Maaf, Pak Moderator, sumber artikelnya bukan dari kompas.. Semoga diloloskan di milis.. :-)
Quote: ".. *Jakarta* - Wiranto saat menjabat Menhankam/Pangab pernah meminta agar NAMRU-2 dihentikan. NAMRU-2 melakukan penyelidikan di laut yang membahayakan pertahanan dan keamanan nasional. "NAMRU melakukan penelitian di laut. Makanya Wiranto berang," kata pengamat intelijen Wawan Purwanto dalam diskusi di Bidakara, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat, (25/4/2008). .. *Jakarta* - Lewat surat, Menlu era Presiden Gus Dur, Alwi Shihab, sudah memutuskan hubungan kerja sama dengan NAMRU tahun 2000. Setelah itu, ternyata Pemerintah Indonesia dengan AS masih terus berunding untuk memperpanjang operasional NAMRU. .. *Jakarta* - Ganti pemerintahan, ganti pula kebijakannya. Tampaknya pameo ini yang terjadi dalam proyek NAMRU. Pemerintahan BJ Habibie berniat hentikan proyek kerjasama dengan US NAVY itu, pemerintahan SBY malah sebaliknya. Fakta demikian dicerminkan tiga dokumen dari dua era pemerintahan itu. Dua dokumen pertama adalah surat resmi yang dikirimkan Menhankam/Pangab Jenderal Wiranto dan Menlu Ali Alatas pada yang masing-masing tertanggal 9 Nopember 1998 dan 19 Oktober 1999. Meski terpaut 11 bulan, isi dua surat berklasifikasi konfidensial pada Menkes RI dan Presiden RI tersebut sama. Yakni menyarankan penghentian kontrak kerjasama proyek NAMRU mengingat manfaat IPTEK dan politis yang diperoleh Pemerintah RI tidak sebanding dengan dampak negatif atas pertahanan keamanan yang muncul. .. Dokumen ketiga adalah pernyataan bersama Presiden SBY dengan Presiden George W. Bush dalam pertemuan bilateral mereka di Istana Bogor pada 20 November 2006. Dua Kepala Pemerintah menyatakan mereka sepakat bekerjasama di bidang medis untuk menangkal wabah infeksi menular, dan untuk keperluan ini termasuk melanjutkan negoisasi melanjutkan proyek NAMRU-2. .." Pantesan aja Habibie 'didesak' untuk cepat" turun dari jabatan.. GD juga begitu.. Mega yang 'berani' tidak memberikan ABB, dikalahkan.. sementara ada yang mendapat 'kado ultah' berupa ledakan bom di kuningan.. Emang sih kalo udah cinta dan menganggap sebagai negara kedua, dibilang apa juga egp.. yang penting, 'my love'.. :-p CMIIW.. Wassalam, Irwan.K ---------- Forwarded message ---------- From: Date: 2008/4/26 Subject: "Paduan Suara Namru" => Menkes: Kita Dikhianati, Lengkapi Data, Menkes Minta Buku Pengamat Intelijen, Wiranto Berang Soal NAMRU-2 Kapan selesainya.... Jadi kayak paduan suara saja..... 26/04/2008 08:23 WIB Wiranto Berang Soal NAMRU-2 Fitraya Ramadhanny - detikcom <http://ad.detik.com/link/peristiwa/prs-zyrex012008.ad> *Jakarta* - Wiranto saat menjabat Menhankam/Pangab pernah meminta agar NAMRU-2 dihentikan. NAMRU-2 melakukan penyelidikan di laut yang membahayakan pertahanan dan keamanan nasional. "NAMRU melakukan penelitian di laut. Makanya Wiranto berang," kata pengamat intelijen Wawan Purwanto dalam diskusi di Bidakara, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat, (25/4/2008). Menurut Wawan penelitian di laut itu memang berbahaya karena bisa mendeteksi semua kekayaan alam di laut. Temuan ini bisa dimanfaatkan sepihak untuk pertahanan negara asing, dalam hal ini AS. Menurut Wawan, Wiranto menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah pusat, disusul menlu saat itu Alwi Shihab pada 2000. Namun protes itu dimentahkan. "Ini soal kepentingan. Ada yang mementahkan di dalam karena ada kepentingan lain," jelas Wawan. Namun Wawan enggan menjelaskan siapa yang mementahkan protes soaL NAMRU-2. Sejak 2000-2005, NAMRU-2 bekerja hanya bermodalkan suarat edaran. Surat siapakah? "Nggak usah disebut deh," elaknya.* ( fay / gah ) * 26/04/2008 07:49 WIB MTA NAMRU Bukan Mengemis Uang Fitraya Ramadhanny - detikcom * Jakarta - Menkes AS Michael O Leavitt dikutip Straits Times menuding Indonesia menginginkan pembayaran yang menyebabkan MoU NAMRU-2 mandeg. Menkes Siti Fadillah supari membantahnya. Mutual Transfer Agreement bukan mengemis uang. "Itu adalah benefits sharing. Kalau dalam Islam itu bagi hasil," kata Menkes dalam diskusi di Bidakara, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat, (25/4/2008). Menurut Menkes, yang terjadi selama ini adalah virus dibawa ke AS dan dimasak menjadi biang vaksin . Namun biang vaksin itu dikomersilkan AS untuk kepentingan mereka. "Virus itu dari mana datangnya, itu milik negara tersebut," kata Menkes. Kerja sama sejajar dan transparan itu yang diatur dalam Mutual Transfer Agreement (MTA). Dubes AS Cameron Hume mengatakan dalam jumpa persnya MTA ditentukan WHO, namun menurut Menkes, MTA adalah perjuangan Indonesia untuk kepentingan seluruh dunia. "Kalau kasih spesimen harus memakai MTA," jelasnya. Menkes menjelaskan MoU yhang sedang dibahas dalam 6 bulan ini mengandung 4 unsur. Pemerintah Indonesia menginginkan MTA, virus tidak dijadikan senjata biologis, tidak ada kekebalan diplomatik dan transparan serta membela kepentingan umat manusia. "Mereka minta 60 orang (kekebalan diplomatik). Padahal kalau fair kan enak," pungkasnya. ( fay / gah ) * 26/04/2008 07:42 WIB Perundingan NAMRU Gagal Terganjal Kekebalan Diplomatik Gagah Wijoseno - detikcom *Jakarta* - Lewat surat, Menlu era Presiden Gus Dur, Alwi Shihab, sudah memutuskan hubungan kerja sama dengan NAMRU tahun 2000. Setelah itu, ternyata Pemerintah Indonesia dengan AS masih terus berunding untuk memperpanjang operasional NAMRU. Ada 3 kali perundingan yang terjadi selama 2000-2001. Hal itu terungkap dalam surat dari Menlu Hassan Wirajuda tertuju Menko Polhukam, Menhan, dan Menkes. Dalam salinan surat yang diterima *detikcom*, disebutkan perundingan terjadi pada tanggal 5 Mei 2000, 8 Juni 2000, dan 18 Januari 2001. Perundingan tidak mendapat titik temu alias gagal. Menlu Hassan Wirajuda lewat surat bernomor 231/PO/VIII/2004/61/01 menerangkan kenapa perundingan tidak mencapai titik temu. Pemerintah AS tidak setuju klausul soal status diplomatik personel NAMRU yang ditawarkan Pemerintah Indonesia. "Kegagalan ini disebabkan karena AS bersikeras menolak tawaran Indonesia yang hanya bersedia memberikan status diplomatik kepada ketua dan/atau wakil ketua NAMRU-2," kata Hassan. "Tawaran Indonesia ini merupakan tawaran maksimal yang dapat diberikan sesuai dengan hukum nasional dan internasional," tambah Hassan. Di awal surat yang dikeluarkan tanggal 25 Agustus 2004 tersebut, Hassan mengakui surat dari Alwi Shihab sebagai tanda dihentikannya kerjasama dengan NAMRU. "Bersama ini dengan hormat kami sampaikan bahwa secara yuridis, persetujuan Indonesia-NAMRU tahun 1970 telah berakhir dengan penyampaian surat dari Menlu RI kepada Dubes AS tanggal 28 Januari 2000," terangnya.* ( gah / gah ) * 26/04/2008 07:04 WIB Menkes: Kita Dikhianati Fitraya Ramadhanny - detikcom <http://ad.detik.com/link/peristiwa/prs-zyrex012008.ad> *Jakarta* - Wall Street Journal dalam editorialnya menuding Menkes Siti Fadillah Supari sengaja menahan virus flu burung dan dinilai membahayakan kemanusian. Menkes mempunyai alasan kuat. "Saya tidak menahan virus. Kita mengirim 20 sampel tapi kita dikhianati karena mereka tidak mengirimkan MTA," kata Menkes dalam diskusi di Bidakara, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (25/4/2008). Menurut Menkes, pemerintah Indonesia sudah bersedia mengirimkan virus ke AS pada November 2007 dengan berdasarkan interim statement. Namun AS tidak melakukan *Mutual Transfer Agreement* (MTA) sesuai kesepakatan awal. "MTA tidak pernah kita peroleh," jelasnya. Hal itulah yang mendasari dia menahan penelitian sampai ada kesepakatan baru. Mengenai tudingan Wall Street Journal edisi 18 April itu, Menkes menanggapinya dengan santai. "Saya biasa dihujat begitu," pungkasnya.* ( fay / gah ) * 26/04/2008 06:21 WIB Lengkapi Data, Menkes Minta Buku Pengamat Intelijen Fitraya Ramadhanny - detikcom <http://ad.detik.com/link/peristiwa/prs-zyrex012008.ad> *Jakarta* - Menkes Siti Fadillah Supari bersanding dengan pengamat intelijen Wawan Purwanto dalam diskusi soal NAMRU-2. Namun Wawan punya data lebih lengkap soal riset-riset NAMRU, Menkes pun meminta contekan. Wawan memang membawa buku tebal hasil penelitiannya dalam diskusi di Bidakara, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat, (25/4/2008). Menkes juga membawa data, namun kalah tebal. "NAMRU pernah melakukan riset soal malaria, mengambil sampel darah juga. Namun transfer teknologi dan publikasi tidak ada," kata Wawan membolak-balik catatannya.. Menkes juga membolak-balik catatannya, namun data serupa tidak dia temukan. "Saya heran Pak Wawan lebih tahu NAMRU dari pada saya," celetuk Menkes. Moderator acara yang juga Sekjen FUI Muhammad Al Khaththath langsung menimpali. "Wah pengamat intelijen lain dong, Bu," disambut gerr para hadirin. "Saya kan peneliti, Bu, soal politik hankam sosial budaya. Kalau Ibu kan peneliti kesehatan saja," ujar Wawan merendah. "Nanti saya minta catatannya ya," pinta Menkes. "Boleh bu," sahut Wawan sambil melanjutkan penjelasannya.* ( fay / gah ) * 26/04/2008 05:42 WIB Kontroversi NAMRU Ganti Pemerintahan, Ganti Niatnya Luhur Hertanto - detikcom <http://ad.detik.com/link/peristiwa/prs-zyrex012008.ad> *Jakarta* - Ganti pemerintahan, ganti pula kebijakannya. Tampaknya pameo ini yang terjadi dalam proyek NAMRU. Pemerintahan BJ Habibie berniat hentikan proyek kerjasama dengan US NAVY itu, pemerintahan SBY malah sebaliknya. Fakta demikian dicerminkan tiga dokumen dari dua era pemerintahan itu. Dua dokumen pertama adalah surat resmi yang dikirimkan Menhankam/Pangab Jenderal Wiranto dan Menlu Ali Alatas pada yang masing-masing tertanggal 9 Nopember 1998 dan 19 Oktober 1999. Meski terpaut 11 bulan, isi dua surat berklasifikasi konfidensial pada Menkes RI dan Presiden RI tersebut sama. Yakni menyarankan penghentian kontrak kerjasama proyek NAMRU mengingat manfaat IPTEK dan politis yang diperoleh Pemerintah RI tidak sebanding dengan dampak negatif atas pertahanan keamanan yang muncul. Sayang sekali sejak tahun 2000 bahasan penting itu tidak terdengar lagi kabar kelanjutannya. Gegap gempita reformasi yang mengiringi dinamika politik sepanjang pemerintahan Gus Dur dan euforisme demokrasi di jaman Megawati mengalihkan perhatian pejabat terkait. Padahal pada 2000 itulah masa kontrak kerjasama proyek yang nama lengkapnya Naval Medical Research Unit yang terjalin sejak 1970 itu berakhir. Sejak itu NAMRU beroperasi hanya berbekal statusnya sebagai bagian Kedubes AS dengan segala kekebalan diplomatiknya. Dokumen ketiga adalah pernyataan bersama Presiden SBY dengan Presiden George W. Bush dalam pertemuan bilateral mereka di Istana Bogor pada 20 November 2006. Dua Kepala Pemerintah menyatakan mereka sepakat bekerjasama di bidang medis untuk menangkal wabah infeksi menular, dan untuk keperluan ini termasuk melanjutkan negoisasi melanjutkan proyek NAMRU-2. Menkes Siti Fadilah Supari juga hadir dalam pertemuan dua delegasi malam itu. Nampaknya karena terlalu berkonstrasi pada misi memperoleh vaksi flu burung, dia 'lupa' mempersoalkan status NAMRU yang baru ia ketahui habis kontraknya pada 2005. Sepekan terakhir situasi berbalik dengan mencuatnya tudingan adanya operasi intelejen AS berkedok aktivitas medis. Menkes Siti Fadilah Supari kembali 'mengobarkan' semangat menutup NAMRU. Presiden SBY pada Menkes AS Michael O. Leavitt pada pertemuan 14 April lalu meminta negoisasi NAMRU 'disesuaikan' persyaratannya dan segera ada kata akhir. Kita tunggu apakah AS yang keukeuh melanjutkan NAMRU-2 keluar sebagai pemenang. Atau sebaliknya, Pemerintah RI dengan kesadaran barunya dapat benar-benar menjadi tuan rumah yang benar-benar bebas akif di Salemba kelak. *( lh / gah ) * *Sumber : Detik* 2008/4/29 Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]>: > Oleh Kartono Mohamad > > http://www.kompas.com/kompascetak.php/read/xml/2008/04/29/00190847/heboh.soal.namru > > Sejak Perang Dunia I, terutama setelah Perang Dunia II, garis > pertahanan Amerika Serikat tidak berada di wilayahnya sendiri, tetapi > jauh dari daratan AS. Dengan demikian, musuh tidak akan dapat menjamah > daratan AS. > > Caranya dengan membangun pangkalan-pangkalan militer dan menempatkan > kekuatan militernya di wilayah-wilayah negara lain, terutama kekuatan > laut dan marinir. Maka, dikenal ada Armada I (daerah Panama dulu), > Armada VI (di Timur Tengah), dan Armada VII di Asia Pasifik. Karena > itu, mars Marinir AS diawali dengan kalimat "From the hall of > Montezuma, to the shore of Tripoli". > > Membawa risiko > > Penempatan kekuatan militer di negara-negara lain, terutama daerah > tropis, membawa risiko tersendiri. Mereka akan terpapar dengan > berbagai penyakit yang tidak ada di AS, yang mungkin dibawa pulang dan > menyebar di AS. > > Untuk itu, mereka mendirikan pusat- pusat penelitian kedokteran di > wilayah-wilayah itu, diberi nama Naval Medical Research Unit (Namru). > Kalau tidak salah, pada awalnya ada tiga Namru. Tetapi, kini tinggal > dua, yaitu Namru 1, berkedudukan di Cairo untuk mempelajari berbagai > penyakit di wilayah Afrika dan Timur Tengah, dan Namru 2 terletak di > Jakarta sebagai pusat penelitian mereka mencakup wilayah Indonesia, > Filipina, Malaysia, Vietnam, Thailand, Kamboja, Laos, bahkan mungkin > sampai Sri Lanka atau Nepal. > > Dalam panduan (manual) untuk perwira medis AL-AS (US Navy Medical > Officer) ada bab tentang medical intelligence. Kata intelijen memberi > konotasi mata-mata. Namun, panduan itu mengatakan, para perwira > kesehatan AL harus mengenali berbagai penyakit di wilayah pasukan > ditempatkan. Data-data itulah yang dikumpulkan oleh Namru. Jadi, tidak > ada kaitannya dengan spionase atau mata-mata. > [Non-text portions of this message have been removed]