Pak Mas Liks.....udah Pak, masih pake Mas ya....hehehe... Di Jawa memang masih ada istilah 'trah'. Di keluarga saya, ada 2 trah yang diikuti, dari trah mbah putri dan mbah kakung (putra), Semua dari keluarga ayah. Yang satu berkumpul setahun sekali, yang satunya 2thn sekali, sama2 pas lebaran. Menakjubkan memang, kalau dihitung2 bisa mencapai 450org dan 400org untuk tiap trah, walaupun yang saya kenal paling banyak sepertiganya.....
Menarik, bahwa tradisi ini masih terus dijalankan. Meski diakui bahwa tidak mudah mengundang orang untuk datang, apalagi yang tinggal ditempat yang jauh. Tapi bahwa ada usaha untuk tetap mengikat sebagai satu trah, bahwa masing2 diajak mengenang siapa sih nenek-kakek moyangnya, itu bagi saya sudah amazing.... Cuma memang di Jawa nama trah tidak dilekatkan pada nama masing2 anggotanya, jadi tidak bisa terlacak. Ini yang membedakan dengan Batak, Menado, Flores.....ada lagi? Salam, riyanto ----- Original Message ---- From: mas liks <[EMAIL PROTECTED]> To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Sent: Tuesday, November 27, 2007 4:28:39 PM Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] studi kasus nama panggilan orang tua waduh sungguh diskusi yang suangat berharga nih, cuman dari masalah nama dan marga saja saya jadi makin tertakjubkan dengan khasanah budaya nusantara. trus jadi miki2, koq berarti sebenarnya persinggungan2 budaya itu dimana2 sama, misalnya panggilan waktu kecil, sebutan untuk tante/om, dll dsb kalo marga, bukanya di jawa juga ada trah? kan dulu ada tu yang trah suromenggolo, atau yosodipuro dsbh dll hihihi... hmm baca2 posting lagi aaah.. asik nih