Ada sebab ada akibat, hal itu berlaku di dua sisi. Melihat dan dilihat. Menilai 
dan dinilai. :)
Pastinya sejarah tidak dapat dipungkiri, pengingkar sejarah berarti mengacuhkan 
diri.
Kedinamisan pola pikir maju, edukasi moral, dan dilanjutkan dengan aksi 'saat 
ini' dapat menjadi penawar sejarah pahit.

Cheers,
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-----Original Message-----
From: "M. Huda" <huda...@yahoo.co.uk>
Date: Tue, 22 Dec 2009 13:06:40 
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Extrimisme dalam agama adalah gerakan yang 
paling berbahaya. OOT

Maaf, ikutan lagi...

I'm a muslim and I would like to say that I feel sorry for some anarchy done by 
some muslims. I know I can;t represent muslim as a whole but
I've seen and believed there are huge number of good peace-loving muslims more 
than those we may call the bad ones. It's just that most of times majority of 
good people do nothing, that's why evil always rules. And I say, that actually 
sometimes, even many times, those people doing misconduct aren't really that 
evil, they're just uneducated and they don't understand.

Dan terus terang saya tidak punya solusi apapun tentang masalah pembangunan 
rumah ibadah, terutama pembangunan gereja, saya tidak benar-benar mengerti apa 
masalahnya. Tapi some muslim people suggested me kalau mereka merasa terancam 
dengan kristenisasi dan, tidak bermaksud buruk, saya beberapa kali mengalami, 
well, semacam marketing agama (saya memang magnet bagi para sales, baik MLM, 
sales asuransi, sales politik maupun sales agama, I don;t know why) . Saya 
beberapa kali  "dipaksa" menerima Yesus, "dipaksa" ikut NII (Negara Islam 
Indonesia), "dipaksa" ikut shiah, "dipaksa"
coblos si A, dan "dipaksa" ikut MLM (hehehe).

But really, hatred are everywhere. Saya sering dikasih tau sama orang "jangan 
pilih partai A, banyak cina-nya!" "Jangan pilih si B, terlalu deket
sama cina", dll. Saya juga sering dikasih tau, "jangan makan di rumah orang 
kristen, nanti elo dikasih daging babi, bilangnya daging kambing", dll.
Saya juga pernah mendengar, "Muhammad tukang (maaf) ng****t, napsunya gede. 
Ngapain si lo ikut agama seks maniak", dll. Saya juga sering
dengar, "Orang arab tuh bangsat bangsat. Licik dan penipu." Dan masih banyak 
lagi. Dan pada akhirnya saya banyak menemukan A benci B,
B benci C, C benci D, D benci A, A juga benci C dan D, B benci A, C dan D, dll. 
Pada intinya setiap orang memusuhi setiap orang. Saya berpikir
kalau saya mengikuti mereka saya akan berakhir memiliki banyak musuh dan tak 
punya teman sama sekali.

Dulu saya sekolah di sekolah Islam, ketika saya lulus dan masuk sekolah negeri, 
teman pertama saya seorang kristen dan suatu hari saya terpaksa
ke rumahnya utk mengerjakan tugas dan  dia menyediakan sajadah bagi saya untuk 
sholat di rumahnya. 
Dan waktu itu saya berpikir, "Bukankah seharusnya dia ngasih daging babi diam 
diam ya? " Instead he prepared me sajadah. Rupanya dia sudah sering memiliki 
teman2 muslim yg berkunjung ke rumahnya sehingga dia menyediakan sajadah untuk 
mereka. Dia bahkan menyediakan makanan berbuka ketika saya harus masih berada 
di rumahnya saat maghrib bulan puasa.

It was amazing experience. I used to be affraid of christians for people 
telling me they eat pork and they liked to poison muslims. But my first 
experience
memiliki teman kristen adalah kebalikannya. Sejak itu saya selalu berusaha 
mengenal orang-orang yang dicap "musuh". 

Di kalangan keturunan Arab, orang-orang keturunan Tionghoa disebut sebagai 
"baodeh". Saya dulu sering mendengar orang-orang mencaci
orang-orang yg tidak sholat atau melalukan hal-hal buruk dengan sebutan, "dasar 
baodeh! ngga sunat ente!" atau "mata elo merem kaya baodeh!", dll. Dan 
sepertinya menjadi "baodeh" itu buruk sekali. Di antara pribumi pun keturunan 
Tionghoa sering menjadi bahan olokan seperti (maaf) "penisnya kecil kaya 
kelingking bayi. cina ga sunat". (Tentu saja tidak semua mereka begitu, 
beberapa malah mengagumi kebudayaan Tionghoa dan Cina). Hanya suatu hari saya 
kuliah di mana banyak keturunan Tionghoa dan saya mengenal orang-orang 
keturunan Tionghoa yang ramah dan lucu-lucu. I mean I was like, "wow they're 
not as bad as I've heard".

Dan kejadian-kejadian seperti itu banyak sekali terjadi di mana-mana. Hatred. I 
mean, saya pun pernah waktu kuliah suatu hari utk mengisi waktu bulan puasa dan 
mencari uang jajan tambahan, saya dan teman saya, seorang batak kristen, 
mengantarkan parsel-parsel natal. Kami sampai di rumah
seorang Tionghoa dan ketika saya ingin mengantarkan parselnya dia menyuruh saya 
dengan kasar agar tidak masuk gerbang. Dia bilang, "kamu teroris ya?
Itu kamu bawa bom ya!" dan dia memaki-maki saya dengan kasar mengata-ngatai 
saya terroris. Mungkin karena wajah saya yg agak ketimurtengahan.

Saya berusaha sabar dan ramah dengan meyakinkan diri saya dalam hati, "God is 
good. He is patience". Tapi teman saya yang Batak ini panasan orangnya dan dia 
mengambil parsel itu dan melemparkannya sambil memaki-maki, "dasar cina ga tau 
diri. Gw bakar lo di sini sekarang juga!
Gw dulu puas bakar-bakar cina!" sampai si punya rumah ketakutan. Bahkan dia 
sampai mengambil batu dan melempari si rumah
Tionghoa ini.

Ketika di mobil saya berpikir keras, "Why? Why? Why?".

Dan sepanjang hidup saya sampai sekarang, saya bertemu dengan 
kebencian-kebencian ini dan sampai sekarang saya masih terus bertanya,
"why? Why? Why ?".

Tapi somehow, saya juga menemukan, orang-orang ini sebenarnya bukan orang 
jahat. Seperti teman saya yg batak kristen yg sangat anti-cina
itu, dia orang baik, bertanggung jawab, menyayangi keluarganya, memelihara 
hewan-hewan sakit, sopan dan ramah, dll. I mean, how can someone like that can 
hate other group ? Banyak sekali orang-orang yg anti kristen, anti islam, anti 
cina, atau anti arab, dan anti amerika, mereka pada dasarnya
orang-orang baik. Dan menurut saya yg membuat mereka bisa sampai mencaci maki, 
membakar, bahkan membunuh adalah karena
ketidaktahuan. Mereka tidak mengenal dan tidak mengerti.

Seperti saya pernah diberitahu "injil tu buatan setan" dan ketika saya membuka 
alkitab dan membaca, "sayangilah orang lain seperti kamu
menyayangi diri sendiri" dan "jika seorang menampar pipi kananmu, berikan pipi 
kirimu, jika seseorang menginginkan bajumu, berikan pula
jubahmu" saya berpikir, "wow, apa yang setan tentang ini?". Saya berpikir 
mungkin, mungkin, jika orang saling mengenal masing-masing mereka
akan menyadari bahwa kecurigaan dan ketakutan mereka itu tidak benar. Jika 
mereka mempelajari agama orang lain, budaya orang
lain, mau mendengar musik orang lain, dll mungkin mereka akan mengerti dan 
tidak lagi membenci. Dan bakar membakar tidak
akan terjadi lagi. Seperti saya pernah membaca quran dan di situ tertulis, 
"Sesungguhnya Tuhanmu menciptakanmu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu 
saling mengenal".

I think the solution would be education. Dan sikap pengertian, memaafkan serta 
perbuatan baik juga berpengaruh. Seperti teman kristen pertama saya yang
menyediakan sajadah dan makanan berbuka merubah drastis rasa takut dan curiga 
saya terhadap orang kristen. Hanya karena perbuatan baik sederhana.

Just share. Maaf kalau ada kata-kata yang salah dan menyinggung.

 -=   M. Huda    =-




________________________________
From: ikkyosensei_ym <ikkyosen...@gmail.com>
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Tue, 22 December, 2009 17:19:56
Subject: [budaya_tionghua] Re: Extrimisme dalam agama adalah gerakan yang 
paling berbahaya. OOT

  
Dear Zhoufy,

Yach... Amerika saja sudah memahami, melalui perih terbakarnya WTC, perlunya 
memahami cara pandang dari sisi sebaliknya. Dan pendekatan kekuatan/kekuasaan 
sudah tidak lagi efektif menyelesaikan konflik.

Di jaman modern, kekuatan tidak lagi polar, bro. Tapi terpecah-pecah dalam 
banyak group. Jaman dulu, kekuasaan hukum sedemikian besarnya untuk mengatasi 
segalanya. Jaman sekarang, pengusaha, religi, dan LSM sudah terbukti ampuh 
kekuasaannya dalam menentukan arah masa depan.

Kalau satu orang yang nyeleneh jelas tidak mampu melawan hukum. Tapi, kalau 
sudah pembakaran oleh massa ... menurut saya naif jika tetap berkeras bahwa itu 
hanya "oknum tidak bertanggung jawab". 
Carilah, pahamilah alasan mereka melakukan itu. Memang memahami lebih memakan 
banyak waktu dan usaha, tapi paling tidak bisa memperpanjang masa damai.

Boleh percaya atau tidak... silahkan lanjutkan pembangunan gereja yang tidak 
"diterima masyarakat", maka saya ramalkan pembakaran akan terus terjadi.
Silahkan kerahkan kekuatan untuk "memaksakan" pembangunan, maka saya ramalkan 
akan tergalang kekuatan perlawanan yang lebih besar lagi.
Sampai dimana kepuasan uji coba anda tersebut? Sampai mendapatkan bomb yang 
mampu merubuhkan beton terkuat?

Btw, kok jadi saya yang ngebelain ajaran belas kasih yach? Khan harusnya saya 
yang menyalibkan belas  kasih ... he he he.

Salam,

Chen Gui Xin

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, zho...@... wrote:
>
> Bung, di zaman moden, di negeri yg penduduknya begitu padat, himbauan moral 
> bukanlah jawaban yg tepat thd gesekan sosial. 
> 
> Jika utk mendirikan sebuah bangunan kita hrs selalu minta izin lingkungan, 
> ini bisa menjadi masalah. Satu orang saja sentimen thd kita, kita tak bisa 
> membangun rumah kita! Meski rumah kita tak melanggar apa2
> 
> Di masyarakat urban modern, tak bisa semua masalah menunggu diselesaikan dng 
> musyawarah mufakat spt kehidupan desa, maka dibentuklah pemerintahan yg 
> mengatur segala, semua dijalankan dng hukum, itu baru sehat.
> 
> 
> 
> 
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> 
>


      

Kirim email ke