ada pay ama leluhurnya gak ya ? hehehehehehehehehe

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tantono Subagyo <tant...@...> wrote:
>
> Rekans,
> Pada tanggal 5 Desember yang lalu saya menikahkan anak perempuan saya. Besan
> saya adalah Tionghua Makassar dari suku Khe.  Adat yang dipakai adat Jawa
> (yang saya ketahui karena saya dibesarkan diadat Jawa, sudah tentu lengkap
> dengan siraman, midodareni dan sungkeman ( bersimpuh dipangkuan orang tua )
> sehari sebelumnya (tgl 4 Desember) untuk pamit dan penghormatan sebelum
> memulai hidup baru.  Pagi tanggal 5 Desember temanten berpakaian Jawa
> lengkap dengan keris dan blangkon lalu melaksanakan pernikahan catatan sipil
> dan pemberkatan di Gereja (GPIB Filadelfia).  Setelah acara Gereja kami ke
> rumah besan dimana diadakan upacara thee pay, mempelai (masih dalam pakaian
> Jawa) menyuguhkan teh dan memberi hormat (soja) tiga kali dan berpamitan
> kepada para tetua baik dari keluarga besan (Marga Tung) maupun kepada
> keluarga pihak saya.  Gado-gado, mungkin, tetapi bagi saya terasa indah
> karena toleransi kami satu sama lain dam kami lebih mementingkan esensi
> penghormatan daripada caranya.  Cara Jawa, sungkeman kita jalankan,soja 3 x
> kita jalankan demikian juga dengan thee pay, semua sama hormatnya dan semua
> sama indahnya.  Tidak ada dari pihak Gereja yang menyalahkan cara sungkeman
> atau soja seperti itu karena Kristen juga memerintahkan menghormati orang
> tua.  Mau lihat bukti ?.  kapan-kapan ketemuan saya tunjukkan fotonya.
> Sojah, Tan Lookay
>


Kirim email ke