Wah, ntar klo Pastornya pake jubah bersulam naga gitu, yang ada malah keliatan 
kayak Tosu ato Saikong donk Hehehe....



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli <ghozalli2...@...> 
wrote:
>
> Dear member,
> Memang benar ketika diajukan sebagai hari raya nasional, Imlek diposisikan 
> sebagai hari raya agama Konghucu.  Kelompok PSMTI maupun INTI tidak bisa 
> mengajukannya sebagai hari raya budaya ethnis Tionghoa.  Sebab tidak mungkin 
> suatu ethnis memiliki hari libur sendiri sendiri. Ingat di Indonesia ada 
> ratusan ethnis, kalau satu dikasih izin yg lain juga boleh, celakalah kita 
> yang setiap hari libur, kapan kerjanya? Namun bagi kami, umat Katholik, kami 
> menganggap Imlek sebagai hari raya budaya Tionghoa oleh sebab itu gereja 
> Katholik yang mempunyai umat dominasi Tionghoa, diadakan acara bagi jeruk 
> yang telah diberkati pastur, interior gereja digubah ala oriental, bahkan 
> dahulu barongsai boleh main di halaman gereja. Bukan itu saja di gereja kami 
> (Regina Caeli) anak anak dikasih angpao dan sewaktu Imlek lalu,
>  banyak umat yang datang pakai baju merah dan anak anak pakai baju naga.  
> Kalau saja Vatican kasih izin Pastur pakai baju naga, mungkin saja Pastur 
> kami berjubah merah bersulam naga emas. RGDS.TG
>


Reply via email to