Pak Manneke, Mungkin 'criticism" untuk sebuah karya tulis, belum begitu populer di Indonesia. tetapi di Inggris misalnya, banyak hasil-hasil karya 'criticism" bisa membuat penulis kritik tersebut sama terkenalnya dnegan penulis novel yang dikritik. Misalnya penulis kritik Inggris yang cukup terkenal adalah Mark Kinkead-weeks, yang membuat criticism pada novelnya William Golding - "Lord of the Flies", dimana William Golding memenangkan Nobel Prize untuk literature untuk hasil karyanya tersebut. Dalam kritiknya, Mark Kinkead-weeks lebih membuat para pembaca novel tersebut terbuka lebar cara berpikirnya akan "study of the human condition", dimana dalam Lord of the Flies hanya digambarkan kelakuan para anak-anak laki-laki yang beranjak dewasa, yang tersesat dalam pulau, dan tidak ada mahluk lain (orang dewasa ataupun perempuan) dalam pulau tersebut. Dalam kritiknya Kinkead-weeks menyatakan bahwa gambaran "perempuan/female" dalam novel tersebut hanya digambarkan dalam binatang yang akan dibunuh oleh para laki-laki tersebut:"Kill the pig; cut HER throat; spill HER blood", dimana jalan cerita menggambarkan akan kelakuan mereka makin menjadi "violent" dengan adanya target yang akan dibunuhnya. Padahal yang akhirnya terbunuh adalah salah satu dari mereka sendiri, sama sekali bukan binatang. Jadi Pak Manneke tidak perlu merendahkan diri dengan hasil kritik tersebut yang mendapatkan penghargaan akan karya tulis bapak tersebut. Mudah-mudahan akan lebih banyak lagi karya kritik pak Manneke, untuk novel-novel yang dihasilkan oleh para penulis Indonesia, dimasa mendatang. Salam, Yuli
manneke budiman <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Bu Inez Saya bisa dengan yakin menganggukan kepala untuk point pertama, tapi tak berani mengiyakan untuk point kedua. Nanti dapet label 'ikan hiu' dari Bung Sohib, He he he... manneke