Semua berpulang lagi kepada ketegasan pemerintah,
Org Sg juga dulu sangat susah diatur,ada pemugaran
klenteng untuk peruntukan umum,tentu saja senior 
Lee Kwan Yew abis dimaki2 org, bahasa Inggris dijadikan
bahasa officila itu juga kontroversial,tentunya semua dilakukan
demi kebaikan negara,saat itu siapa yg mau datang bangun negara
kecil yg tdk ada apa2nya??????,ada juga mesjid yg gusur didaerah
Orchad,juga pemerintah dimaki,..tdk mudah untuk merubah,..karna
beliau khatolik,tentu saja agamanya dibawa2 sama tenglang yg marah
bio digusur, disini tersebar banyak gereja,bio chinese,temple hindu,mesjid
kalau sampe ada yg maki kafir dll,rasanya ada yg salah dg org2,kecuali gusur
krn semena2 tanpa alasan,kalau buat kepentingan yg lebih luas kenapa tdk?
 
Begitu juga dg praktek dukun,entah itu malay atau chinese,sampe yg namanya
boleh ngider bawa kliningan buat cari pelangan, juga ini akhirnya dilarang ,krn 
ada
beberapa kasus pemerkosaan,persis sama didaerah di Indo,bermula dari praktek
dukun,patien perempuan disuruh nginep,lagi tidur lelap diperkosa,...lagian 
pemimpin
di sini lebih berpikir kedepan, hanya pendidikan bisa bikin org idup lebih baek.

9 th lalu,org malay ,masih pegang teguh,tdk boleh memberi donor organ mereka
bertentangan dg ajaran islam,tapi boleh terima dari org lain,HARAM dong 
ya???????
mereka akhirnya sadar,buka mata lebar-lebar,sekarang sudah mau sudah keluar yg
namanya FATWA,boleh donor organ,...itukan lebih baek daripada hanya alasan agama
yg tdk jelas,mendingan buat nolong org yg sangat membutuhkan,egois amat boleh 
trima
tdk boleh memberi.
 
Begitu juga dg kasus SARS(severe acute respiratory syndrome),..yg bukan muslim
begitu meninggal langsung dibungkus plastik,dikremasi,tdk ada kesempatan buat
keluarga untuk melihat,mengingat virusnya begitu ganas,yg malay islam tetap 
berpegang
alasan agama harus dikebumikan,..kurang tau apakah 50 th akan datang itu virus 
sudah mati atau malah timbul MUTASI VIRUS baru,kalau terjadi gusur 
kubur,...sangat sulit mendidik mereka.


--- On Sun, 29/3/09, gsuryana <gsury...@indo.net.id> wrote:

From: gsuryana <gsury...@indo.net.id>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Chengbeng hari ziarah
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Sunday, 29 March, 2009, 1:45 AM






From: melani chia

Di Indonesia akan selalu ngalami hal seperti ini,selama pemerintah
tdk tegas mengatur yg namanya fasilitas umum,termasuk perkuburan
untuk negara yg sudah teratur,harus ikut atruan tdk bisa suka2 bikin
kuburan dlm ukuran besar ditempat pemakaman umum,tdk peduli kaya
nya sampe menakutkan.
+++
Pemerintah sebenarnya sudah membuat aturan khusus untuk pemakaman
dimana luasnya tidak boleh lebih dari 1 x 2 M² dan polanya tersusun rapi
mirip taman makam pahlawan.
Yang repot yah para Tenglang, mana mau kuburannya kicit, bila dibolehkan
gunung Gede juga dibeli buat kuburan keluarga.
Untuk ini maka solusinya ada istilah yayasan pengelola tanah, yang 
peruntukan
awal adalah rumah/resapan air dan berganti menjadi beton dan hutan bangke.

Di kota kecil makam masih ditanami tanami tanaman keras semodel Randu,
Ketapang dll, dan demi uang maka tanaman besar tidak disarankan oleh para
ahli hongsui, sehingga ntu isi makam pasti kepanasan deh.
Mengapa demikian ?, semua kembali ke bisnis.....ada pohon gede repot 
ngurusnya
belum lagi ditakut takuti akar akan nembus peti mati. ( padahal sudah 
betonisasi ).

Ada satu warga Bogor dari daerah Darmaga, beliau semasa hidupnya sangat
dikenal masyarakat sekitar karena kedermawaannya, ketika meninggal
terpaksa di kubur dibelakang rumahnya dibawah pohon pisang.
Ketika ditanya mengapa tidak di makam kan di Gunung Gadung ?, dijawab enteng
berapa puluh juta perak harus keluar ?, demikian juga dengan para cina bokek 
di belakang
Surken dan Lebak Pasar dan lainnya, aku perkirakan para cina tersebut akan 
sama prinsipnya
dengan akubuang ajah ke Cisadane/Ciliwung, buang duitnya gak ketahan booo.

Ada sih pekuburan murah masih disekitar Cipaku sebelum gunung gadung, hanya
milik umumnya milik Kristen, mirip TPU Jati Petamburan di Jakarta.

Aku punya kisah unik, mendapat tugas untuk memugar salah satu nenek moyang
pemilik kota Bogor, lokasi di Ciampea, data hanya ada bong dengan tulisan 
mandarin
( ada 2 kuburan berdempetan ) yang satu tulisannya jelas ( istri ) sedang 
yang satunya
tidak dikenal .
Luasnya kurang lebih 200 M², ketika aku kelilingi, dibelakangnya sudah 
kecaplok
beberapa makam, akhirnya aku kasih patok dan pohon bambu sekelilingnya 
ditambah
nama terbuat dari marmer.
Dalam hati sih koq repot amat nyari sampai Ciampea, padahal di daerah Parung 
banyak
banget Bong yang tanpa nama, kenapa gak itu ajah dipatok dan dikasih plang 
nama, bila
perlu semua bong yang tanpa nama di kasih nama, biar nanti ada yang ndut 
bisa gratis
dapat tanah....... ..

Aku tanya mengapa bong tsb tanpa nama, dijawab dulu ketika perang melawan 
kompeni
banyak yang mati, dan supaya kuburannya tidak dibongkar untuk dijadikan alat 
bukti maka
bong nya tanpa nama.....dan luasnya rata rata puluhan M².

Mohon informasi ke rekan disini apa ada Bong yang tanpa nama ?, apakah ada 
isinya apa
memang seperti cerita diatas ?

sur. 

















      

Kirim email ke