Ini sangat menarik. Tolong sebutkan siapa sarjana nuklir Indonesia yang khusus menangani reaktor pada saat itu ? Thn 1964 ? Saya sangat meragukan info ini. Adalah sangat berbea menangani reaktor sub-kritis dengan reaktor yang bekerja pada daerah kritis seperti reaktor daya. So, kemahiran mengoperasikan reaktor sub-kritis belum dapat dijadikan dasar keyakinan atas kompetensi pengelolaan rekator kritis. Tolong sebutkan, apakah ada kader bangsa yang saat ini sengaja ditempatkan untuk bekerja di reaktor reaktor daya di dunia ? Mempresentasikan pemahaman mengenai keselamatan rekator tentu jauh berbeda dengan rutinitas melakukan berbagai langkah pengaman reaktor. Yang paling penting harus dipersiapkan bukan kompetensi menjalankan reaktor pada kondisi normal namun kemampuan mengatasi masalah jika reaktor bermasalah. Melihat naik turunnya rod control dalam moderator serta mengamati panel naik turunnya temperatur adalah hal yang sangat nyaman dibandingkan kepanikan jika terjadi kecelakaan dan ketenangan yang dibutuhkan utk mengatasi persoalan secara tepat, dingin dan cepat. Secara kasat mata, kita harus mengakui bahwa disiplin kita sebagai bangsa belum meyakinkan untuk hal seperti ini. Katakanlah bahwa ekspert kita sudah siap, bagaimana skenario yang ada jika terjadi kecelakaan di Muria ? Tolong dijelaskan disini. bahkan sampai saat ini, kita belum pernah diinformasikan kemana limbah akan dibuang ? Memang secara statistik, frekuensi kecelakaan reaktor sangat kecil. Namun coba kalikan frekuensi yang kecil itu dengan skala kerusakan yang dasyat dan berlangsung dalam beberapa generasi ? Secara statistik tentu saja frekuensi terjadinya kecelakaan di jalan raya jauh lebih besar dari kecelakaan reaktor, namun jika dikalikan dengan skala kerusakan yang ditimbulkan...tentu kecelakaan reaktor jauh lebih mengerikan daripada kecelakaan lalu lintas. Kita pernah dengar bahwa dalam perkembangan teknologi reaktor adalah generasi terbaru yang sangat aman ? Tolong dijelaskan apa perbedaan antara generasi terbaru tersebut dengan reaktor...yang katakanlah konvensional ? Apakah ekspert kita sudah menguasai teknologi ini ? Salam, Irry. ekki kurniawan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: PUTRA-PUTRI INDONESIA SUDAH BISA MENGOPRASIONALKAN REAKTOR NUKLIR SEJAK TAHUN 1964.
Oh ya..Minggu kemarin saya pergi Batan-Bandung untuk pertama kali, Saya jumpa dengan Ibu sudjatmi Ka Subid Oprasi dan Perawatan Reaktor. Yang membolehkan saya melihat langsung reaktor triga 2000W. Reaktor tersebut kebetulan sdg Shut-Down, karena menunggu proses pengisian dan infeksi fuel.Jika proses itu selesai maka reaktor akan Star-Up lagi, tinggal tekan tombol aja yang ada di control room. Saya sangat kagum dan salut terhadap kemampuan putra-putri Indonesia. Karena sudah mampu mengoprasionalkan reaktor nuklir sejak tahun 1964. Perlu diketahui bahwa reaktor Trigra Mark II yang ada di Bandung itu merupakan reaktor pertama di Indonesia. Pada th 2000 Kapasitas nya berhasil ditingkatkan dari 1 MW menjadi 2 MW. Saya melihat prinsip kerja nya mirip dengan reaktor daya yang menggunakan air sebagai moderator, ada cooling water, cooling tower dsb. Suhu fuel mencapai 927K, kapasitas daya saat operasional dibatasi sampai 1500 W, agar suhu airnya tidak melampaui 50 derajat celcius. Di ruang control room ada beberapa panel yang menunjukan pergerakan 5 buah control rod, thermometer display , dan power meter display, very interresting! Saya ucapkan terimakasih kepada ibu sudjatmi atas sambutannya, inshaAllah saya akan datang lagi kesana untuk belajar lebih banyak. Terimakasih.