Ketakutan yang ada itu justru terjadi karena memang dipelihara dan dengan 
sengaja TAP MPRS tidak di-cabut2, TAP dipakai utk melegalisasi ketakutan. 
Seandainya TAP dan hukum2 turunannya dicabut tidak akan ada lagi legalisasi 
kriminalisasi pemikiran, tidak ada lagi pembenar pelaku2 intoleran yang 
melakukan sweeping melarang lokakarya pembakaran buku dlsb itu. Tidak ada lagi 
stigmatisasi komunis ataupun PKI. Tidak ada lagi phobia sehingga tulisan PKI 
dikaos anak2 juga disweeping sedemikian rupa tanpa tahu singkatan apa. TAP MPRS 
itu pada dasarnya hanya legalisasi kekerasan nan diskriminatif.
Hal yg kurang lebih sama dgn pasal penodaan agama, tidak akan ada kasus 
penodaan agama yg tidak karuan juntrungannya itu kalau tidak ada pasal penodaan 
agama.
---In GELORA45@yahoogroups.com, <nesare1@...> wrote :

Nakut2in?Coba tanya tuh orang2 yang masih tidak bebas lingkungan masih takut 
tidak hidup diindonesia?Coba tanya mereka2 itu apakah berani teriak2 “hidup 
PKI”? Ente saja yg ndak ada empati, sok2an petentang petenteng mau begini 
begitu tetapi ndak ngerti permasalahannya!Ane kan sudah bilang dari dulu orang2 
seperti ente inilah yang bisa bikin runyam.Sok demokratis, sok agamais, sok 
HAM, sok2an saja yg dipamerkan. Koq bisa ya ada orang yg menyarankan TAP MPRS 
25/1966 dicabut tanpa melihat konsekwensi yang akan dibawa?! Ane saja yang 
ngerti banget gimana kerasnya Gus Dur simpati dengan orang2 terhalang pulang 
karena kasus 1965, tidak mampu berbuat banyak selain hanya bisa minta maaf 
secara pribadi. Minta maaf secara pribadi saja sudah menimbulkan masalah yg 
besar, belum lagi memulangkan mereka2 yang terhalang pulang ini. ini baru 
proses rekonsiliasi saja sudah susahnya setengah mati.Eh hebatnya ente ini 
minta TAP MPRS itu dicabut?!!!!!! Hehehehehe ane ketawa bukan karena lucu tapi 
ane tertawa krn ada manusia seperti ente yg ngakunya pro demokrasi, pro HAM, 
petentang petenteng beragama nasrani mau mencabut TAP MPRS anti komunis?!!!!!! 
Ini kan persis dengan pendapat ente yg maunya ahok tidak boleh masuk penjara 
dan ahok tidak boleh diadili! Ahok masuk penjara karena diadili itu salahnya 
Jokowi. MANA BERANI ENTE BILANG YANG SALAH ISLAM RADIKAL?Hehehe ente sadar 
ndak? Ente itu mengidap minority syndrome. Berani2nya berkoar2 maki2 orang 
sendiri, tetapi pengecutnya kelihatan gak berani ngomongin ttg musuhnya!!!! 
Kenapa? Karena takut!!!! Jelas sekali ente gak ngerti ttg Indonesia. Jelas 
sekali ente ndak ngerti kekuatan massa rakyat Islam yg turun kejalan dengan 
demo jilid 1, 411 dna 211 saja sudah harus dipikirin kekuatannya. APALAGI 
KOMUNISME MAU DIHIDUPKAN?!!!!Ente ini jangan2 intel CIA ya mau Indonesia bubar 
lalu ente gampang mencaploknya?!!!!Jangan maen2 sama negara ane ya!!!! Nesare  
From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Monday, June 12, 2017 2:33 PM
To: Yahoogroups <gelora45@yahoogroups.com>
Subject: RE: [GELORA45] FW: Saatnya Rehabilitasi Bung Karno!  Tulisan ini 
intinya cuman me-nakut2in, memang dasarnya darimana kalau TAP MPRS dicabut 
menimbulkan disintegrasi bangsa dan negara? Omongan penuh agitasi. 
kutipan:Tetapi kalau mau dilihat lebih mendalam lain perkaranya. Soeharto/Orba 
sudah runtuh pun, kenapa Tap MPRS itu tidak dicabut? Gampang sekali kan kalau 
mau mencabutnya? Disinilah letak persoalannya bahwa ketakutan akan PKI dan 
ajaran komunisme itu sudah merasuk dalam rakyat Indonesia. Persoalannya kan 
jadi jelas sekali bahwa bukan Tap MPRS nya yg menjadi masalah, tetapi masalah 
ketakutan bahaya PKI dan komunisme.Bagi yang tidak mengerti hal ini kan selalu 
mengklaim: takut…takut dan takut untuk mencabut TAP MPRS itu kan?Tetapi efek 
mencabutnya itu tidak pernah dipertanyakan. Bagaimana kalau TAP MPRS nya sudah 
dicabut dan menimbulkan disintegrasi bangsa dan negara? ---In 
GELORA45@yahoogroups.com, <nesare1@...> wrote :

Chan: kalau saja diusut lebih lanjut, yang SALAH yaa TAP MPRS 25/1966 
ituNesare: gampangnya memang begini. Tetapi kalau mau dilihat lebih mendalam 
lain perkaranya. Soeharto/Orba sudah runtuh pun, kenapa Tap MPRS itu tidak 
dicabut? Gampang sekali kan kalau mau mencabutnya? Disinilah letak persoalannya 
bahwa ketakutan akan PKI dan ajaran komunisme itu sudah merasuk dalam rakyat 
Indonesia. Persoalannya kan jadi jelas sekali bahwa bukan Tap MPRS nya yg 
menjadi masalah, tetapi masalah ketakutan bahaya PKI dan komunisme.Bagi yang 
tidak mengerti hal ini kan selalu mengklaim: takut…takut dan takut untuk 
mencabut TAP MPRS itu kan?Tetapi efek mencabutnya itu tidak pernah 
dipertanyakan. Bagaimana kalau TAP MPRS nya sudah dicabut dan menimbulkan 
disintegrasi bangsa dan negara?Presiden yang paling berani berbicara ttg PKI 
dan komunisme itu adalah Gus Dur. Sampai akhir hidupnya Gus Dur tidak bisa 
mencabut TAP MPRS itu walaupun berani membubarkan department penerangan dan 
departemen social. Walaupun teriakan Gus Dur disukai utk membubarkan DPR tetapi 
dia juga tidak bisa membubarkan DPR. Bandingkan di USA dimana komunisme itu 
saya pastikan tidak akan bisa hidup lagi. Bagaimana mereka melakukannya? Mereka 
membiarkan ajaran marxisme leninisme komunisme itu dimana2 dalam pendidikannya. 
Rakyatnya sudah berdiskusi membicarakan ajaran2 kiri, tengah dan kanan dari 
bangku sekolah. Komunisme sudah mati di USA tetapi rakyatnya mencari bentuk 
sosialisme yg lain seperti social democrat  ala partai democrat dan juga sudah 
ada yang lebih kiri ala Bernie sanders. Libertarian juga adalah hasil pemikiran 
yg relative baru yg jenuh dengan partai republic dan democrat. Ini yang perlu 
dilakukan oleh rakyat Indonesia. Pelajari ajaran2nya sebelum bilang setuju atau 
tidak setuju. Tidak ada gunanya TAP MPRS itu dicabut tetapi rakyat Indonesia 
masih menolak dalam hatinya. Ini parallel dengan masalah diskriminasi terhadap 
kelompok tionghoa. Coba bandingkan diskriminasi tionghoa di Malaysia dan 
Indonesia: diskriminasi di Indonesia itu tidak formal. Diskriminasi di Malaysia 
terang2an/bumiputera. Hasilnya apa? tionghoa Malaysia tahu dimana letaknya 
diskriminasi itu dan bermain dalam boundary nya. Di Indonesia bentuk 
diskriminasi nya tidak jelas tetapi prakteknya dimana2. Jadi persoalannya itu 
bukan TAP MPRS atau ada diskriminasi atau tidak, tetapi bagaimana penerimaan 
dan penolakan rakyat itu yg lebih penting. Kalau rakyatnya diajak berpikir, 
mestinya jalan keluar akan lebih terbuka. Mulailah dengan belajar. Mulailah 
dengan buku. Mulailah dengan diskusi. Kalau kita ikuti dengan adanya milis2 ini 
dengan tersedianya internet gratis, luar biasa hasilnya. Banyak yang sudah 
melek melihat perkara pembunuhan massal 1965 itu bukan hanya miliknya Orba 
saja. Saya tekankan betapa pentingnya media alternative seperti milis2 ini 
dalam membuka wawasan rakyat Indonesia. Nesare   From: GELORA45@yahoogroups.com 
[mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Saturday, June 10, 2017 10:14 PM
To: GELORA45@yahoogroups.com; nesare1@...
Subject: Re: [GELORA45] FW: Saatnya Rehabilitasi Bung Karno!  Makanya, kalau 
saja diusut lebih lanjut, yang SALAH yaa TAP MPRS 25/1966 itu! Bukan saja 
melarang PKI tanpa dasar, tapi juga melarang ajaran Marxisme-Leninisme, dan, 
... sampai sekarang, setelah era reformasi-demokrasi berlangsung hampir 20 
tahun, masih tetap saja diberlakukan! Padahal jelas TAP MPRS 25/1966 itu 
dikeluarkan oleh Sidang MPRS yang terlebih dahulu direkayasa jenderal Suharto, 
dengan menangkapi seluruh anggota DPR/MPRS yang dituduh PKI dan Soekarnois dan 
digantikan dengan pendukung2 Suharto! Jadi jelas, MPRS yang cacad HUKUM, dan 
dengan sendirinya TAP MPRS yang dikeluarkan juga cacad hukum! TIDAK SAH, ...! 
Tapi, saya SETUJUUU dengan pemikiran, satu pandangan ideologi, khususnya 
Marxisme-Leninisme yang jelas merupakan teori mewujudkan KEADILAN SOSIAL bagi 
SELURUH RAKYAT (Sila ke-5 Pancasila) itu menjadi KENYATAAN, mengapa dan 
bagaimana bisa dilarang? Apalagi menghadapi kenyataan bukan saja kesenjangan 
sosial dalam masyarakat yang makin tajam tapi juga makin buaanyak jumlah rakyat 
miskin, warga yang terhimpit dalam kehidupan miskin. Dan kemiskinan itu pasti 
akan dengan mudah menerima pandangan-pandangan Sosialisme, Komunisme itu, .. 
Dari sudut pandang lain, kalau diperhatikan setiap pandangan ideologi itu, 
termasuk pandangan KOMUNIS dalam kenyataan terus berubah dan berkembang sesuai 
perkembangan jaman. Dan, ... yang PASTI setiap orang boleh-boleh saja mempunyai 
pandangan ideologi/politik tertentu, baik Pancasila, liberalisme, kapitalisme, 
sosialisme, komunisme maupun Islam, Kristen, Budha, Hindu Konghucu, ... menjadi 
komunis, sosialis, liberalis, atau kapitalis bukanlah kejahatan. Sama seperti 
menjadi Islam atau Kristen bukan kejahatan sekalipun tergolong radikalis. 
Pikiran seseorang tak bisa dipidanakan. Tindakan pemaksaan dengan kekerasanlah, 
terjadi pelanggaran UU/HUKUM yang dilakukan oleh siapa pun, baik komunis atau 
Islam, yang bisa dipidanakan. Salam,ChanCT  From: nesare1@... [GELORA45]Sent: 
Saturday, June 10, 2017 8:29 PMTo: GELORA45@yahoogroups.comSubject: [GELORA45] 
FW: Saatnya Rehabilitasi Bung Karno!  Chan: Lho, ... bukankah istilah atau 
sebutan KOMUNIS itu yang diajukan bung Karno di tahun 1959, dengan seruan 
persatuan NASAKOM!Nesare: betul NASAKOM itu ide pikiran bung Karno. Kom nya ada 
karena waktu itu ada PKI sebagai partai politik yang sah Sekarang sudah tidak 
ada PKI itu – dalam arti partai politik. Ajarannya yang bisa ada karena tidak 
melembaga dan bisa diajarkan dan diteruskan oleh siapa saja. jadi memang betul 
Jokowi bilang “gebuk PKI” kalau memang PKI nya (dalam bentuk lembaga) ada. 
Kenapa harus digebuk? Karena komunisme itu tidak sah di Indonesia. Sepanjang 
Tap MPRS 25/1966 yang ditertawakan oleh bung Karno. Bung Karno mentertawakan 
larangan komunisme itu karena dia berpendapat bahwa larangan itu tidak mungkin 
dapat meredam ajaran2 sosialisme itu karena ajaran2 sosialisme itu ada karena 
adanya keadilan social yang jelek. Bung Karno bilang kalau mau melarang 
marxisme, komunisme, islamisasi dll itu adalah yang merugikan rakyat dan 
negara. Makanya bung Karno pun mati2an melawan  Darul Islam karena DI adalah 
kegiatan islamisme yang ngladrah. (“Bukan islamisme sejati, yang suci, yang 
baik, tapi yang ngladrah.")Belum lagi Tap MPRS 25/1966 itu terus didukung 
dengan peraturan, UU, KUHP dll yang melarang ajaran marxisme, leninisme 
dll.Chan: sampaik-sampai Presiden Jokowi pun ikut-ikutan hendak gebuk PKI yang 
dibilang muncul kembali itu. Padahal Islam radikalisme yang sudah bergerak 
nyata dengan teror dimana-mana dan makin agresif itulah yang merupakan bahaya 
nyata perpecahan NKRI!Nesare: semoga sudah jelas dengan penjelasan diatas bahwa 
bagi bung Karno islamisasi seperti DI yang ngladrah atau komunisme yang 
misalnya kalau menang mau melarang/represif rakyat Indonesia untuk beragama dan 
beribadah. Yang dilihat bung Karno itu adalah “ngladrah”nya bukan ajarannya. 
Bung Karno menekankan dalam pentingnya NAS A KOM itu harus bersatu. Gak berdiri 
sendiri2. Itulah wajah bangsa Indonesia. Ini yang saya percaya sampai sekarang 
masih relevan dalam bangsa Indonesia.Ketakutan/keprihatinan bung atas 
islamisasi itu wajar2 saja. tetapi itu bukan kekhawatiran/keprihatinan non 
muslim saja. Said Aqil sudah bilang NU dan Muhammadiyah itu adalah ulama 
(plural) dan tidak perlu dibela. Dia mau bilang orang2 yang teriak2 bela ulama 
itu “ngladrah” dan akan dilawan. Jadi Islamnya tidak perlu ditakuti tetapi 
orang2 yang “ngladrah” menggunakan Islam yg perlu dilawan.Salam,NesareFrom: 
GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Friday, June 9, 2017 7:36 PM
To: GELORA45@yahoogroups.com; nesare1@...
Subject: Re: [GELORA45] FW: Saatnya Rehabilitasi Bung Karno! Lho, ... bukankah 
istilah atau sebutan KOMUNIS itu yang diajukan bung Karno di tahun 1959, dengan 
seruan persatuan NASAKOM! Bahwa yang memperjuangkan ideologi Keadilan sosial 
itu bukan hanya komunis, tentu juga BETUUUL! Bisa Marhaenisme, Soekarnoisme, 
Sun Yat Sen, ataupun Sosialisme, ..Dan juga tidak dapat disangkal semua 
pandangan ideologi itu ada kelebihan dan kekurangan, ada kebenaran sekaligus 
ada kesalahannya juga. TIDAK PERLU saling gempur apalagi saling bunuh membunuh, 
... Semua boleh-boleh saja memperjuangkan dan berusaha mewujudkan menjadi 
kenyataan dimana mereka berada, dijalankan saja kompetisi secara damai 
pandangan mana yang akan berhasil lebih baik, lebih cepat dan lebih ADIL bagi 
rakyat banyak!Kalau memang semua pandangan itu mengatas namakan RAKYAT, kenapa 
pula harus saling hujat menghujat, saling gontok-gontokan bahkan saling bunuh? 
Belum apa-apa sudah harus mengorbankan sekelompok RAKYAT yang dituduh komunis 
itu?! Dan semua dijalankan TANPA proses pengadilan yang sah dan adil untuk 
membuktikan TUDUHAN “PKI dalang G30S”, dan, ... kalau saja Suharto menganggap 
PKI ketika itu telah melakukan kekejaman kemanusiaan dengan membunuh 7 jenderal 
tanpa proses hukum, sebagaimana didengungkan diangsa-raya Nusantara ini, kenapa 
pula mereka sendiri membalas juga dengan kekejaman kemanusiaan yang bahkan 
lebih dahsyat lagi!!! Tanpa segan-segan membantai, memenjarakan, mengasingkan 
jutaan RAKYAT nya sendiri hanya karena dituduh PKI, simpatisan dan pendukung 
Soekarno, padahal jelas PKI ketika itu adalah PARTAI yang sah dan legal bahkan 
dipertahankan matimatian oleh Presiden Soekarno!Dan yang lebih aneh lagi, PKI 
yang sudah masuk kubur lebih 1/2 abad masih saja dijadikan momok bahaya laten, 
begitu ditakuti nya setiap gerak bahkan hanya logo Palu-Arit dan baju anak-anak 
berhuruf PKI saja bisa dianggap momok PKI yang sedang gentayangan! PKI sudah 
bangkit kembali, ... sampaik-sampai Presiden Jokowi pun ikut-ikutan hendak 
gebuk PKI yang dibilang muncul kembali itu. Padahal Islam radikalisme yang 
sudah bergerak nyata dengan teror dimana-mana dan makin agresif itulah yang 
merupakan bahaya nyata perpecahan NKRI!Salam,ChanCTFrom: nesare1@... 
[GELORA45]Sent: Friday, June 9, 2017 10:26 PMTo: 
GELORA45@yahoogroups.comSubject: RE: [GELORA45] FW: Saatnya Rehabilitasi Bung 
Karno! Kenapa harus komunismenya yang ditonjolkan?Sedangkan komunisme itu sudah 
almarhum.Kenapa tidak dipikirkan alternative lain. Ideologi sosialisme itu 
bukan hanya komunisme saja.Ideologi NKRI itu adalah: Pancasila.Sila 
keempat/kerakyatan itu adalah demokrasi.Demokrasi Indonesia itu adalah 
demokrasi Pancasila.Bentuk sosialisme yang pernah didengungkan oleh Bung Karno 
adalah: Marhaenisme dalam prakteknya, dan ekonomi yang dijalankan disebut 
ekonomi kerakyatan. Kenapa bukan marhaenismenya bung Karno yang ditonjolkan? 
Atau bentuk2 sosialisme lainnya yang dapat menjadi alternative?Walaupun bung 
Karno tidak anti PKI tetapi bung Karno bukan komunis.Begitu juga Pram yang 
dekat dengan PKI tetapi selalu bilang dimana2 dia bukan komunis.Jadi sekali 
lagi ideologi NKRI itu Pancasila bukan komunisme. Jadi gak usah 
digede2in.Begitu juga di USA dan negara2 lainnya, ideologinya macem2: 
liberalisme, sosialisme, libertalisme, conservatisme dll. Komunisme itu hanya 
ada di beberapa negara saja: RRT, Kuba, Korea utara yang juga sedang 
degradasi.Yang saya tangkap dari “gebuk PKI”nya Jokowi itu adalah dia prihatin 
dengan keadaan bangsa dan negaranya.Seperti bung Karno dan pak Pram, Jokowi 
bukan komunis dan juga bukan anti komunis.“Gebuk PKI”nya itu adalah strategi 
utk meredam sikon Indonesia sekarang ini dimana disintegrasi sedang 
semarak.Coba bayangkan apa yang akan terjadi kalau Jokowi bilang: “hidup 
PKI”?Walaupun Jokowi bukan komunis dan tidak anti PKI, apakah dia tidak akan 
diganyang oleh kelompok Islam dan militer?Jadi jangan terpaku sama “gebuk PKI” 
nya yang hanyalah slogan saja.Slogan ini ‘kan mirip dengan “go to hell with 
your aid” nya bung Karno kan?Tapi kan bukan berarti bung Karno anti investasi 
asing. Makna retorika itu adalah: “kami bisa mengatur ekonomi kami sendiri. 
kalau kami perlu hutang, kami bisa cari sendiri. Tetapi kami tidak mau 
dicekoki/dikasih hutang yang tidak kami perlukan”.Maknanya “gebuk PKI”nya 
Jokowi ya kira2: wong PKI sudah gak ada, apanya yang mau digebuk?!NesareFrom: 
GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] 
Sent: Friday, June 9, 2017 8:35 AM
To: GELORA45@yahoogroups.com; arif.harsana@...
Subject: Re: [GELORA45] FW: Saatnya Rehabilitasi Bung Karno! Bagaimana bisa 
dikatakan “Saatnya Rehabilitasi Bung Karno”??? Kalau pemerintah yang berkuasa, 
khususnya Presiden Jokowi masih saja begitu anti-KOMUNIS, sampai-sampai 
berulangkali dengan tegas dan keras hendak “GEBUK” PKI begitu muncul 
kembali?!Bukankah bung Karno digulingkan Suharto karena ketegasan dan kekerasan 
bung Karno tidak hendak bubarkan PKI! Karena bung Karno TIDAK bisa menerima 
tuduhan G30S didalangi PKI! Dan Bung Karno dalam kondisi terjepitpun tetap 
menunjukkan ketegasan dan konsekwen pertahankan ajaran yang dicetuskan sejak 
tahun 26, Persatuan NASAKOM! Kenyataan adanya 3 kekuatan NAS-A-KOM dalam 
masyarakat Indonesia ini yang harus dipersatukan dalam perjuangan kemerdekaan 
dan pembangunan nasional Indonesia, .. peran PKI dalam gerakan KEMERDEKAAN RI, 
jasa pejuang-pejuang komunis dalam perjuangan kemerdekaan TIDAK BISA 
dihilangkan dihapus begitu saja oleh Suharto!Jutaan rakyat tidak berdosa yang 
dibantai, dipenjarakan, dibuang kepulau Buru, ... telah menjadi korban 
kekejamanan jenderal Suharto naik kesinggasana kekuasaan RI-1!Salam,ChanCTFrom: 
'arif.harsana@...' arif.harsana@... [GELORA45]Sent: Friday, June 9, 2017 12:55 
PM 
http://www.bergelora.com/opini-wawancara/artikel/2069-saatnya-rehabilitasi-bung-karno.html
Saatnya Rehabilitasi Bung Karno!
Oleh : Nursjahbani Katjasungkana, SH *)Ditengah Penjajahan Kolonialisme Belanda 
pada 6 Juni 1900, seorang perempuan, Ida Ayu Nyoman Rai, yang sehari-hari 
dipanggil Nyoman, melahirkan seorang putra bernama Soekarno. Pada 1 Juni 1945, 
dihadapan Badan Penyelidik Usaha Persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) 
Soekarno, pertama kali berpidato tentang Pancasila yang selanjutnya menjadi 
dasar Ideologi Negara Republik Indonesia Sehingga Setiap 1 Juni dikenal sebagai 
Hari Kelahiran Pancasila. Ia menjadi menjadi Proklamator dan Presiden Pertama 
Republik Indonesia yang berdiri pada 17 Agustus 1945. Pada 22 Juni 1966 
Soekarno dipaksa meletakkan jabatan lewat penolakan oleh MPRS atas Pidato 
Pertanggung Jawaban Presiden Soekarno,--setelah sebuah kudeta militer yang 
didukung Amerika Serikat pada 30 September 1965.  Presiden Soekarno meninggal 
dunia di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta pada 
21 Juni 1970. Sebagai penghormatan terhadap Bulan Bung Karno, selama sebulan 
Bergelora.com akan menurunkan berbagai tulisan tentang Bung Karno.Oleh : 
Nursjahbani Katjasungkana, SHTanggal 6 Juni tahun ini, kita merayakan   
kelahiran Bung Karno yang ke 114 dan 21 Juni nanti tepat 46 tahun wafatnya. 
Bung Karno adalah salah satu pendiri Republik Indonesia, penggagas dasar negara 
Pancasila dan pernah dijuluki sebagai Pemimpin Besar Revolusi serta salah satu 
penggagas  Konperensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955, sebuah konfrensi yang 
diselenggarakan untuk melawan kekuatan baru kapitalisme global yang dikuasai 
blok Barat.Setelah absen selama 32 tahun dibawah pemerintahan Jendral Soeharto, 
sejak reformasi, kelahiran Pancasila kembali dirayakan secara resmi dalam 
upacara kenegaraan. Pada peringatan lahirnya Pancasila 1 Juni yang lalu, 
puja-puji kepada sang Penggagas dikemukan pula oleh Presiden Jokowi yang 
mengakui bahwa Bung Karno merupakan  inspiratornya yang utama.Pada tingkat 
dunia, namanya sangat harum baik karena pidato-pidatonya yang membangkitkan 
semangat perjuangan melawan kolonialisme dan kapitalisme mapun sebagai salah 
satu penggagas gerakan non-blok. Negerinya yang ketika itu baru berumur 10 
tahun berhasil menggerakkan negara-negara Asia Afrika dan menegaskan posisi 
politiknya ditengah Perang Dingin yang sedang berlangsung antara blok Barat 
dibawah Amerika Serikat dengan sekutunya dan blok Timur dibawah Rusia dan 
kawan-kawannya. Kedua blok itu saling berebut pengaruh dan di beberapa negara 
menimbulkan perang. S

(Message over 64 KB, truncated)

Kirim email ke